Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V06E04P02

gambar


4. Restoran Hotel V (2)



Pelahan-lahan, waktu berlalu. Hors d'oeuveres termasuk sup sederhana dan makanan otentik mulai disajikan.
Saat itulah patung itu keluar. Tapi, itu hanyalah sebuah bongkahan es besar setinggi manusia!
Mereka harus memiringkan bongkahan es itu agar membuatnya melewati pintu. Para staff membawa es itu dan memposisikannya tepat di depan meja dimana Direktur Kang sedang makan.
҅Apa-apaan ini!!҆
Direktur Kang tak senang, saat kerutan menutupi wajahnya. Dia memesan karya dari seorang pemahat yang terkenal di dunia. Sesuatu terasa salah tentang hal ini.
҅Kesalahan semacam ini tak boleh terjadi sekarang.҆
Matanya kemudian menyadari karpet di bawah meja. Karpet tersebut basah, tampak dibersihkan dengan buru-buru.
҅Tak mungkin... patung esnya pecah?҆
Dalam kemarahannya, Direktur Kang hendak berdiri.
Kemudian keluarlah Lee Hyun. Membawa alat-alat memahat, termasuk palu dan pahat, dia awalnya mencoba untuk memperbaiki patung es tersebut. Namun, kejutan gataran membuat retakan di seluruh patung itu. Patung tersebut tak bisa berdiri tegak. Dengan kerusakan pada leher dan wajah karena jatuh, itu sudah mustahil untuk mendapatkan kembali penampilan originalnya melalui perbaikan.
Pada akhirnya, restoran itu mengeluarkan usaha mereka untuk mempersiapkan lebih banyak es dalam 30 menit, dan itu berhasil.
Ini bukanlah sebuah patung, tetapi sebuah bongkahan es utuh.
Lee Hyun memegang alat-alat pahat di depan es tersebut. Hawa dingin terpancar dari bongkahan es itu. Bagi seorang pemahat, untuk membuat sebuah karya yang lebih bagus, yang paling penting adalah bahan yang digunakan. Lee Hyun menyentuh es tersebut dengan tangan kosong. Tentu saja rasanya dingin. Bongkahan es yang tinggi besar dan kasar!
҅Ini tak jauh berbeda.҆
Itu tak terlalu berbeda, dengan es alami yang dia gunakan dari ptovinsi Morata.
҅Maka aku bisa melakukannya.҆
Ini adalah pertama kalinya dia membuat sebuah patung di kehidupan nyata.
Ini adalah saat-saat yang menegangkan. Dia memulai pekerjaan yang belum pernah ia lakukan, tapi setidaknya dia akan melakukan yang terbaik.
*Klang! Klang! Klang!*
Lee Hyun dengan hati-hati membentuk bongkahan es tersebut. Dia tak tahu seberapa cantik istri Direktur Kang di masa lalu. Dia tak punya foto yang bisa dicontoh, ataupun dia bisa mengingat wajah halus dari patung original.
Menurut tingginya, mata dan bentuk hidungnya. Kesannya dengan cepat berubah. Es itu sekarang memiliki wajah seorang wanita. Karena dia tak punya ingatan apa-apa, dia mulai perlahan-lahan mengukir fitur-fitur dari istri Direktur Kang, sama seperti penampilannya sekarang ini.
Seorang pemahat harus memiliki suatu pemahaman tentang targetnya. Akankah istri Direktur Kang malu karena wajah keriputnya? Waktu akan terus berlalu, dan fitur usia. Beberapa akan menangis atau menjadi malu tentang hal itu.
Ketika kamu masih muda dan cantik, semua orang ingin hal itu menjadi abadi, tapi itu tak mungkin, dan hasilnya adalah kesedihan. Dia hidup bersama dengan suaminya, yang sangat mencintainya selama 40 tahun. Dia jauh melewati deskripsi yang sesuai dari sedih, karena suatu hal seperti kehilangan masa muda.
Dia tak akan malu karena wajah keriput yang didapatkan, melalui aliran waktu. Dia menghabiskan 40 tahun hidup bersama dengan suaminya, dalam kepercayaan dan kasih sayang. Sesuatu tak selalu bagus. Mengalami banyak kesulitan. Membesarkan anak dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan, sangatlah sulit, dia telah melalui kehidupan yang keras.
Meskipun dia memiliki masalahnya sendiri, itu juga sebuah berkah.
40 tahun terakhir ini adalah yang paling membahagiannya dari kehidupannya, bukan hari-hari sebelumnya, saat dia masih muda. Mereka makan bersama, di tempat dan diwaktu ini, kamu bisa melihat senyum lembut dari nenek ini, jadi Lee Hyun mengukirnya dengan hati-hati, sedikit demi sedikit menuju kesempurnaan.
Sentuhan lembut Lee Hyun pada ukiran patung es tersebut menarik perhatian banyak orang. Staff hotel dan restoran menonton dengan gugup. Dalam benak mereka, mereka mendesah dan mempercayakan tugas ini pada si pemahat. Namun, mereka masih belum lega. Di sekitar meja, Lee Hyun bisa melihat bahwa Lee Hayan dan teman-temannya tengah menonton.
****

Awalnya, Direktur Kang sangat marah dan hendak bangkit dari kursinya. Untuk mengkritik persiapan yang tak memadai, yang dibuat oleh hotel. Namun, saat Lee Hyun mulai mengukir patung, dia menahan diri. Meskipun kemarahannya tak berkurang, istrinya menonton dengan tertarik. Acara ulang tahun pernikahannya yang ke-40 sudah hancur, bersama dengan apa yang ingin ia tunjukkan pada istrinya. Dia hanya ingin pergi.
҅Yah, mari kita lihat bagaimana kerjaanmu . Namun, kamu harus mempersiapkan diri, jika ternyata hasilnya mengerikan.҆
Direktur Kang sangat tak nyaman, tapi saat patung itu perlahan-lahan terbentuk, perasaan tak senang ini secara lembut menghilang.
Patung dari istrinya, apa adanya seperti penampilannya sekarang ini.
Patung itu menunjukkan kebahagiaan dari hatinya.
Mengagumi karya seperti itu adalah tak terhindarkan lagi.
"Sayang."
Direktur Kang memegang tangan istrinya. Meskipun keriput karena usia, tangan tua ini sangat familiar, tangan yang selalu dia pegang.
҅Jika bukan karena kedua tangan yang aku pegang ini, hidupku tak akan berarti.҆
Direktur Kang menggelengkan kepalanya. Aku tak akan sebahagia, aku yang sekarang dengan wanita lain. Warna yang rambutnya telah memudar karena usia, dan lebih pucat jika dibandingkan dengan kecantikannya dulu. Waktu selama itu telah berlalu, dan menatapnya, itu sudah terlihat. Tapi, itu tak ada artinya sekarang.
Sebaliknya, dia merasa bahwa istrinya lebih cantik sekarang daripada dulu.
****

Direktur Kang dan istrinya menunggu dengan sabar selesainya patung itu.
Bahkan setelah makan malam mereka, beberapa tamu kembali untuk melihat penyelesaian dari patung itu.
"Silahkan, jus lemon."
"Saya membawakan beberapa buah, semoga Anda merasa nyaman."
Para staff menyajikan makanan ringan kepada para tamu. Di waktu luang mereka, mereka menatap patung itu.
"Oh, patung itu indah sekali."
"Itu tampak diukir dengan begitu indah, dan aku tak percaya jika itu hanyalah suatu dekorasi..."
Mereka bisa memahaminya dari patung tersebut, jika Lee Hyun bukanlah seorang amatir. Kening Lee Hyun bercucuran keringat saat dia memahat. Es dingin yang ia pahat juga berkeringat. Dia berkeringat meskipun para staff menurunkan suhu untuk menghentikan es tersebut mencair. Daya tarik dari membuat patung seperti itu. Ketika dia memegang pedang, ia tenggelam sepenuhnya. Untuk menciptakan sebuah karya seni, dia harus sepenuhnya mencurahkan jiwa pada karyanya.
Menurut mood yang ia rasakan, dia menggerakkan tangannya untuk mengukir. Waktu untuk menggunakan teknik dan konsep di dalam kepalanya sudah lewat. Dia mengukir patung itu seperti aliran emosi yang bergerak dihatinya.
"Mengagumkan."
"Kurasa aku mempercayakan tugas ini kepada seorang pemahat yang lebih baik."
Para staff hotel mengakui jika patung sebelumnya yang hancur memiliki level yang jauh lebih tinggi daripada patung yang sedang dibuat Lee Hyun. Lee Hyun sudah pasti kekurangan dalam teknik pengukiran yang halus. Namun, perbedaan dalam level, hanya beberapa langkah. Hal itu tak bisa dibandingkan dengan patung yang sebelumnya. Dalam kenyataannya, patungnya sedikit lebih kasar dan tak terasa selesai. Namun, Lee Hyun menuangkan hatinya k edalam patung itu dan hal itu mulai muncul.
Dikatakan, jika patung yang bagus memiliki jiwa sendiri. Hal ini mengingatkan tentang seorang pemahat muda yang tersenyum ceria, setelah menyelesaikan karya terbaiknya. Tentu saja, dia melakukan yang terbaik. Membuat patung yang mengandung pesona Nyonya Kang. Namun, patung yang dia buat tak memiliki perasaan spesial seperti itu. Dia tak tahu bagaimana caranya menciptakan patung orang dengan benar, kemampuannya masih kurang.
Di sisi lain, dengan kisah cinta mereka yang panjang selama 40 tahun, Direktur Kang menatap mata patung yang dibuat oleh Lee Hyun. Dia memasukkan emosi-emosi ini dan patung tersebut memilikinya. Menuangkan hati mereka ke dalam patung.
Profesi artistik seorang pemahat. Bahkan jika ini bukanlah karya seni tingkat tinggi dari seorang pamahat terbaik.
Dan akhirnya, saat patung itu selesai, tepuk tangan bergemuruh di dalam restoran. Para tamu, staff, dan bahkan para penyanyi bertepuk tangan serempak karena kagum.
Direktur Kang yang keras kepala, air mata mengalir bebas dari matanya. Si wanita, yang jatuh cinta dengannya di seumur hidupnya, tinggal bersama selama 40 tahun, sedang melihatnya.
Di depan patung es ini, Nyonya Kang saat ini merasa sangat bahagia.
****



< Prev  I  Index  I  Next >