LMS_V09E09P02

9. Penanaman Benih (2)
Para Lamia membuka tembakan dan bertarung dalam kekacauan.
Jalur es memungkinkan para Lamia dengan tubuh yang seperti
ular untuk bergerak cepat dengan meluncur di atasnya.
Meskipun mereka dilengkapi dengan resistensi yang luar biasa
terhadap serangan es, mereka dengan cepat jatuh pada serangan para Wyvern.
Bingryong mengangkat tubuhnya dari tanah dengan sayapnya yang besar dan
menggunakan cakarnya untuk menyerang.
"Tubuhku sangat besar. Tapi, kenapa kakiku begitu
pendek!"
Melampiaskan ketidakpuasannya, dia terus mengeluh.
Dibandingkan dengan tubuhnya yang sangat besar, kakinya
sangat pendek. Karena hal inilah, dia ragu-ragu untuk berjalan bahkan selama
pertempuran.
"Tak ada peraturan yang menyatakan jika karya seni
hebat harus sesuai dengan tindakan."
Alasan Weed adalah karena ada masalah dengan sifat dari es.
Untuk menyebarkan berat badan, kaki pendek yang tebal
bekerja lebih baik daripada kaki panjang. Karena tubuh besar milik Bingryong,
hanya kaki pendek tebal yang bisa menopangnya.
Meski demikian, Bingryong dan para Wyvern menyudutkan para
Lamia yang ketakutan. Tanpa perlindungan dari para Ice Troll, kehancuran para
Lamia tak bisa dihindari lagi.
Sebuah pembantaian sepihak!
Kelompok Lamia berlevel 200 tewas dengan cepat.
Awalnya, tanpa kelompok Ice Troll yang mendukung mereka,
para Lamia hanyalah ancaman kecil.
Para Lamia yang tewas meninggalkan item-item seperti kulit
ular, gold, silver, sengat beracun, dan beberapa bijih mentah.
"Kita berhasil."
"Keurwrawrawrawra!"
Para Wyvern dan Bingryong terbang tinggi di langit dan
mengeluarkan raungan keras.
Mata Weed terfokus pada tebing di sebrang. Di antara lembah
tersebut, ada sekelompok monster yang banyak.
Lizard King, Possessed Soldier, Dibase Priest, Demonic
Follower, dan Puppet.
Berbagai macam monster ini terbentuk menjadi satu pasukan
yang besar.
*Chuk!*
Weed mengangkat tangannya memanggil Bingryong dan para
Wyvern.
"Alveron, sembuhkan dan beri blessing pada mereka,
sehingga mereka bisa terus bertarung, pertempuran belum berakhir."
"Ok, aku akan meregenerasi Vitality mereka yang
habis."
Para Wyvern dan Bingryong dikirim lagi.
"Kuoooo!"
Bingryong dan para Wyvern terbang sambil bertarung dengan
para Lamia dan monster-monster lain di Valley of Death.
Lizark King memegang sebuah kapak, sementara para Demonic
Follower menusuk musuh mereka dengan tombak dan pedang.
"Aliran ganas salju yang meleleh, melalui kekuatan
kegelapan dan kelembaban, akan memperkuat dagingmu. Bloodlust!"
Para Dibase Priest merapalkan mantra blessing pada para
monster. Tak seperti holy magic milik Alveron yang mana tak miliki efek
samping, efek setelahnya yang ditimbulkan blessing itu sangat besar. Itu mirip
dengan sihir kutukan yang secara sementara menguatkan serangan.
"Dibase memerintahkan kita untuk mengeluarkan sihir api
pada bongkahan es yang besar itu."
"Dibase memerintahkan para Possessed Soldier untuk
menyerang para Wyvern sekarang juga."
"Dibase mengkomando anak buahnya. Lihatlah, kami akan
mendemonstrasikan apa yang akan terjadi kepada mereka yang berani menentang
kami!"
Dibase Priest mengkomando pasukan monster. Monster-monster
yang tak memiliki keyakinan, yang meluap-luap dengan kejahatan dan keserakahan,
mengikuti para Priest itu.
Karena mereka menjadi bersatu melalui sistem komando yang
akurat, pasukan monster tersebut bisa memblokir serangan para Wyvern dengan mudah.
Serangan Bingryong juga tak terlalu efektif.
Setelah itu, puluhan monster menyerang tanpa kenal takut.
Para monster yang dikomando oleh Dibase Priest tak sepenuhnya menyusut.
"Ice Bolt!"
Meskipun Bingryong menggunakan Sihir Es kebanggaannya dengan
kekuatan yang luar biasa, para Priest bisa membalasnya dengan mengeluarkan Sihir
Api.
Para Wyvern berputar-putar di langit dan tak bertarung
dengan benar. Sementara itu, Bingryong terlalu ketakutan dan tak mau terus
bertarung.
"Tampaknya akan baik-baik saja. Namun, ini bukanlah
akhirnya."
Mata Weed bersinar dingin.
Menggunakan waktu Benua Versailles, dia telah menghabiskan
lebih dari 50 hari. Jika kamu menambahkan hari-hari yang dihabiskan untuk
sampai di Valley of Death setelah sampai di wilayah utara, waktu yang terkumpul
akan lebih banyak lagi.
Dari sudut pandang Weed, mereka yang dengan rajin
mendapatkan uang, tak akan mampu berjuang di tempat seperti ini.
"Summon Death Knight Van Hawk. Summon Vampire Lord
Tori!"
Weed memanggil semua patungnya.
Dia bahkan memanggil Van Hawk dan Tori!
Kabut hitam muncul ketika Van Hawk dipanggil, memegang
sebuah pedang.
"M..Ma..Ma..Master! Kamu memanggil!"
Kata-katanya tergagap.
Itu adalah sebuah kesalah-pahaman, karena mereka pucat, para
undead tak terpengaruh oleh panas. Dingin dari tempat ini bisa membekukan
tulang-tulang mereka!
*Ttak. Ttak. Ttak.
Ttak!*
Death Knight membuat suara gemeretak dengan giginya.
Kontras di antara kulit pucatnya dan bibir merahnya! Namun,
Vampire Tori, yang menggenakan sebuah jubah merah dan hitam sangatlah santai.
"Tempat ini tak terlalu jauh dari kota asalku. Morata!
Aku merindukannya. Angin dingin, salju, badai es, dan tempat di mana
kesendirian dan gairah panas hidup dan bernafas. Ini adalah sebuah tempat di mana
keindahan dari cahaya yang cemerlang berada. Itu akan sempurna, jika aku punya
seorang gadis cantik di sampingku. Sungguh menyedihkan."
Vampire Lord Tori sangat gembira dengan rasa dingin tersebut,
sambil mencari seorang wanita untuk diubah menjadi sebuah karya seni.
Weed melirik Seoyoon. kecantikannya tak tertandingi.
Meskipun dia menatap Seoyoon, yang bahkan memiliki
patung-patung yang tak terhitung jumlahnya, Tori tak menunjukkan reaksi.
҅Apakah karena kami
berada dalam party yang sama?҆
Weed dan Seoyoon berada dalam sebuah party. Berkat hal itu,
tak menunjukkan ketertarikan apapun terhadap Seoyoon.
Meski demikian, bagi Weed, itu adalah gangguan yang lain.
Tori mengerutkan hidungnya dan mengendus.
"Aroma apa ini? Sangat vulgar, tapi itu adalah aroma
yang meninggalkan rasa manis dalam mulutku."
Ketika berhubungan dengan aroma darah, Tori adalah ahlinya.
Jejak aroma tajam darah Ice Troll adalah yang menyebabkan
endusannya.
Dia bisa memanggil Tori lebih awal. Dia bisa membersihkan
para Ice Troll lebih cepat, jika dia melakukannya. Namun, dalam pertukarannya,
dia harus menyerah mengekstrak darah Ice Troll.
Karena hal itulah, Weed tak memanggil Tori.
Karena para Ice Troll telah dikalahkan, dia sekarang bisa
mengerahkan Tori dalam pertempuran.
"Tori, kamu pergi dan bertarunglah juga."
"Kau berani memerintahku?"
Tori bertanya dengan arogan.
Karena dia tak dipanggil dalam waktu yang cukup lama, dia
tak bisa mengenali masternya.
Itu adalah Tori yang sama, yang pernah bertarung dengan
Immortal Legion bersama dengan para Wyvern!
Harga dirinya tumbuh sejajar dengan kemampuan dan levelnya.
Weed mengerutkan alisnya.
"Aku memerintahkanmuu. Sekarang pergi dan
bertarunglah."
"Kalau begitu aku akan mengatakan sesuatu juga. Karena
itu merepotkan, aku akan suka, jika kau tak memanggilku untuk mengerjakan tugas
sepele semacam itu."
Kontras dengan kemampuannya, Tori adalah monster bos yang
menjengkelkan! Namun, hal ini tak berarti jika Weed tak bisa menggunakannya.
"Tampaknya kau masih belum cukup dihajar."
"......"
"Haruskah kita mengobrol lagi, setelah aku menghajarmu
secara terus menerus selama sekitar 10 hari lagi?"
Penindasan kejam yang Weed gunakan, ketika pujian dan
penenangan telah gagal!
*Shink*
Di dekatnya, Seoyoon juga mengirimkan sebuah ancaman. Dia
akan membantu Weed, karena si Vampir yang ia panggil tak tampak akan patuh.
Bahkan Alveron mempersiapkan holy magic miliknya, Tori tak
punya pilihan, dengan berat hati mulai berjalan ke arah musuh.
Namun, setelah berjalan beberapa langkah, Tori berbalik
dengan ekspresi serius dan berkata.
"Master, aku punya sesuatu untuk dikatakan."
"Apa itu?"
"Pernahkah kamu mendengar tentang Kerajaan
Vampire?"
"Apakah ada tempat semacam itu?"
Ini adalah pertama kalinya dia mendengarnya.