LMS_V06E04P04

4. Restoran Hotel V (4)
"Satu, dua."
"Pedang lemah dalam kekuatan. Lakukan 100 latihan tubuh
bagian bawah!"
Chung Il Hoon sedang bekerja, mengajar ilmu pedang didalam
dojo.
҅Ini adalah hasil dari
Royal Road, lumayan.҆
Di jaman modern, kesempatan untuk bertarung dengan pedang
sangat langka. Khususnya, itu bahkan lebih sulit untuk para praktisi di sebuah
dojo. Tentunya, orang-orang biasa tak akan mengandalkan pedang kayu dalam
masalah apapun.
Suatu posisi yang tak adil, di mana orang-orang yang
memiliki pekerjaan lebih rendah lebih makmur.
Untuk memiliki kekuatan untuk menahan sangatlah sulit.
Bagi para praktisi pedang yang terjebak di tengah-tengah
masalah ini, normalnya mereka memikirkan cara, salah satunya adalah bergabung
dengan sebuah organisasi seperti dojo Ahn Hyundo.
҅Royal Road
satu-satunya jalan keluar kami.҆
Melawan monster dan bertambah kuat, ini adalah apa yang
dinikmati kebanyakan para praktisi. Kepuasaan yang didapatkan setiap hari, tapi
bukan hanya itu saja, ada perubahan yang bisa dilihat dengan jelas dalam ilmu
pedang mereka.
Pergantiannya yang menjadi terbiasa dengan latih tanding
melawan orang dan bertarung melawan berbagai monster dengan pedang. Kesempatan
untuk melatih kemampuan dasar secara menyeluruh, aku tak menyangka jika ada
pemecahan masalah semacam itu.
Untuk waktu yang lama, latih tanding di antara orang-orang yang
tak melibatkan resiko. Namun di Royal Road, kelompok praktisi bisa bertarung
sepuas hati mereka dan dalam kondisi terbaik tanpa khawatir.
*KRIIIIIING!*
Lalu telpon berdering.
Chung Il Hoon dengan tenang mengangkat gagang telpon, dan
berbicara dengan suara rendah.
"Saya instruktur Chung Il Hoon."
Impian Chung Il Hoon adalah bertemu dan menikahi wanita
cantik dan baik hati. Pemikiran favorit si instruktur adalah untuk mendemonstrasikan
kekuatannya dan kehandalannya di hadapan banyak gadis.
Suara yang dia dengar dari pihak lain adalah seseorang yang
dia kenal dengan baik.
"Sahyeong, ini Lee Hyun."
"Oh hai! Ada apa?"
"Aku sedang berpikir tentang pergi keluar untuk
makan."
Chung Il Hoon sangat terkejut.
Si pelit Lee Hyun membeli makanan di luar, Chung Il Hoon
bahkan tak bisa membayang hal seperti itu.
"Kamu mengajak kami? Mau beli di restoran Cina?
Dumpling goreng akan bagus, bahkan jika hanya satu, aku akan sangat
berterimakasih."
"Tidak, kita akan makan di luar bersama-sama."
"Benarkah? Di mana tempatnya?"
"Apa kamu tahu lokasi Hotel V?"
"H-Hotel?"
Chung Il Hoon tergagap.
"Aku tahu lokasinya, tapi kenapa harus kesana?"
"Datanglah ke Hotel V, aku akan mentraktir
kalian."
"B-Baiklah. Aku mengerti!"
Sebelum Lee Hyun berubah pikiran, Chung Il Hoon buru-buru
melakukan persiapan.
Meski demikian, dia percaya pada kata-kata Lee Hyun.
"Juga bawalah semua anggota dojo. Ini benar-benar
kesempatan yang langka. Huhuhu."
Chung Il Hoon memanggil semua praktisi, serta para
instruktur, dan memerintahkan mereka untuk menuju hotel tersebut. Saat dia
dengan tenang bermain Baduk, Ahn Hyundo memutuskan untuk bergabung dengan
mereka.
Karena tampaknya mereka melakukan sesuatu yang tak biasa,
seperti makan di luar. Ahn Hyundo memutuskan memotong barisan murid-muridnya,
seperti seorang hantu dan bergabung dengan mereka.
"Jadi itu adalah sebuah hotel...."
"Ya pergi ke hotel."
"Aku penasaran, akan seberapa lezat makanannya? Jika
itu adalah sebuah tempat yang sering dikunjungi orang, makanannya pasti sangat
enak."
"Oh, Master juga ikut bersama kita."
"......"
Ahn Hyundo, para instruktur, dan para praktisi berjalan ke
hotel yang besar. Tentu saja, ini bukanlah kecepatan jalan yang anggun dan
santai.
Langkah kaki mereka sangat cepat dan lebih hidup!
Para praktisi berlari di sepanjang jalan.
Mereka sampai di hotel tanpa ada satupun yang tertinggal.
"Ini, ada apa ini...."
Para penjaga berusaha untuk menahan mereka, tapi mereka
berlari seperti angin. Tak lama, mereka sampai di depan elevator. Tetapi
elevator tersebut penuh.
Mata para praktisi sangat mengerikan. Ahn Hyundo berbicara
dengan enteng.
"Anak-anak, di aat seperti ini, masih ada tangga. Ayo
kita gunakan itu."
"Benar-benar masuk akal."
Ahn Hyundo memimpin murid-muridnya menaiki tangga dan sampai
di restoran yang ada di lantai 20.
Lee Hyun tengah menunggu mereka.
"Selamat datang, Master."
"Ya, aku lapar. Di mana makanannya?"
"Silahkan, sudah disajikan di dalam."
"Kami bisa makan dengan bebas?"
"Ya, itu gratis."
"Kamu benar-benar favoritku."
Manager restoran sudah memberitahu para staff jika dia telah
menyetujui Lee Hyun dan rambongan besarnya. Melakukan pelayanan yang terbaik
untuk mereka, para chef harus siap untuk memasak makanan terbaik yang mereka
bisa, dan para karyawan sudah menunggu.
Namun, saat pintu terbuka dan mereka melihat Ahn Hyundo,
para instruktur dan para praktisi masuk, wajah dari para staff menjadi pucat.
Ada lebih dari 500 orang!
Mereka dengan senang hati menduduki semua meja dan membuat
pesanan mereka.
"I-Ini wine anda. Burgandy, Vintage '99."
CLINK CLINK!
Saat mereka meminum semua wine, para staff yang ketakutan
harus terus mengisi ulang gelas mereka.
"Ini lezat, tambah lagi!"
"....."
"Daging tumis, 50 porsi lagi di sini!"
"Makanannya sangat lezat, tetapi terlalu lama!"
"Mari makan sampai kenyang, hingga kita hampir pingsan.
Tak usah khawatir. Semuanya gratis!"
Para praktisi dan para instruktur berada di puncak rasa
lapar setelah latihan ilmu pedang. Mereka melepaskan ikat pinggang mereka dan
makan serta minum tanpa ragu-ragu.
Kemudian Ahn Hyundo bangkit dari kursinya.
"Semuanya dengarkan. Bagi orang yang berlatih ilmu bela
diri seperti kita. Bukanlah hal yang bagus untuk makan terlalu banyak."
Manager dan para staff melihat Ahn Hyundo dengan penuh
harapan, di mata mereka. Namun, mendekati akhir kalimat, mereka hanya bisa
merasakan lebih banyak frustasi.
"Masing-masing orang, makan 10 porsi."
"Baik Master!"
500 orang, masing-masing 10 porsi!
Untuk masing-masing orang, satu hidangan memiliki harga
7.000 won. Mereka makan sepenuh hati. Makanannya seperti sebuah prasmanan,
berkat hal ini, restoran itu kehabisan bahan.
"BURP! Sekarang, aku kenyang."
"Lezat, aku puas."
Para karyawan yang selesai menyajikan hidangan benar-benar
kelelahan. Satu-satunya harapan mereka adalah rombongan itu segera pergi.
Namun, mereka semua masih duduk di kursi masing-masing.
҅Apa-apaan ini?҆
Choi Jong-bum bertanya dengan malu-malu.
"Kapan hidangan penutupnya keluar?"
Di sampingnya, Ma Sang Beom berbicara.
"Jika aku bisa makan seperti ini setiap hari, itu akan
sangat bagus."
"......."
****