Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V03E07P02

gambar


7. Pemula (2)



Chung Il Hoon tak bisa mempercayai, situasi yang tengah terjadi.
Sangatlah sulit untuk menghentikan Lee Hyun tanpa melukainya.
Namun, untuk tingkat keahlian Ahn Hyundo, hal yang mungkin.
Baginya, tugas yang mudah untuk memukul pergelangan tangan, gagang pedang, atau melumpuhkan Lee Hyun sementara, dengan memukul titik fital didahi.
Hal yang mudah bagi Ahn Hyundo, menempatkan Lee Hyun dalam keadaan seperti itu, tapi dia tak punya niat sedikitpun untuk melakukannya.
Dengan merinding di sekujur tubuhnya, ia hanya bisa bertahan.
"Istruktur, pikirkan sesuatu! Pasti kamu punya ide, apa yang harus kita lakukan...?"
"Entahlah. Tapi kenapa aku begitu khawatir?"
Chung Il Hoon tak tahu apa yang akan terjadi, setelah pedang digunakan dalam situasi ini. Setelah pedang-pedang itu dikeluarkan, akan berbahaya untuk mencoba menghentikan situasinya.
Tetapi segera, dia bisa tenang dan menonton. Kedua pedang terus berbenturan.
Kekuatan Lee Hyun telah keluar dengan didorong kehendaknya untuk hidup, di depan lawan yang kuat.
Lebih keras, lebih kuat, lebih cepat.
Pemikiran-pemikiran ini pelahan-lahan bangkit.
Lee Hyun telah sepenuhnya mengendalikan tubuhnya sendiri. Hal ini menyebabkan tubuhnya memberontak.
Chung Il Hoon menyaksikan saat Lee Hyun berubah, dan mulai menembus lebih dalam ke dalam ilmu pedang.
Praktisi terampil bisa melihatnya dengan mata mereka, tetapi bahkan orang lain segera mulai merasakan sesuatu.
"Huh?"
"Itu sedikit berbeda."
"Apa yang berubah?"
Ahn Hyundo memotong jalur untuk mencegah serangan.
Tebasan pedang diagonal.
Lee Hyun merendahkan tubuhnya pada saat yang sama, menghindari tertusuk oleh pedang tersebut, bergerak secara naluri bukannya pikiran. Lee Hyun berjuang melawan keterampilan pertarungan pedang Ahn Hyundo yang luar biasa tanpa ragu-ragu.
'Kenapa kamu bersenang-senang? Ini adalah saat-saat berbahaya...!' pikir Lee Hyun saat sudut mulutnya melengkung membentuk senyum.
Dia sendiri tak mengetahui kenapa, ia memutuskan untuk fokus pada duel.
Pertarungan pedang. Menantang orang lain untuk bertarung. Pertarungan itu sendiri sudah bagus.
'Aku terlalu banyak berpikir. Ketika aku berada dalam pertarungan, aku tak perlu berpikir...'
Ayunan pedang tersebut terasa bagus, ketiksaata Lee Hyun bergerak ke arah Ahn Hyundo, dia mengayunkan pedangnya. Tubuhnya mulai menunjukkan reaksi yang tak stabil.
Lee Hyun melepaskan pedangnya sepenuhnya kelelahan, ia mengalami nyeri otot yang mengerikan dan kakinya lemas dan tak bisa berdiri.
"Minumlah ini. Ini akan sedikit menenangkan tubuhmu."
Ahn Hyundo memberinya secangkir teh yang memiliki aroma yang tajam.
"Ini enak."
"Ya. Ini adalah teh ginseng liar dari Gunung Baekdu."
"Harganya pasti mahal..."
"Tak ada yang lebih berharga daripada tubuh, benarkan?"
"Ya, itu benar."
Lee Hyun langsung meminum tehnya. Dia meminum teh sebotol, setiap hari.
Itu baik untuk tubuh.
"Cepat sekali kamu menghabiskannya. Tambah lagi."
"Terimakasih. Aku haus dan lelah."
Lee Hyun meminum 5 cangkir teh.
Ahn Hyundo mengambil kesempatan untuk memulai percakapan.
"Ahem, aku penasaran. Ini adalah pertama kalinya kamu memegang pedang, kan?"
"Ya."
"Kamu tak terlalu panik. Namun, untuk kehormatan 9 orang yang kamu kalahkan, apa kamu mempelajari pedang di tempat lain?"
"Tidak seperti itu. Aku mempelajari pedang..."
Dia menceritakan tentang Royal Road.
Bagaimana dia menguasai pedang sambil berburu monster, dan bagaimana dia memukuli orang- orangan sawah.
Lee Hyun tak percaya pada orang lain dengan mudah. Dia tak terbuka pada orang lain karena kenangan bagaimana ia menjalani kehidupannya sampai sekarang. Namun, dia tampaknya mempercayai Ahn Hyundo.
Selama masa-masa suram, orang-orang berusaha menyembunyikan permasalahan mereka. Ahn Hyundo membantu orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang menjadi percaya, dan bergantung padanya. Seorang pria percaya jika latihan lebih berharga daripada ribuan kata.
"Aku mengerti. kamu pasti telah mengalami perjuangan yang sulit untuk mengembangkan ilmu pedangmu."
"Namun, berkat hal itu, aku berhasil mempelajari dasar-dasarnya sampai sejauh ini."
"Jadi kamu bilang jika di sana benar-benar ada monster? Monster hidup yang bergerak yang bisa kamu tangkap untuk mendapatkan item dan uang... dan mendapatkan EXP? Apa di sana ada naga?"
"Ya, di sana ada naga..."
"Untuk saat ini, kamu pasti lelah, jadi beristirahatlah. Aku harap, kamu bisa datang ke dojo lain kali, jadi kita bisa bertanding lagi."
"Selamat tinggal."
Lee Hyun menyelesaikan istirahatnya dan kemudian meninggalkan dojo. Kemudian Chung Il Hoon terkejut.
"Master kamu tak mau merekrutnya? Jadi kamu telah mengubah pikiranmu, tentang membuatnya menjadi penerusmu?"
"Tidak, dia sedang sibuk dengan game-nya."
"Jadi kamu akan membiarkannya pergi begitu saja?"
"Biarkan dia, untuk sekarang ini. Kemampuannya akan matang seiring waktu. Aku akan mengawasinya untuk saat ini dan membimbingnya. Namun, hal yang disebut Royal Road..."
Ketika Ahn Hyundo masih muda, pemikiran tentang dunia fantasi telah merajalela. Pemikiran tentang orang-orang modern bepergian ke dimensi lain untuk mendirikan kerajaan fantasi!
Atau bertemu pahlawan dalam legenda. Ceritanya, saat dia mengelilingi dunia hanya dengan keberanian dan melatih ilmu pedangnya.
"Di sana ada monster... dan Wyvern dan Naga! Jadi bahkan ada Naga juga?"
"Ya? Setidaknya itulah yang telah aku dengar. Meskipun tak seorangpun belum ada yang berhasil menangkapnya."
Chung Il Hoon menjawab dengan sedikit gugup. Dia tampaknya telah menebak apa yang Ahn Hyundo rencanakan.
"Pergi ke dunia fantasi, menjadi seorang pahlawan, mengalahkan para Orc, membunuh naga. Kaisar? Menjadi Kaisar? ...hmmmm!"
Dada Ahn Hyundo mengembang.
Itu adalah tempat terbaik untuk mempelajari pedang. Pertanyaan sebenarnya adalah seberapa bergunanya pedang sebenarnya. Mempelajari pedang tak menjamin keinginan akan ketenaran dan kekayaan.
"Untuk melawan monster... Monster yang mengancam manusia jadi... Hoon!"
"Ya, Master?"
"Itu membutuhkan kapsul kan?"
"Ya benar."
"Pesan sekarang!"
"Baik Master!"
Chung Il Hoon dengan cepat mengeluarkan teleponnya dan memesan kapsul, yang biasanya akan memakan waktu dua sampai tiga hari. Dia membuat mereka memasangnya di hari yang sama.
Kapsul dipasang seperti yang ia minta.
Namun di sana ada 5 kapsul bukannya 1.
"Apa ini?"
Dibawah tatapan tajam Ahn Hyundo, Chung Il Hoon berterus terang.
"Itu adalah tugas dari murid untuk mengikuti sang guru, bukankah begitu?"
"Jadi maksudmu kamu dan yang lain akan mengikutiku ke Royal Road?"
"Ya."
Para instruktur menjawab dengan berani.
"Bagaimana dengan dojonya?"
"Ini tak seperti kita akan pergi ke negara asing, dan bukankah ada instruktur bawahan?"
Ahn Hyundo terkikih.
"Jadi itu adalah permainan yang bagus, sampai kalian ingin bermain juga huh?"
"Master! Tolong beri kami ijin!" Mereka berkata sambil membungkuk.
"Kalau begitu namaku adalah Geomchi, jadi Il Hoon, namamu adalah Geomchi2."
"Ya pak...."

"Dan kau adalah Geomchi3. Selanjutnya kau Geomchi4."
"Ya."
Di Republik Korea, nama pengguna para murid-murid aliran pedang ada dalam urutan numerik.
"Keukkeuk."
"Jadi aku dipanggil Geomchi4..."
Para instruktur lain berusaha untuk menyembunyikan ledakan tawa mereka, tetapi mereka juga tak bisa menghindari nasib mereka.
"Lalu namamu selanjutnya adalah Geomchi5."
Mereka semua membungkuk ke depan dan berterimakasih pada Master mereka. Namun, keringat dingin muncul di punggung mereka.
'Sungguh nama yang kekanak-kanakan...'
'Aku akan sangat malu untuk mengatakan namaku, kemanapun aku pergi!'



< Prev  I  Index  I  Next >