LMS_V02E04P03

4. Kota Langit, Lavias (3)
"Bisakah aku mencoba Pelatihan Pemula sekali?"
"Bisa. Mereka yang menyelesaikan Pelatihan Dasar
memiliki hak untuk itu. Tapi, yang di sini berbeda dari Basic Training Hall di tempatmu.
Ada kemungkinan bahaya tinggi, jadi jangan memaksakan diri."
"Aku ingin mencobanya." Weed berkata dengan
semangat.
"Maksudmu Pelatihan tersebut?"
"Seperti yang aku katakan."
"Semangatmu sangat mengagumkan. Kalau begitu, ikuti
aku."
Weed mengikuti sang insrtuktur.
Dia membawa Weed ke sebuah bangunan, di belakang balai
pelatihan. Pintu masuknya adalah paruh yang terbuka. Gelap gulita, terdapat
lorong yang gelap.
"Yang harus kamu lakukan adalah melewati lorong ini,
dan keluar dengan selamat ke pintu keluar di ujung sana. Sederhana kan? Tapi,
skill tempurmu tak akan bisa digunakan. Dan sedikit saran, jangan menyalakan
api, itu akan membuatnya terlalu mudah. Bukan, amat sangat mudah."
"Dimengerti." jawab Weed dengan singkat. Dengan
langkah panjang, ia memasuki lorong tersebut.
Pada awalnya, tak ada yang bisa membuat Weed cemas. Namun,
saat dia berjalan lebih dalam, keyakinannya perlahan-lahan mulai memudar.
Dia mulai menggunakan tangan dan kakinya untuk merasakan
jalan yang ada didepannya. Dia tidak tahu apa yang akan muncul dari lorong yang
tenang dan gelap ini. Lalu...
*PYIING!*
Weed secara reflek menundukkan kepalanya menghindari
serangan tebasan. Saat beberapa helai rambutnya terpotong, ia menyadari jika
ketenangannya telah berakhir.
'Sebuah serangan?
Bagus.' tubuhnya bergerak segera, setelah menyadari hal ini.
Weed sudah menarik pedangnya dan menusukkan ke depan.
Meskipun dia tak bisa melihat, dia bisa merasakan sesuatu mendekat.
*CLANG!*
Pedang besi tersebut berbenturan. melawan sesuatu yang
terbuat dari logam. Menilai dari dampaknya, serangan itu tak diblokir oleh
perisai. Tubuh musuh terasa sekeras batu!
'Dari kanan!'
Weed merasakan serangan datang, saat serangan itu memotong
udara. Sekarang dia yakin jika yang selanjutnya juga akan datang dari kanan.
Karena dia tak bisa melihat, ia tak punya pilihan selain mengandalkan indra
yang lain. Weed percaya pada insting miliknya.
Pada saat pedang milik Weed bergerak, seolah-olah pedang itu
memiliki pikirannya sendiri. Dengan halus diayunkan, untuk menangkis serangan
di dalam kegelapan. Seseorang yang tak memiliki pengalaman dalam kehidupan
nyata dengan pedang tak akan bisa melakukan ini.
'Sepuluh, mungkin
lebih!' pikir Weed.
Serangan terus-menerus, membuatnya tak bisa istirahat.
"Yatz!"
Weed meneriakkan teriakan pertempuran, saat ia meluncur ke
udara. Saat dia berguling di tanah, ia dengan tegas memegang pedangnya ke samping,
untuk menebas pergelangan kaki. Percikan api beterbangan, saat pedangnya
menggores sesuatu yang terbuat dari besi. Untuk sesaat, area tersebut terlihat
jelas.
Ada puluhan Barbarian berpakaian full baja. Mereka memegang
pedang, tongkat, palu, kapak, stik, dan gada.
'Sial!'
Rasa dingin menjalar di tulang punggung Weed, saat semangatnya
yang berkobar-kobar telah padam, seperti sebuah lilin tertiup angin. Tetapi
serangan dari Barbarian belum berakhir.
Dia bisa menangkis beberapa serangan tersebut, tetapi did alam
lorong yang gelap gulita tersebut, mustahil baginya untuk menangani semua
serangan sekaligus. Sebuah serangan mendarat pada punggungnya, menghempaskannya
ke tanah. Para Barbarian langsung menyerang lagi dari segala arah, seperti
hyena.
****
"Kau gagal." Mendengar suara sang Instruktur, Weed
pelan-pelan berdiri. Seluruh tubuhnya terasa sakit.
'Tempat macam apa ini?'
Pikirnya sambil melihat ke sekitar.
Dia segera menyadari, jika ia sudah kembali ke pintu masuk
Training Hall. Sang Instruktur pasti telah membawanya ke sini. HPnya berkurang.
Dia diserang, sampai HPnya sekarang tersisa kurang dari 30, bahkan pukulan
ringan bisa membunuhnya. Beruntungnya, ia tak berdarah, jadi HPnya tak lagi
berkurang.
"Inilah yang terjadi, saat mereka yang tak punya cukup
kemampuan menantang tempat ini. Aku menyelamatkanmu kali ini, tetapi jika kau
mencobanya lagi, kau akan mati."
Weed menggelengkan kepalanya, untuk mendapat kembali akalnya
dan bertanya, "Apakah aku harus berlevel lebih tinggi agar bisa
berhasil?"
"Bukan itu. Infinite
Steel Man menyesuaikan dengan level penantangnya."
"Lalu itu artinya, kemampuanku yang sebenarnya belum
cukup kuat."
"Begitulah."
"Sudah berapa lama, sejak aku masuk?"
"Sekitar 4 jam."
"Teman-temanku pasti telah menungguku. Aku pasti akan
kembali lagi." Weed berjanji dan meninggalkan Training Hall lalu menuju ke
tempat pertemuan yang telah ditentukan.
****
Weed berlari dengan cepat! Di titik pertemuan, dia melihat seluruh
anggota party, wajah mereka bersinar dengan kegembiraan.
"Maaf aku terlambat..." kata Weed dengan nada
meminta maaf.
"Weed-nim!" Surka berseru, dengan cepat berlari ke
arahnya.
"Kami menemukan sebuah quest besar!"
"Kami menunggu kamu, Weed-nim. Jadi, kita semua bisa
memutuskan apakah kita harus menerimanya."
Saat Weed tak ada, para anggota party telah menjelajahi
Lavias dengan sungguh-sungguh, untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
Pertama, bagaimana caranya untuk kembali ke tanah di bawah. The Feather of Lightness, dijual di
toko, akan memperlambat turunnya benda yang jatuh. Menggunakan bulu tersebut
untuk melompat dari Lavias. Mungkin menyenangkan bagi Weed, tetapi akan menjadi
pengalaman yang mengerikan bagi seseorang pengidap acrophobia/takut ketinggian seperti Surka.
Yang kedua adalah berita yang sedikit mengecewakan, jika
party Weed bukanlah yang pertama menemukan Lavias. Mereka telah menduganya
sampai batas tertentu, karena Fame mereka tak meningkat saat mereka pertama
kali menginjakkan kaki di Kota Langit.
Yang berikutnya adalah quest-quest!
Irene telah menemukan sebuah quest untuk membunuh 20
Skeleton Knight. Hadiahnya adalah sebuah Cincin yang meningkatkan level
regenerasi MP sebesar 10%.
Tentu saja, Skeleton Knight adalah musuh yang sulit untuk
dihadapi, dengan level mereka yang berkisar 100-an. Tetapi, party tersebut
merasa tergoda oleh hadiahnya. Bagaimanapun juga, sebuah cincin yang
meningkatkan level regenerasi MP sangatlah langka. Harga jualnya di kota besar
manapun di Benua Versailles tak bisa dinilai!
"Dimana tempatnya?" tanya Weed, juga tertarik
dengan hadiahnya.
Seperti itulah, mereka menerima quest untuk membunuh
Skeleton Knight tersebut.
*Ding*
[Dungeon Baru : Anda adalah orang pertama yang menemukan Memphis Hall
Hadiah :
-Fame meningkat sebesar 200 (+200 FAME)
-Dobel EXP dan dobel rate drop item.
-Monster pertama yang terbunuh akan menjatuhkan item
qualitas terbaik, yang bisa dijatuhkan oleh monster tersebut.]
Kata-kata yang terdapat di jendela pesan, saat Weed dan
rekan-rekannya memasuki dungeon. Mereka segera membeku di tempat.
"Ini adalah...."
"Kita pengunjung pertama!" Surka dan Romuna
berseru penuh suka cita.
Pale juga memiliki senyum besar di wajahnya. Lahan berburu
yang memberi dobel EXP sangat layak dimasuki, tak peduli seberapa berbahayanya.
Sungguh sayang untuk ditinggalkan dan kehilangan semua EXP yang potensial itu.
'Orang lain mungkin
telah datang ke Lavias duluan, tetapi mereka tak datang ke lahan berburu ini.
Tidak, mungkin mereka tak bisa menemukannya. Jangan terlalu menaruh harapan
yang tinggi.' pikir Weed.
Weed berusaha keras untuk mempertahankan ketenangannya,
tetapi kegembiraannya tak bisa disangkal.
"Untuk saat ini, mari kita lihat-lihat dulu. Tujuan
utama kita adalah membunuh Skeleton Knight. Tapi, karena kita perlu tahu apakah
kita bisa melakukannya, kita harus memburu apapun yang kita temui terlebih
dulu. Irene-nim"
"Ya!"
"Tolong support kami, terutama dengan
penyembuhanmu."
"Ya, dan karena tempat ini dipenuhi dengan undead, aku
akan memberi Blessingku juga."
Blessing dan Holy Magic milik priest sangat fatal bagi
undead. Blessing berfungsi untuk meningkatkan damage 1.5 kali terhadap
musuh-musuh yang berbeda, dan memberikan damage tambahan jika lawannya adalah
undead.
"Ayo pergi."