LMS_V03E07P01 Pemula Bodoh

7. Pemula (1)
"Ini tak masuk akal!" Chung Il Hoon berteriak.
Dia tak pernah menghentikan keputusan Ahn Hyundo sebelumnya,
tetapi kali ini dia tak bisa diam saja.
"Lawannya adalah seorang pemula. Pendekar pedang pemula
tak tahu bagaimana untuk menggunakan pedang dengan benar dalam sebuah
pertarungan!"
"Argh, Hoon! Aku tak menanyaimu. Aku berbicara pada
lawanku! Kau akan mengganggu duelku!" Suara Ahn Hyundo menggema di dalam
dojo.
Sejujurnya, tak seorangpun bisa menghentikan Ahn Hyundo.
Jika mereka mencoba, maka mereka akan menjadi subjek pelampiasan.
Mereka tak bisa mengambil resiko itu.
Para instruktur terdiam, menatap Lee Hyun agar menolak
usulan tersebut.
'Akan lebih baik jika
kamu melarikan diri sekarang, daripada dihajar.'
Berkompetisi dengan pedang asli...
Ketika bertarung dengan pedang asli. Secara harfiah
siapapun, tak peduli seberapa terampil, akan merasa ketakutan.
Namun, Lee Hyun berdiri tegak.
Ahn Hyundo memujinya.
"Itu bagus. Kamu tak mundur. Sama seperti seorang pria
sejati. Sun Hoon, pergi ke ruanganku dan bawakan dua pedang di dinding. Kau tahu
kan di mana pedang itu berada?"
"Boss..."
Masalahnya telah semakin memburuk. Pedang-pedang baja itu
sangat bagus untuk memotong.
Chung Il Hoon merasakan jika hasil dari pertarungan akan
sangat mengerikan.
****
'Sebuah pedang...'
Lee Hyun berdiri memegang pedang asli. Dia merasa seolah
pikirannya telah jernih dan ia baru saja sadar.
'Huh, kenapa aku di sini?'
Lee Hyun datang dari rumah sakit dan pergi ke toko buku.
Kemudian ia melihat dojo tersebut. Dia tak datang ke sini
untuk bertarung, ia hanya ingin menjernihkan pikirannya dari rasa frustrasi.
Berlatih dan mengeluarkan keringat sangatlah menyegarkan.
Menantang dojo.
Bertarung dengan pedang.
Lee Hyun tak keberatan.
Pedang kayu vs pedang kayu.
Itu adalah pertamdingan yang adil.
Tak ada alasan untuk menolak.
Lawan pertamanya sedikit lemah, karena dia merasa jika
teknik lawan sedikit lemah. Latihan kekuatan tak diperlukan dalam jalan,
menjadi lebih kuat.
Seseorang harus menggunakan potensi kekuatan dari otot
dengan baik. Hal ini muncul saat seseorang memanfaatkan pernafasan dan
fleksibilitas inti tubuh.
Lawan pertamanya kekurangan dalam area itu.
Penantang yang lain muncul setelah lawan pertama telah
kalah. Melawan seorang ahli pedang dengan banyak pengalaman, Lee Hyun mencari
titik lemah.
Ilmu pedang yang berorientasi pada pertahanan.
Namun, hal itu tak sempurna. Pada saat itu juga, ia mampu
menemukan kecacatan.
Mempertimbangkan kecepatan pergerakan pedang lawan, Lee Hyun
menggunakan perbedaan itu untuk menyerang titik lemah.
'Ini berkat Royal
Road. Aku telah bertarung lebih dari puluhan ribu kali.'
Game virtual reality.
Dalam Royal Road, jika semua orang menjadi master pedang,
maka dunia akan penuh dengan orang kuat.
Kebanyakan player biasanya mengandalkan skill dan mekanis
game bukannya tubuh mereka sendiri untuk bertarung. Seseorang seperti Lee Hyun
yang sungguh-sungguh mempelajari pedang untuk bermain game, sangatlah jarang
ditemukan.
Jadi dia mengalahkan praktisi kedua.
Tetapi kemudian penantang yang lain muncul.
'Kenapa kamu tak mau
aku menang? Kenapa mereka ingin mengalahkanku?'
Dia marah. Dia tak tahu jika matanya tampak seperti serigala
kelaparan, memprovokasi orang lain.
Tangguh seperti binatang!
Menggunakan semua kekuatannya sampai mereka terpojok.
Dia mencengkeram pedangnya.
'Keren...'
Lee Hyun menggelengkan kepalanya saat ia mengambil pedang
tersebut.
Saat dia mengambil pedang, ia tak bisa diam. Pada saat itu,
rasanya setiap sel dalam tubuhnya bergejolak.
Sampai sekarang, dia merasa seolah-olah hanya melihat 20%
dari segala sesuatu, sekitar 5 kali lebih kecil dari yang dia lihat sekarang.
Di pagi hari, tubuh biasanya sangat sensitif pada segala
sesuatu di sekitar, dia sedang stres dan dalam suasana hati yang gelisah.
Lee Hyun dengan tenang mengatur nafasnya.
Dia merasa seolah-olah memegang pedang, pikirannya telah
jernih.
Ahn Hyundo tak segera menyerang.
Berkat hal itu, dia bisa beristirahat untuk sejenak.
Momen yang sangat singkat.
Dia mengistirahatkan otot dan pembuluh darahnya. Jantungnya
menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Di tangannya, pedang tersebut terasa sangat dingin, tetapi
panas di dalam dadanya terus meningkat.
'Jadi ini rasanya
memegang pedang asli.'
Dia tampaknya tak tahu kenapa ia ada di sini dan dalam
situasi seperti ini. Dia datang hanya untuk mencari keringat dan tak bisa
percaya apa yang telah terjadi.
'Menyerah'
Hal ini tak layak dilakukan. Tak ada gunanya bertarung tanpa
memiliki sesuatu yang harus diperjuangkan, dan dia bisa dengan mudah terluka
dengan memegang pedang tersebut.
Dia meminta maaf dan mengaku kalah, meletakkan pedangnya.
Lalu Ahn Hyundo mengamati mata Lee Hyun dan berkata.
"Apa kamu takut? Bukankah kamu punya keberanian untuk
bertarung? Tak apa-apa. Hukum rimba menyatakan jika di alam liar, binatang buas
memutar ekor dan lari saat mereka bertemu seseorang yang lebih kuat daripada
mereka."
Lee Hyun marah.
Dia ingin bertarung.
Dalam sekejap, dia mengangkat pedang tajam tersebut dan
memegangnya dekat dengan dadanya.
Dia tanpa sengaja memutuskan untuk mengangkat pedang
meskipun telah bertarung lebih dari 9 kali.
*Chaeaeaeng*
Pedang itu mengeluarkan suara metalik.
Pedang logam tersebut mengeluarkan suara yang sangat jelas.
Ahn Hyundo juga menerima pedangnya dengan ringan, saat dia
mundur selangkah.
"Lebih baik letakkan pedang yang tak bisa kamu ayunkan.
Kamu telah mengayunkannya sekali, tetapi kamu mengayunkannya terlalu keras. Mau
mencoba ayunan kedua?"
Bukannya menjawab, Lee Hyun mengayunkan pedang tersebut. Itu
adalah 60% dari kecepatan ayunan yang asli tetapi itu adalah serangan yang
bagus.
*Janggang*
Mencengkeram pedang tersebut, ia bisa merasakan getaran
halus mengalir ke ujung jarinya.
Lee Hyun bisa mendengar suara yang jelas dari pedang
ditangannya.
'Pedang yang bagus.'
Mendengar pedang itu, dia merasa seolah-olah pedang itu
adalah bagian dari tubuhnya. Sampai batas tertentu, ia bisa tahu seberapa tajam
pedang itu dan perbedaan kecil yang membuatnya pedang yang bagus.
Ahn Hyundo memblokir serangan Lee Hyun dengan sangat lembut,
dan kemudian meningkatkan kecepatan pedangnya untuk menyerang.
Namun, karena khawatir pada cidera tubuh, memungkinkan bagi
Lee Hyun mencegah serangan tersebut.
Jika ada pedang yang melayang ke arah tubuh dari depan, maka
ada banyak ruang untuk menghindarinya.
Ahn Hyundo menebas pedang Lee Hyun seperti tirani.
Pedangnya mengayun dengan cepat. Dia menerkam Lee Hyun
seolah-olah ia adalah hewan buas yang siap membunuh.
Pedang Ahn Hyundo menusuk ke arah jantung Lee Hyun.
Pedangnya!
'Aku tak mau mati!'
Lee Hyun menebas pedang Ahn Hyundo, dengan membelokkan
jalurnya.
Pertimbangannya terhadap keselamatan lawannya telah
menghilang.
Dia berjuang untuk menghindari terkena serangan, dengan
kehendaknya yang kuat untuk hidup.
Suara angin yang jelas.
Kilatan cahaya muncul di dekat dada mereka saat pedang besi
berbenturan.
Para praktisi hanya bisa bengong karena melihat serangan
ganas mereka.
"In..Instruktur! Ini harus dihentikan, bukankah
begitu?"
Para praktisi bertanya dengan cemas.