LMS_V02E03P04

3. Harta Kuil yang Hilang (4)
Ini adalah quest berantai
dari Patung Dewi Freya! Sepertinya tak ada yang dirugikan . Mengagumkan. Siapa sangka,
kesempatan semacam ini akan datang padaku !҆
Weed sekali lagi mengakui keberuntungannya. Sebagian keberuntungannya,
disebabkan oleh Seoyoon, yang gagal membawa patung baru, dan sebagai gantinya,
kesempatan datang padanya.
"Itulah keinginanku yang paling dalam, untuk mencegah
kejahatan menyebar di dunia. Aku akan melakukan yang terbaik untuk
mengembalikan harta yang hilang dari Order Freya."
"Terimakasih."
*Ding*
[Anda telah menerima quest!]
Weed menutup percakapan dengan Ghandilva dan menuju rekan-rekannya
yang telah menunggunya.
"Kerja bagus, Weed-nim. Aku tak pernah mengira jika
sebuah patung bisa begitu indah."
Pale berkata sambil menatap patung itu dengan pandangan
hangat, yang mana sangat tak biasa untuknya. Surka, Irene, dan Romuna tampak
tergerak juga.
Level mereka telah mencapai level 60-an dengan memburu para
monster terus-menerus, dengan sedikit tidur, saat Weed tengah sibuk mengukir
patung Freya.
"Sungguh menakjubkan. Tampak asli. Itu adalah patung
paling indah yang pernah aku lihat."
"Aku yakin, bahkan Dewi Freya tak akan bisa menyaingi
patung ini dalam hal kecantikan."
"Bagaimana bisa kamu menciptakan gambaran indah itu?
Aku sangat kagum dengan jiwa seni dan rasa estetika indah milikmu...."
Weed merasa sedikit malu oleh pujian mereka.
Rasa estetika indah? Jiwa seni?
Mata mereka telah buta karena gagal mengenali seorang
seniman yang sangat hebat. Meskipun dia selalu tepat di sana, di depan mata
mereka.
Siapa? Maksudmu Weed? Mengatakan jika dia adalah seseorang
yang lapar akan kekuatan mungkin lebih masuk akal.
҅Apakah mereka percaya,
andai aku memberitahu mereka jika aku sama sekali tak memiliki ide sampai aku
benar-benar harus berfikir keras? Tidak, aku tak berpikir begitu.҆pikir
Weed dengan geli.
Lagian, apa gunanya mengatakan pada mereka sesuatu yang
mereka tak akan percaya?
Seorang salesman yang baik tak akan mengatakan segalanya, saat
ia mengetuk pintumu untuk menjual sesuatu. Seorang salesman yang baik akan menyembunyikan
kekurangan dan melebih-lebihkan kelebihan produk yang ia jual.
Intinya adalah, apa yang bagus untukmu adalah kebijakan yang
terbaik.
"Aku membuat patung ini sambil menggambarkan kalian
semua dalam pikiranku. Nona Irene, nona Surka, dan nona Romuna. Hati murni dan
wajah cantik kalian adalah inspirasiku, jadi patung itu tampak seindah itu
sekarang."
"Ya ampun!" Mereka sangat tersentuh oleh kata-kata
Weed.
Para gadis adalah mahluk-mahluk yang sederhana, bukankah
begitu? Semua gadis dalam party Weed sangat senang mendengar kebohongan semacam
itu.
"Hei, kau adalah Weed, kan?" kata Darius, saat
datang ke tempat Weed dan party-nya berdiri. "Kau cukup bagus dalam
sculpture mastery. Apakah itu sebuah grand piece?"
Darius memiliki pengetahuan yang luas dalam banyak bidang.
Di level 140, dia pasti telah mendapatkan sedikit informasi tentang Sculptor
dari suatu tempat.
"Bukan." kata Weed.
"Lalu, apa itu fine piece?" tanya Darius.
"Ya." kata Weed.
"Oh, aku tak pernah percaya bisa melihat sebuah fine
piece. Kudengar kurang dari seratus Sculptor yang pernah menciptakan fine
piece..."
Darius menunjukkan keterkejutannya dengan gerakan
berlebihan. Lalu, dia tersenyum sinis.
"Selamat. Kurasa kau memperoleh cukup banyak statistik
untuk ini. Setidaknya beberapa keberuntungan baik pasti menimpa Sculptor, yang
menyedihkan dalam hal kemampuan."
Darius menganggap remeh Weed, semata-mata didasarkan pada
fakta jika ia seorang Sculptor.
Dalam kenyataannya, kebanyakan Sculptor memang lemah. Skill
tempur mereka menyedihkan, sekalipun mereka memiliki statistik lebih tinggi
yang dihasilkan oleh pembuatan fine piece dan hal-hal lain.
Bahkan jika mereka mengetahui sebuah skill tempur yang kuat,
mereka tak tahu bagaimana caranya bertarung dengan benar.
Kenapa mereka memilih menjadi Sculptor?
Itu karena mereka mereka memang tak bisa bertarung sejak
awal. Banyak pertarungan menghasilkan petarung hebat.
Bagi sebagian besar player yang memiliki profesi non-tempur,
mereka biasanya tak bisa bertarung.
Mereka biasanya bingung, karena mereka tak tahu bagaimana caranya
menanggapi serangan musuh, dan kehilangan peran apa, yang harus mereka ambil
dalam sebuah party.
Skill tempur basic yang bisa mereka pelajari tidaklah
efektif seperti pada umumnya. Bahkan, level skillnya cukup rendah untuk
ditertawakan oleh rekan satu timnya.
Ditambah, mereka harus melatih sculpture mastery, untuk
menjadi seorang Sculptor secara utuh. Jadi, mereka lebih lemah daripada rekan-rekan
mereka dalam segala hal. Termasuk level rata-rata mereka, jika mereka
menghabiskan waktu yang sama dalam mengembangkan avatar mereka.
Tentu saja, Weed adalah sebuah pengecualian!
"Hei, jaga mulutmu."
Pale, salah satu rekan Weed melangkah maju dengan marah. Dia
tak bisa menahan diri saat Darius mengejek rekannya.
Lalu, keributan terjadi.
"Bagaimana bisa ada seseorang seperti orang ini?"
"Wajahnya tampak seperti sebuah wajan penuh lemak,
setelah memasak sosis..."
"Orang bodoh tak pernah berpikir sebelum mereka
berbicara. Weed-nim sangat hebat dalam bertempur..."
Surka, Romuna dan Irene membalas bergantian.
Surka yang masih muda, cukup tersinggung untuk mengatakan
hal itu! Romuna, yang sering merasa marah dari waktu ke waktu, itu sangat
wajar. Tetapi apa yang benar-benar mengejutkan Pale dan Weed, dari semua orang
adalah Irene, yang selalu tenang dan memiliki jiwa yang lembut, telah berkobar
dalam kemarahan.
Wanita....
Tak mungkin Pale dan Weed yang bodoh, bisa mengetahui jika
ketiga gadis itu bersama-sama bisa dengan mudah mengubah status seseorang
menjadi 'kill-on-sight' jika diperlukan. Bahkan, saat penilaian Weed
digandakan atau dikalikan tiga, ia masih tak akan bisa sepenuhnya memahami
setengah dari aspek seorang wanita selama hidupnya.
Sangat bodoh untuk mengasumsikan jika kamu mengerti seorang
wanita, hanya karena kamu membuatnya senang dengan beberapa pujian.
"....."
Weed kehilangan kesempatannya untuk marah.
Namun, dia membalas dendam dengan rentetan ejekan dari para
gadis.
"Ap-Apa kau bilang?"
Mata Darius menyala. Tetapi, baik Irene maupun Romuna tak
mundur sedikitpun.
"Kenapa? Apakah kami mengatakan sesuatu yang
salah?"
"Berani-beraninya kau..."
"Lalu apa yang akan kau lakukan? Membunuh kami?"
"Apa kau pikir, aku akan membiarkan kalian
lolos?!"
Darius hendak mencabut pedangnya. Jika dia, seorang Warrior
level 140, memutuskan untuk bertarung sekarang, Weed dan rekan-rekannya tak
akan bisa bertahan.
Tidak, weed bisa menang jika ia berhasil memanfaatkan
potensinya dengan baik. Levelnya berada pada 70-an, dia mendekati seorang
warrior level 100.
Mengingat skill-skillnya yang seperti cheat dan kemampuan
tempurnya, ia yakin bisa mengalahkan Darius.
Memanfaatkan unsur kejutan, dan mengingat jika Darius
meremehkan Weed. Merebut saat-saat ketika dia tak siap untuk itu, Weed bisa
mengalahkannya dalam satu menit.
Satu-satunya masalah adalah jika duel berlangsung lebih lama
dari satu menit, Weed akan kehabisan MP karena menggunakan skill-skill tempur,
dan akan berakhir dengan kematian yang pasti.
Weed bukannya takut pada Darius karena statistiknya. Tetapi,
dia tahu jika kelemahannya terletak pada durasi pertarungan. Bisa dikatakan,
dia memiliki kasus yang sama seperti ejakulasi dini, rahasia nomor satu seorang
pria. Tentunya, dia masih lebih kuat daripada rata-rata player di level yang
sama dengannya.
"Darius, santai… santai!"
"Lepaskan aku! Aku akan mengajari para pelacur itu
sopan santun!"