LMS_V04E07P04

7. Dungeon Basra (4)
Setelah Mapan membangun hubungan dengan semua kota-kota
besar di kerajaan, meningkatkan levelnya, dia bisa bepergian lebih aman dan tak
lagi membutuhkan perlindungan Hwaryeong. Sebagai hasilnya, Mapan memberi
petunjuk-petunjuk dengan halus dan Hwaryeong akhirnya memutuskan untuk
bepergian sendiri. Dan begitulah yang terjadi, beberapa hari menjelajahi
Britten Alliance, dia pergi ke dungeon Basra.
Lokasinya bagus, para monster memberi banyak exp, dan dia
bertarung sendirian. Perlahan-lahan, tariannya mulai menarik perhatian player
lain dan beberapa waktu kemudian mereka mengundangnya ke kelompok mereka. Jadi
beberapa hari kemudian, dia kebetulan berada di dalam skuad Sollon. Umumnya,
dia puas. Baru sekarang hal itu menjadi sulit. Sollon tak mau membiarkannya
pergi!
Hwaryeong suka mengobrol dengan orang baru yang menarik. Tapi,
karena tariannya sangat indah, dia selalu bertemu dengan orang-orang seperti
Sollon. Jika Hwaryeong bergabung dengan kelompok lain, Sollon akan mencoba
untuk menghentikan perburuan kelompok itu. Sering kali, dia memasukkan dirinya
sendiri ke dalam party, membuang-buang waktu dengan mengobrol atau bahkan
menyerang critical hit dengan sihir dan terutama menculik Hwaryeong.
Pada umumnya, dia berperilaku seperti bajingan, tetapi
karena Guild Mavros memiliki pengaruh yang besar, tak ada yang mengeluh. Sollon
kemudian mengubah taktik dan memutuskan untuk berbicara lagi.
"Jika kamu meninggalkan skuad, Hwaryeong, kamu harus
membuang pemikiran tentang berburu dengan guildku."
Semua orang akan menghindari Hwaryeong. Dia harus berburu
dengan skuad Sollon. Satu-satunya yang menghibur adalah jika dia berhasil
menemukan tempat biasa dengan pendatang baru yang lain diskuad itu, Zephyr.
Mereka sering berbicara, dan Hwaryeong menyukai orang itu, meskipun Zephyr jauh
lebih muda daripadanya, dan Zephyr bahkan mendengarkan dia saat berbicara.
"Petir, zigzag!"
"Sylph, ikat kaki mereka."
Skuad Sollon bertarung dengan monster-monster di Basra. Dungeon
tersebut penuh dengan monster, skuad itu bahkan tak harus bergerak, mereka
hanyaperlu menunggu Thief mereka sampai.
Batu memancing kelompok musuh baru kedalam penyergapan. Skuad Archer dan
Wizard!
Yang pertama kali masuk ke dalam pertempuran adalah para Mage
yang menggunakan sihir untuk mengurangi HP musuh. Saat mereka memulihkan MP dan
mulai mengeluarkan sihir baru, para Archer bergabung ke dalam pertempuran.
Mereka mengurung para monster dan memperlambat pergerakannya saat mereka
mengunggu serangan selanjutnya dari para Mage.
Kemudian mengakhiri pertempuran tersebut, masuklah petarung
jarak dekat, Hwaryeong dan Zephyr.
Umumnya, segalanya telah direncanakan dan para mage terus
menyerang. Biasanya, party lain akan membawa hanya dua atau tiga Mage ke dalam gua,
karena mereka harus bekerja secara serius ruang yang terbatas.
Namun, kelompok Sollon, memiliki 8 penyihir!
Bertarung, istirahat, bertarung, istirahat.
Setelah masing-masing pertarungan dengan monster, Sollon
menyuruh mereka untuk beristirahat. Hal ini bukan karena mereka bosan
mendapatkan exp poin, tidak. Mereka menunggu sampai para mage bisa memulihkan
MP dan memulai lagi. Jadi pada saat ini,
"Lihat, monster terakhir menjatuhkan silver
armor!"
"Woah!"
"Mari kita berikan pada Hwaryeong." Sollon berseru
penuh semangat.
"Tentu!"
"Jika itu apa yang Sollon putuskan, maka berikan
saja."
Para player mengungkapkan kegembiraan dan mendukung
keputusan ketua party, tapi hanya dibagian luar saja.
Jauh di dalam hati, mereka merasa gusar.
҅Itu sama dengan yang
sebelumnya.҆
҅Sialan! Padahal
giliranku untuk mendapatkan item ...҆
҅Hrm. Sekarang kita
harus memberikan semua item terbaik padanya ?҆
Tetapi tak peduli seberapa kesalnya mereka, para player itu
masih terus berada di dalam party Sollon. Di dungeon Basra, sulit untuk
menemukan party lain yang seperti ini. Dimana mereka bisa mendapatkan banyak
exp.
Seperti yang lainnya, Hwaryeong menerima exp poin bagiannya,
tapi karena kebanyakan tugas dikerjakan oleh para Mage, dia merasa tak senang
pada akhirnya.
҅Exp-ku memang naik...
Tetapi kapan aku bisa berburu sendiri?҆
Di dalam keraguannya, dia bertanya pada salah satu prajurit
dalam skuad tersebut, Davron.
"Jika segalanya berjalan seperti ini, dan kita tak menggunakan
kemampuan kita, kita tak akan mendapatkan kekuatan, kan?"
"Huh?" Penampilan tak paham menyebar di wajah
Davron, dan kemudian secara reflek, Hwaryeong menanyakan pertanyaan lain.
"Bagaimana dengan skill kita?"
"Yah kita perlu, untuk, uh, meningkatkannya."
"Benar. Dan?"
"Dan kita berburu di dalam party, kita naik level,
tetapi kemampuan kita tak meningkat..."
Itu bisa dimengerti, jika Hwaryeong sangat khawatir, dan
Davron kemudian bertanya dengan terkejut.
"Tentu saja, ada orang-orang sepertimu Hwaryeong, yang
khawatir tentang pengembangan skill. Tapi dalam hal ini, bukankan harusnya kamu
mendapatkan level lebih banyak? Pertama kamu perlu untuk naik level, masuk ke dalam
party yang kuat dan mendapatkan exp."
"Tetapi dalam hal ini, kita pada akhirnya akan menjadi
lebih lemah daripada player lain, tanpa mengembangkan kemampuan kita...."
Hwaryeong baru-baru ini teringat bagaimana saat ia bepergian
bersama Mapan, dan melindungi gerobak yang mengangkut barang-barang, dengan
menari. Kadang-kadang dia harus menari selama beberapa jam dan tekniknya
meningkat secara signifikan.
Jadi saat dia melihat penampilan terkejut pada Davron,
Hwaryeong bertanya.
"Jadi semua orang melakukan hal ini? Benar?"
"Tentu saja. Semua perburuan yang telah kamu lakukan,
apa yang membuatmu memilih pilihan itu, Hwaryeong? Pertama kamu perlu dengan
cepat meningkatkan levelmu, kemudian kamu bisa perlahan- lahan mengembangkan
skill, hrm..."
Skuad Sollon sangat sesuai dengan pernyataan Davron.
Semuanya berusaha untuk meningkatkan level secepat mungkin, tanpa memberi
perhatian sedikitpun pada teknik mereka. Karena para Wizard terlatih untuk
kekuatan serangan, maka untuk pengingat, mereka hanya mendapatkan exp. Tapi
bagi para penyihir, semuanya tidaklah mudah.
Dalam sebuah pertempuran, mereka tak menerima damage dan
karena itu mereka bisa meningkat dalam level, tanpa meningkatkan defense dan
stamina, membuat mereka menjadi meriam yang terbuat dari kaca. Situasinya
diperburuk oleh fakta, jika party tersebut hanya bertarung melawan musuh-musuh
yang lemah. Bahkan jika ada banyak, tak ada gunanya bagi skuad tersebut. Itu
hanya pertarungan yang lambat dan sangat membosankan.