Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V02E02P05

gambar


2. Patung Dewi Freya (5)



"Aku setuju denganmu. Jika memang ada Kota Langit, pada akhirnya akan ditemukan oleh seseorang dan akhirnya tersedia untuk semua orang. Tetapi, kita tak perlu menjadi orang yang menyebarkannya." kata Pale, setuju dengan sugesti Weed.
Ini bukan masalah tentang memonopoli informasi. Lebih tepatnya, jika mereka yang mengetahui tentang hal itu, berhak untuk menggunakan pengetahuannya.
Jika semua orang mengetahui eksistensi Kota Langit, keuntungan dari penemuan mereka akan berkurang. Sehingga, apa yang Weed lakukan sejauh ini, tak akan membuahkan hasil.
Hidup dengan moral yang baik dan berbudi luhur adalah hal yang bodoh.
Membayangkan jika mereka menyebarkan cerita Kota Langit, siapa yang mau membuka rahasianya sendiri? Atau berbagi questnya dengan mereka, akankah mereka menyukai kenaifannya?
"Aku juga berpikir begitu. Masih terlalu dini untuk memberitahu orang lain tentang hal ini." kata Irene.
"Ayo pergi ke sana sendirian." Surka setuju.
Mereka segera mencapai kesepakatan pada masalah tersebut.
Namun berangkat ke Kota Langit harus ditunda dulu.
Weed harus menyelesaikan quest Patung Dewi Freya miliknya, dan quest pasukan pembebasan untuk rekan-rekannya yang lain, masih berlangsung.
Mereka memutuskan untuk menuju ke Kota Langit setelah mereka semua selesai dengan quest- quest tersebut.
Mereka setengah bersemangat, namun setengah khawatir perihal mengeksplorasi wilayah baru. Jika tenyata terlalu sulit bagi mereka, mungkin mereka akan berakhir menikmati pemandangan di langit dan kembali dengan sia-sia. Eksplorasi semacam itu, selalu memiliki kemungkinan semacam itu.
****

Weed mempersiapkan alasan bagus pada Darius dan pasukannya, yang dilaporkan telah kembali. Dia takut jika mereka mungkin akan ditanya, kenapa party-nya tak muncul dalam pertempuran.
Namun, saat mereka kembali ke Desa Baran, jumlah pasukan tersebut kurang dari seratus. Mereka juga bertengkar satu sama lain dengan ganas.
"Kau yang bertanggungjawab untuk ini!"
"Kenapa aku yang dikambing hitamkan?"
"Rencanamu bodoh! Collonya mati dalam pertempuran!"
"Itu tangungjawabnya sendiri, menjaga nyawanya sendiri."
"Sekarang, kau malah menyalahkan orang mati!"
Sambil merebut kembali Desa Baran, dan membersihkan sisa-sisa dari para lizardmen, pasukan tersebut telah menderita korban banyak.
Sejak awal, kelompok yang sepenuhnya orang asing, tak akan mampu melaksanakan taktik terorganisir. Sehingga, mereka berakhir dengan kehilangan banyak player yang tak mengerti apapun, yang terjadi di tengah-tengah pertempuran.
Sebagai konsekuensinya, tak ada rasa empati antara Darius dan para anggota dalam pasukan pembebasan.
"Inilah sebuah pertempuran, bagian dari perang, yang baru saja kita ikuti." kata Darius. "Korban yang tak terelakkan selalu menjadi bagian dari perang, bukan? Sudahlah."
"Sedikit korban? Apa kau menyebut kematian Collonya sebagai 'korban yang tak bisa dihindari'? Kau sama sekali tak peduli dengan itu? Itu semua, karna kepemimpinanmu yang buruk!" teriak si player yang marah, karena kehilangan temannya.
"Bukankah kalian bersemangat menerima kepemimpinanku yang buruk? Aku lelah bertengkar terus denganmu seperti ini, akhirnya pertempuran ini kita menangkan."
"Apa-apaan itu."
Pertengkaran di antara Darius dan pasukannya semakin memburuk.
Dengan korban banyak seperti itu, tak seorangpun peduli jika Weed dan rekan-rekannya telah pergi selama misi tersebut.
Weed mengamati Darius dan bawahannya. Tak satupun dari mereka yang tampak terluka. Semuanya, hidup dan baik-baik saja.
"Aku yakin mereka mengambil sebagian besar EXP dari pasukan pembebasan itu. Mereka memaksa player lain untuk masuk ke dalam jebakan. Mereka hanya masuk ke dalam pertempuran, saat lizardmen melemah dan menghabisi reptil-reptil itu."
Dalam pertempuran skala menengah, semuanya tergantung pada pemimpin pasukan. Bagaimana cara bertempur, kemungkinan mengubah seluruh hasil dari pertempuran tersebut.
Weed kemudian mengetahui jika para lizardmen bersembunyi dalam hutan, mengirim beberapa rekan mereka keluar, untuk memancing para player.
Hutan adalah tempat di mana mereka bisa bertarung dengan baik.
Pasukan yang besar agak sulit bergerak di kawasan hutan. Di mana posisi bertahan, lebih baik daripada posisi menyerang.
Darius dan bawahannya bertarung dengan lizardmen yang menjadi umpan, dan pasukan utama diperintahkan untuk masuk lebih dalam ke hutan.
Sementara mereka bermain-main dengan lizardmen yang menjadi umpan, pasukan utama telah terperangkap dalam rahang kematian.
Ketika pasukan utama akhirnya kelelahan dan melukai sebagian besar lizardmen. Darius dan bawahannya, yang telah menghabisi lizardmen umpan, tiba-tiba muncul membantai mereka!
Sederhananya, Darius dan bawahannya telah mengumpulkan sebagian besar Fame dan EXP.
"Aku melakukan yang terbaik. Aku membunuh sebagian besar lizardmen, dan temanku menyelamatkanmu. Tunjukan sedikit rasa hormat pada kami." kata Darius dengan tenang.
"Apa? Kau kira kami tak tahu apa yang kau rencanakan?"
"Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu? Dia tak sepandai yang ia kira."
"Darius hanyalah pemimpin tingkat kedua."
Ketika para player pasukan pembebasan mulai mengecam komandan mereka dengan keras, Darius dan bawahannya akhirnya mengungkapkan gigi mereka.
"Jika kalian punya nyali, berhenti membual, dan berduellah denganku seperti seorang pria." kata Darius.
"Kalian tak akan di sini, dalam pasukan pembebasan, jika aku tak memilih kalian, perempuan."
Weed menatap Darius dan para player lain dalam pasukan pembebasan dengan sinis.
҅Kalian semua bodoh.҆pikir Weed.
Darius telah menyebarkan reputasi buruk tentang dirinya sendiri diantara kebanyakan player. Semua itu hanya untuk beberapa Fame dan poin layanan publik.
Tentu, dia telah melewatkan ikan besar tepat di depan matanya, dan hanya pergi menangkap ikan yang lebih kecil. Kamu harus menangkap ikan kecil tanpa suara, dan menangkap yang besar dengan berani. Lalu, kamu harus melihat sekeliling, untuk melihat apakah ada sesuatu yang lain, yang kau lewatkan. Itulah cara yang benar.
Tetap saja, para player lain dalam pasukan pembebasan tak bisa dimaafkan, karena kebodohan mereka.
Apa yang mereka lihat pada Darius sampai-sampai mau mematuhinya tanpa protes? Jika mereka berhenti sebentar untuk curiga pada niatnya, mereka tak akan dipermainkan dalam genggamannya.
Ini adalah kesalahan mereka sendiri, karena mempercayai orang asing sejauh itu. Jika mereka lebih waspada, teman-teman mereka akan masih hidup.



< Prev  I  Index  I  Next >