Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V03E06P04

gambar


6. Flu Berat (4)



Para instruktur dan praktisi dojo berkumpul untuk melihat pertandingan tersebut. "Sungguh stamina yang luar biasa...!"
"Itu adalah orang kesembilan yang telah kalah!"
"Dia menggunakan jumlah kekuatan yang tepat... tak peduli seberapa banyak stamina yang dimiliki seseorang, hal itu tidaklah mudah melawan 9 orang secara berturut-turut."
"Jangankan melawan satu per satu. Hanya bertarung melawan praktisi lain saja sudah cukup sulit."
"Tetapi bagaimana dia bisa menang seperti itu?"
"Kekuatan dan teknik, tampaknya dia telah menemukan keseimbangan di antara keduanya. Dia mengurangi jumlah pergerakan yang tak diperlukan dari tubuh bagian bawahnya. Meski begitu, dia harus melatih tubuh bawahnya untuk waktu yang lama untuk mencapai kemampuan seperti itu."
"Tapi bagaimana dia bisa bertarung seperti itu?"
Para praktisi telah melihat latihan Lee Hyun ketika dia datang ke dojo seperti yang dilihat Chung Il Hoon dan Ahn Hyundo. Ahn Hyundo melihatnya dan mengangguk.
"Aku tahu kenapa dia tampak bertarung sungguhan."
"Kenapa bisa Master?"
"Ketika kamu bosan, kamu ingin bertarung dengan siapapun yang bisa kamu lawan."
Para praktisi menatap Ahn Hyundo.
"Kalau begitu itu hanya untuk menghilangkan stres, Master?"
"Ketika kamu menghadapi lawan, hal itu terasa bagus untuk memegang dan mengayunkan pedang, bukankah begitu?"
"Yah, kurasa begitu..."
"Kadang-kadang aku ingin bebas dan bertarung tanpa alasan. Tetapi kita tak ingin tahu naluri primitif yang kuat ini. Saat ini, pedang-pedang menggantung di dinding dan karena hal itu, pandangan tentang dirimu sendiri pasti telah berubah. Sekarang hanya sedikit yang memiliki naluri seorang pemburu, semangat bertarung dari hewan buas."
*Klakk!*
Praktisi yang lain dipaksa berlutut di depan Lee Hyun. Saat Lee Hyun perlahan-lahan berjalan ke arahnya dengan pedang kayunya, si praktisi itu menyerah.
"Berhenti, berhenti! Aku kalah."
Lee Hyun menghentikan pedangnya di depan kening praktisi tersebut.
"Siapa selanjutnya?"
Potensi Lee Hyun sangat mengagumkan. Bajunya basah dengan keringatnya, menunjukkan dadanya yang kuat.
Tetesan keringat mengalir pada pedang kayu dan jatuh ke lantai.
Tetapi dia tak tampak lelah. Di matanya, semangat bertarung tampak berkobar-kobar.
Itu adalah mata yang berniat memburu!
Hanya raungan hening seekor serigala mengancam posisi yang lain.
Lebih dari 100 praktisi di dojo tersebut merasa terintimidasi.
"Biarkan aku pergi."
"Panggil para master!"
Para murid tak bisa menerima tantangan yang memanas dan Chung Il Hoon hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa kalian serius..."
"Master!"
"Jika rumor menyebar bahwa 10 orang kalah, lalu kehormatan dojo akan menurun. Aku akan melawannya."
Chung Il Hoon akan bertarung secara langsung. Dia memenangkan medali perak dua kali di Turnamen Pertarungan Pedang Sedunia, dia adalah seorang ahli.
Para praktisi tidak pernah melihat dia bertarung secara serius dan hanya melihatnya mengajari orang lain bagaimana untuk bertarung.
'Master akan bertarung'
'Apa mereka benar-benar akan bertarung?'
Para praktisi menatap Lee Hyun dengan cemas. Dia harus menyerah karena tak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi jika dia memutuskan untuk bertarung.
Mereka terdiam.
Lee Hyun mengarahkan ujung pedangnya terhadap Chung Il Hoon. Chung Il Hoon juga siap untuk bertarung.
Setelah mereka berdua mengambil pedang mereka, Ahn Hyundo berteriak.
"Berhenti!"
"Tapi master, jika orang ini dibiarkan, maka kebanggan dojo akan..."
"Aku tahu dia mengalahkan 9 orang atau lebih, tetapi dia berasal dari dojo kita. Jadi hal itu tak akan merusak kebanggaan ilmu pedang kita."
"Aku kira begitu..."
"Dalam kenyataannya, melawan lawan yang kelelahan akan mempermalukan kita."
Ahn Hyundo berusaha untuk menjaga kedamaian dalam dojo, melawan seorang murid dan melawan seorang instruktur adalah hal yang sepenuhnya berbeda. Chung Il Hoon memutuskan untuk mundur dan berbicara. Tetapi Ahn Hyundo tersenyum sambil berkata.
"Bukankah menurutmu jika itu akan lebih adil jika orang tua seperti aku melawan seorang lawan yang kelelahan?"
"Master!"
"Master Anda...!"
Seluruh dojo penuh dengan kegirangan.
Meskipun Ahn Hyundo sudah tua, tak seorangpun berpikir dia lemah.
Ahn Hyundo adalah Juara Dunia Pertarungan Pedang selama 4 tahun berturut-turut.
Dia bukanlah seseorang yang bisa dikalahkan oleh sembarangan orang bahkan jika dia hanya memegang tongkat.
Seluruh dojo menjadi tenang saat Ahn Hyundo berjalan ke tengah-tengah dojang.
"Kita akan melihat ilmu pedang milik Master..."
"Kesempatan kecil seperti itu datang sekali seumur hidup?"
Para praktisi di dojo menahan nafas mereka pada konfrontasi di antara kedua petarung. Jika ilmu pedang Ahn Hyundo bisa dilihat, seharusnya itu dengan cara yang lebih mulia. Namun, setiap instruktur bingung pada tindakan Ahn Hyundo.
'Bahkan jika Master tertarik pada anak itu, tak terpikir jika dia akan turun tangan sendiri.'
'Jika hal ini dibiarkan, maka semua orang akan ingin menantangnya...'
Master adalah kebanggaan dari Republik Korea dalam hal ilmu pedang, tetapi dia tak banyak berbicara tentang pikirannya.
Lee Hyun telah mengalahkan 9 orang, meskipun mereka adalah para paraktisi. Ada celah yang besar di antara para praktisi dan si penantang. Tetapi perbedaan yang sangat besar ada di antara para praktisi dan murid yang secara langsung diajar oleh Ahn Hyundo.
Tak peduli seberapa banyak praktisi yang dikalahkan Lee Hyun, para istruktur tak gelisah sedikitpun. Mereka mengagumi ilmu pedangnya, staminanya yang mengagumkan, dan semangat bertarungnya.
'Tetapi ada masalah yang lain.' pikir Chung Il Hoon.
Ahn Hyundo sedang bertarung.
Hal ini sangat tak biasa.
'Mungkin dia tak akan serius?'
Chung Il Hoon menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ahn Hyundo datang setidaknya seminggu sekali untuk bertarung dengannya memakai pedang.
Tak berujung.
Keputusasaan.
Dan kagum.
Ahn Hyundo telah mencapai puncaknya. Hanya mereka yang ada di bawahnya yang bisa melihat itu. Chung Il Hoon bahkan tak bisa bermimpi untuk mencapai tingkat dimana ia bisa menyentuh kerahnya. Tak mungkin Ahn Hyundo bisa kalah.
'Tidak mungkin aku bisa berbuat sesuatu. Dia akan melawan murid favoritnya. Semoga beruntung, Lee Hyun.'
Mata Chung Il Hoon sedingin es saat menghela nafas.
Stamina Lee Hyun sudah mencapai batasnya. Kemauannya telah bertahan selama ini, tetapi segera itu akan hancur.
Chung Il Hoon melihat itu sebagai masalahnya.
Dengan staminanya yang hilang saat para praktisi melawannya sepenuh hati, tak peduli praktisi mana yang ia lawan, tubuh Lee Hyun telah mencapai kondisi yang ekstrim karena melawan 9 orang.
Chung Il Hoon berpikir bahwa kemampuannya yang luar biasa akan segera berakhir.
'Master tak perlu berbuat banyak untuk menaklukan seseorang yang sudah hampir kalah.'
Namun, Chung Il Hoon sepenuhnya salah.
Sebuah adegan yang mengharukan saat mata mereka bertemu saat Ahn Hyundo berkata pada Lee Hyun.
"Apa kamu suka menggunakan pedang kayu? Aku juga punya pedang kayu di tanganku, tetapi tidakkah kamu ingin bertarung dengan pedang asli?"



< Prev  I  Index  I  Next >