LMS_V09E04P01 Penaklukan

4. Penaklukan (1)
Setelah beristirahat selama sehari, Weed mulai fokus pada
penyerangan Valley of Death di pagi hari, tepat setelah matahati terbit.
Meskipun kondisinya memburuk sebesar 20% karena flu, dia tak
mendapatkan istirahat yang bagus untuk memulihkan dirinya, sepenuhnya.
"Sudah umum untuk terjangkit flu. Untuk menghindari
terjangkit flu di wilayah utara, hanyalah hal yang bodoh. Alveron!"
Alveron duduk di sana ketika Weed berbalik.
Seorang rekan yang bisa diandalkan, yang selalu bisa dia percayai!
Seperti yang diharapkan dari kandidat paus, dia memiliki
kesucian dalam jumlah yang sangat besar.
Tak seperti kebanyakan karakter kuat, dia relatif baik dan
patuh, dia selalu berguna.
"Ya."
"Kita akan menghadapi pertarungan yang sangat penting.
Beri Blessing pada Wah1,Wah2,Wah3,Wah4,Wah5,Wah6, Geumini, dan Bingryong."
"Baik, aku mengerti."
Weed menyebutkan masing-masing nama dari patung-patung itu.
Ini adalah pertimbangan yang cermat!
Tepi dalam kenyataannya, mereka dengan mudah menjadi sedih,
karena mereka adalah bentuk kehidupan dari kecemburuan dan keegoisan.
҅Apa bagusnya aku
membuat hal-hal semacam itu.҆
Weed hanya bisa mendesah kapanpun dia melihat patung-patung
miliknya.
Kecerdasan yang sangat rendah!
Serakah terhadap makanan!
Serakah terhadap uang dan item!
Mereka adalah para anak buah yang tak akan pernah bisa ia
percayai.
Tetapi patung-patung itu tak bisa diapa-apakan lagi. Seperti
kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Level mereka relatif tinggi berkat statitistik Art milik Weed
yang tinggi, tapi statistik Intelligence atau Wisdom milik Weed secara
menyedihkan sangat rendah.
Karena hal itulah, hanya patung-patung sederhana dan idiot
yang muncul.
Alveron merapal holy magic.
"Kekuatan kegelapan yang berusaha dengan keras dilemahkan.
Perlindungan suci. Maksimalkan dia, yang bertarung melawan kejahatan. Blessing!"
Cahaya putih memancar dari Alveron dan menyelimuti para
Wyvern, Geumini, dan Bingryong. Skill spesial milik seorang Priest yang
meningkatkan defence dan strength. Skill itu juga meningkatkan berbagai
Resistensi Elemen.
Alveron merapalkan holy magic yang lain.
"Bantulah hembusan nafas kehidupannya agar tak
meninggalkannya. Hand of Life."
Skill yang menambahkan jumlah besar pada HP!
Alveron menjadi semakin kuat, saat Weed tak bersamanya.
҅Bagus, dia sangat
berguna.҆
Weed menunjukkan ekspresi kecewa.
Dibandingkan saat mereka sampai di Morata, banyak waktu
telah berlalu. Jadi, dia menjadi jauh lebih kuat.
Tetapi Alveron adalah rekannya hanya untuk sebuah quest yang
spesifik.
Karena Weed tak bisa memerintahnya setelah questnya
berakhir, hal itu sangat disayangkan.
"Master aku akan menyerang."
Wah1 mengepakkan sayapnya.
Setelah mendapatkan berbagai blessing, dia menjadi penuh
kekuatan dan menunjukkan sifat ganasnya yang menikmati pertarungan.
Weed tak perlu menghentikannya.
"Baiklah. Yang penting berhati-hatilah. Geumini."
"Master. Kenapa kamu memanggilku? GolGolGol."
"Bertarunglah sambil menunggangi Wah1."
"Itu dingin. Tak bisakah aku beristirahat di dekat api
unggun? Gol Gol Gol."
Geumini terbuat dari emas.
Sama seperti tubuh emasnya yang mahal, dia sangat malas.
Weed menjawab dengan sangat jujur.
"Jika kamu tak bertarung, aku akan meleburmu."
"Aku akan mengikuti kata-kata Masterku. Gol Gol
Gol."
"Ambil busur ini."
Weed memberi dia busur yang dia pakai.
*Wus wus wuuus!*
Membuat suara yang sedikit gaduh, ke enam Wyvern terbang ke
langit.
Para Wyvern berpengalaman yang selamat dalam pertempuran
melawan Immortal Legion. Para Wyvern berputar-putar di langit dengan anggun.
Sama seperti seekor elang pemangsa, menunggu celah! Tapi
para Wyvern dengan cepat mengubah pikiran mereka.
"Gah. Aku akan membeku hingga mati. Ayo serang."
Meskipun ini sudah pagi hari, karena atmosfir yang dingin,
kemampuan fisik para Wyvern telah menurun. Dengan demikian, para Wyvern
memutuskan untuk tak berputar-putar di langit. Dengan Wah1 sebagai pemimpin,
mereka terbang ke langit.
Setelah melanjutkan seperti itu, mereka menikuk lurus ke arah
para monster yang ada di atas Valley of Death. Para Wyvern menyerang sambil
menukik ke bawah dengan kecepatan yang mencengangkan. Menggunakan cakar sekeras
baja, mereka mencakar Ice Troll atau Lamia.
"Bunuh!"
"Ini adalah wilayah kami!"
"Bertarung!"
Para Ice Troll meneriakkan teriakan perang dan menyerang
menggunakan senjata mereka, sementara Lamia menggunakan sihir mereka,
menjulurkan lidah mereka seperti seekor ular.
"Eye of Temptation!"
Sihir dari Lamia. Terlepas dari ras, sihir itu melemahkan
semua kekuatan pria. Di dasar lembah, Weed berpikir dia telah membuat kesalahan
besar.
"Apa Lamia memiliki kemampuan semacam itu?"
Lamia biasanya dianggap sebagai monster langka, jadi tak
banyak kemampuan mereka yang diketahui. Yang diketahui hanyalah jika level
mereka sekitar akhir level 200-an, tapi tak satupun ada yang tahu tentang
bagaimana mereka bertarung.
Sihir yang digunakan Lamia adalah semacam kutukan, tapi
sihir itu tak bisa dihilangkan dengan holy magic. Mereka telah menghadapi lawan
yang merepotkan. Ini adalah spesialisasi Lamia yang tak diketahui publik. Tapi
para Wyvern sama sekali tak terpengaruh.
"Kenapa kita tak terpengaruh?"
"Apa-apaan ini."
"Mungkinkah karena kita adalah mahluk yang besar?"
"Sepertinya begitu. Karena kita begitu besar, kita tak
akan terpengaruh oleh kutukan kecil semacam itu."
"Tunggu! Kita laki-laki atau perempuan?"
Tak ada Wyvern yang bisa menjawab pertanyaan yang ditanyakan
oleh Wah3. Weed kemudian menyadarinya.
҅Tak ada laki-laki di antara
mereka!҆
Ketika para Wyvern dibuat, Weed sedang sibuk berperang
melawan Immortal Legion. Tak ada banyak waktu, tapi dia harus memahat dengan
cepat, tanpa mempedulikan kualitasnya. Perut buncit dan wajah kaku!
Karena dia berlomba dengan waktu saat memahat, dia tak bisa
membuat sesuatu yang menggambarkan jenis kelamin mereka. Berkat hal itu, para
Wyvern memiliki tubuh yang tak bisa menyebutkan jenis kelamin mereka.
Lalu bagaimana dengan Geumini?
Dalam kasus Geumini, dimulai dengan wajah, dia jelas-jelas
memiliki penampilan seorang pria. Tapi Geumini juga tak terpengaruh oleh godaan
Lamia. Kadang-kadang, Guemini sibuk menatap dirinya sendiri di cermin.
"Aura berkilauan ini. Wajah emas ini. Tak akan ada yang
lebih indah dari aku di dunia ini." Mengatakan dirinya begitu indah, dia
jatuh cinta dengan dirinya sendiri.
Pada akhirnya, tak seoranpun jatuh pada godaan Lamia.