Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V02E03P01 Harta Kuil yang Hilang

gambar



3. Harta Kuil yang Hilang (1)




"Semoga berhasil, Weed-nim."

"Jika kamu membuat patung yang terlihat sepertiku, aku akan memberimu hadiah."

Telah diputuskan, sementara Weed mengukir patung, rekan-rekannya akan berkeliaran, memburu monster dengan player lain.

Beberapa lizardmen yang selamat, masih mengganggu penduduk setempat, dan tempat berburu yang bagus di sekitar desa.

Weed sudah mengungkapkan dirinya sebagai seorang Sculptor, jadi player lain mengasumsikan jika questnya berkaitan dengan profesinya. Sehingga, tak seorangpun bertanya tentang hal itu.

"Semoga berhasil."

Setelah semua orang pergi, Weed berdiri tak bergerak di alun-alun desa.

Dia melihat jika ada beberapa prajurit Rosenheim dan warga desa yang kembali.

Mereka menatapnya dengan mata penuh harap.

"Aku harus mencari sebuah batu." katanya pada dirinya sendiri.

Tak perlu dikatakan, patung itu harus terbuat dari batu.

Weed sangat terbiasa dengan kayu, dan ini pertama kalinya, ia mengukir batu.

Beruntungnya, ada banyak batu di lingkungan sekitar, yang sesuai keinginannya. Bagaimanapun juga, Baran adalah sebuah desa terpencil, yang berada di kaki gunung.

Dari batu-batu itu, dia akhirnya memilih satu batu yang sangat besar. Seorang pria dewasa tak bisa memeluk itu dengan lengannya.

"Ayo lakukan."

Weed mengeluarkan sebuah palu dan pahat untuk membelah batu tersebut.

*Ding*

[Item : Palu dan Pahat untuk Sculpture

Ketahanan : 10/10



Satu set item untuk mengukir batu. Relatif murah, mereka rentan, dan mudah hancur. Penanganan hati-hati sangat direkomendasikan.

Efek:

Sculpture Mastery +1.]

Weed membelinya dari toko patung di Benteng Serabourg, hanya untuk berjaga-jaga. Namun, dia tak pernah berpikir jika akan benar-benar menggunakannya dalam perjalanan.

*Clang Clang Clang!*

"Satu-satunya perbedaan antara mengukir batu dan kayu adalah bahannya. Pemahatan adalah tentang gambaran mentah dan bagaimana cara membentuk sebuah objek dari itu. Yang perlu aku lakukan sekarang, adalah membayangkan bentuknya di dalam pikiranku. Dan membuat patung terbaik, patungku sendiri, dari batu ini."

Weed menangani batu itu dengan hati-hati. Membentuk sebuah batu, menuntut lebih banyak waktu dan energi dari yang bisa dibayangkan. Sedikit pukulan pada tempat yang salah, retakan akan menyebar pada seluruh batu tersebut. Sebuah patung harus menjaminan umur panjang. Butir- butiran keringat membanjiri dahi Weed, karena konsentrasi dan aktivitas fisik.

Dihari kedua dari tugasnya, batu itu telah dipangkas sangat sedikit, karena Weed sampai sejauh ini gagal untuk menggambarkan gambaran pasti seorang dewi.

Dewi Freya hanya diketahui memiliki kecantikan maksimal. Tak ada mahluk hidup yang pernah melihat penampilan sebenarnya. Inilah sebabnya, para Sculptor dan Pelukis sama-sama sering tertantang, saat menciptakan karya seni bersangkutan dengan Dewi Freya.

Para seniman selalu meragukan, bagaimana caranya menggambarkan Dewi Freya, untuk mewujudkan kecantikannya sampai batas maksimal.

Untuk alasan ini saja, dia tak pernah menggambarkan secara identik dalam lukisan dan patung.

Para seniman benar-benar sakit kepala tentang masalah ini. Namun, pada saat yang sama, menstimulasi dan menantang kebanggaan dan skill mereka, sebagai seorang seniman.

Misalkan dua rival mengukir patung atau melukis Dewi Freya, dan bagaimana jika Dewi yang digambarkan oleh salah satunya lebih cantik dari yang lainnya?

Kesampingkan skill melukis, dewi kecantikan hanya dikagumi, selama ia menjadi yang paling cantik dari yang lainnya. Jadi, satu-satunya karya yang paling indah akan mengklaim semua pencapaian pada akhirnya.

҅Kecantikan. Aku harus mengukir Dewi Freya paling cantik di benua ini

Itulah satu-satunya tujuan yang memenuhi kepala Weed.

Itu sebabnya juga, Romuna bercanda jika ia ingin menjadi model patung Weed.

*Claaaaang! Clang!*

Kecepatan palu dan pahat melambat, karena Weed menggali pikirannya lebih dalam.

҅Bagaimana, dan siapa yang harus aku bentuk pada patung ini ?҆pikiran Weed menjadi labirin kusut, saat ia mengikuti pemikirannya satu demi satu.

Meskipun profesi Sculptor ini bukanlah pilihan awalnya, malas pada tugas yang diberikan padanya sangat bertentangan dengan kepribadiannya. Jika pekerjaan yang diselesaikan ternyata biasa-biasa saja, tentu akan melukai harga dirinya, sebagai seorang Sculptor. Ditambah lagi, Fame-nya akan lenyap, yang tak mungkin bisa ia abaikan atau biarkan.

"Siapa yang harus aku pilih, siapa...."

Pada saat ini, sosok seseorang menyadarkan Weed.

"Dia..."

*Clang! Clang! Clang!*

Palu dan pahat mulai menambah kecepatannya lagi.

Batu tersebut perlahan-lahan dipangkas, sosok di patung itu muncul sedikit demi sedikit.

Saat pecahan batu jatuh ke tanah, patung tersebut mulai menunjukkan bentuknya.

Sebuah kecantikan tiada tara.

Seorang bidadari turun dari langit dan tersenyum.

Senyumnya menyelimuti dunia dengan cahaya.

Dia adalah seorang gadis.

҅Seoyoon.҆

Patung yang diukir Weed, berdasarkan pada Seoyoon. Dia melihat wajahnya hanya sekali, selama perjamuan daging panggang di rumah instruktur. Tetapi, Weed tak pernah melihat kecantikan lain yang bisa dibandingkan dengan miliknya.

Bahkan seorang bintang film tak bisa menyainginya dalam kecantikan alami. Martabat misterius dan mulia telah dikombinasikan di dalamnya. Namun ada sebuah kecacatan pada dirinya itu.

Dia tak pernah tersenyum, dan wajah kosong itu tanpa ekspresi apapun. Di sisi lain, patung tersebut tengah tersenyum dengan indah.

Seorang wanita berpakaian petualang, memegang sebuah pedang.

Bahkan, Weed menjadi sangat terpesona dengan patung yang ia kerjakan sendiri. Dia berpikir, jika dirinya hanya mencoba meniru wajah cantik Seoyoon. Tetapi seiring berjalannya waktu, dia merasa hatinya berdebar-debar pada pemandangan dari senyum patung itu.

Patung yang memiliki sebuah pesona misterius, memikat orang-orang tanpa henti. Padahal masih dalam proses penyelesaian.

"Ya ampun!"

"Lihat itu!"

Meskipun bentuknya masih kasar, para prajurit Rosenheim terpaku pada pemandangan itu.

Bahkan warga desa telah berkumpul, meninggalkan pekerjaan membangun ulang desa, dan mengagumi Weed yang tengah bekerja mengukir patung itu.

*Ding*

Patung : Patung Dewi Freya

Freya, dewi kecantikan dan kemakmuran, adalah dewi pelindung Desa Baran. Patungnya dulu berdiri di alun-alun, tetapi telah hancur diterjang sebuah pohon pinus, saat banjir melanda desa.

Ghandilva si Tetua menyesalkan atas hancurnya patung dewi itu, dan memintamu untuk mencari penggantinya, dan membawanya kembali.]

****



Seorang player memasuki Desa Baran melalui gerbang. Dia mengenakan pakaian pengembara, tetapi wajahnya tersembunyi di balik tudung.

Seoyoon.

Dia telah menghilangkan tanda pembunuh yang menyala merah pada dahinya dengan membunuh banyak monster, dan tak membunuh player lagi. Jadi namanya tak lagi berwarna merah terang.

҅Ada banyak orang disini. Ini menganggu, aku hanya ingin bertarung.҆dia sangat frustasi.

Seoyoon pelan-pelan berjalan menuju rumah Ghandilva, untuk menyelesaikan questnya. Di dalam ransel yang telah diperkuat, dan bisa menyimpan berat 10X lipat. berisi sebuah patung Dewi Freya.

Rumah Ghandilva yang tak ia kunjungi selama beberapa bulan, telah dihancurkan sebagian oleh para lizardmen.

Pada saat dia hendak membuka pintu.

"Kamu benar-benar hebat! Dewi Freya yang kamu ciptakan benar-benar indah!"

"Kamu terlalu berlebihan, pak. Patungnya hanya setengah jadi."

Seoyoon bisa mendengar percakapan itu.



< Prev  I  Index  I  Next >