LMS_V12E03P03

3. Neraka di Silmido (3)
Pelabuhan Incheon terminal tepi laut. Para siswa mengobrol
tentang 'kesenangan' MT yang akan datang.
"Whew, akhirnya."
"Aku hanya berharap hari ini tak akan datang."
"Seberapa banyak kita akan menderita."
Para mahasiswa baru dan para mahasiswa senior sudah dalam
penampilan yang lesu. Para generasi yang sudah melakukan MT tak sepenuhnya
lega. Mereka tak terlalu percaya diri, tentang konsep spesial dari perjalanan
MT ini.
"Tetapi ini adalah pantai kali ini. Di sebuah pulau
kecil dan indah, jadi itu lebih baik."
"Kalau dipikir-pikir, yang sebelumnya sangat sulit,
karena kita harus mendaki banyak gunung. Kali ini, itu tak akan terjadi."
"Oh ngomong-ngomong, makanan macam apa yang
dipersiapkan kelompokmu?"
"Ramen instant. Kami juga punya 1kg daging untuk
dimakan."
"Terdengar sangat mirip dengan kami."
"Dengan anggaran serendah ini, aku yakin semua kelompok
lain seperti ini juga."
Para mahasiswa baru dengan hati-hati berbicara dengan para
senior untuk menikmati waktu mereka. Tujuan dari perjalanan MT adalah untuk
membangun motivasi dan itu adalah sebuah kesempatan untuk membuat hubungan
bagus dengan para senior!
Lee Hyun dan anggota kelompoknya juga berkumpul.
"Apa-apaan itu?"
Anggota kelompoknya tak punya niat untuk menujukkan
bahan-bahan dan alat-alat yang telah Lee Hyun persiapkan. Di dalam tas hitam
terdapat barang-barang yang tak diketahui!
Itu tak terasa seperti alat-alat normal. Seperti tenda,
oven, atau kompor.
Bahkan ada satu lubang di sana, sementara itu suara
perjuangan kepakan dan ketukan keluar dari sana.
Keok!
"Diam!"
Setelah teriakan garang dari Lee Hyun, suara yang datang
entah darimana berhenti.
"......"
"Tak mungkin....."
Pada keterkejutan kelompok itu, mata dingin dari Lee Hyun
sedikit mereda.
"Ada rasa yang kurang dari daging beku."
Lee Hyun tak membawa kotak es. Itu berat dan mahal untuk
digunakan hanya sekali, jadi dia berpikir tak ada gunanya. Namun, daging beku
dimasukkan ke dalam kotak styrofoam. Dia kemudian memasukkan beberapa kantong
es, dan menutupnya rapat-rapat dengan membungkusnya dengan selotif.
Dengan itu, daging itu harusnya bisa bertahan sampai sekitar
23 hari. Namun, tak ada gunanya melakukan hal itu pada ayam. Diantara daging
mentah dan membeku, ada perbedaan rasa yang halus. Karena hal itulah, harga
jualnya berbeda.
Jadi, Lee Hyun memilih untuk membawa yang termuda si Half
Sauce Half Freid hidup-hidup, daripada membekukannya.
Jika kamu bukan Lee Hyun, maka jangan pernah berpikir
tentang hal seperti itu!
Setelah beberapa saat berlalu, itu adalah saat yang tepat
untuk naik ke kapal ferry.
"Kalau begitu, ayo naik ke kapal. Kita akan
berangkat."
Dengan pimpinan para profesor, para siswa mengikuti dan menaiki
kapal tersebut. Para siswa tak punya niat untuk melihat laut dari dek. Gelombangnya
tenang dan burung-burung camar dengan malas melintas di atas mereka. Bagi para
siswa yang pertama kali naik kapal, ini adalah pengalaman yang aneh bagi
mereka.
"Kapalnya bergoyang-goyang."
"Ini mengayun-ayun."
Percakapan terjadi dengan para laki-laki yang mencoba untuk
membuat nyaman dengan para cewek yang mereka sukai, saat mereka berada di samping
para cewek itu.
Sebuah moment yang tepat untuk menikmati kebahagiaan yang
penuh kedamaian. Juga, di samping Lee Hyun ada Seoyoon.
Sejak di Incheon, dia tetap berada di samping Lee Hyun. Lee
Hyun adalah satu-satunya temannya, jadi dia tak mau pergi dari sisinya.
҅Kamu juga berencana
untuk menggangguku sampai tiba di tujuan.҆
Meskipun Lee Hyun gemetar ketakutan, dia tak melewatkan
kesempatan memandang wajah Seoyoon yang begitu dekat dengannya.
҅Aku akan
memperhatikanmu secara detail, untuk membuat patung terbaik .҆
Berdiri disamping Seoyoon, pada jarak ini, dia cukup dekat. Bahwa
hal itu memungkinkannya untuk melihat bulu halus di wajah. Di terpa angin,
rambut hitamnya menyebar dengan lembut saat angin menerpa.
Di desa Baran, dan di wilayah utara, setiap kali ada
kebutuhan, dia akan mengukir Seoyoon dari apa yang ia rasakan. Dia ingin
mengungkapkan sedikit lebih banyak dari kecantikannya, ketika menciptakan sebuah
patung.
Pada saat ini, dia ingin mencetak sebuah gambar secara
permanen pada sesuatu bukannya di dalam pikirannya. Bagi Lee Hyun, ini adalah
pertama kalinya dia merasa seperti itu.
҅Harus memiliki foto,
tak ada gunanya memilikinya di dalam ingatan, dan tak bisa mengingatnya saat
aku membutuhkan .....҆
Dia merasa seolah-olah seluruh samudra tenggelam di dalam
suasana di sekeliling Seoyoon. Sejauh itulah kecantikan Seoyoon.
Selain itu, sudut bibirnya sedikit terangkat!
Jika Lee Hyun tak melihatnya sedekat ini, maka dia tak akan
pernah melihat perubahan ekspresi itu.
҅Itu bagus untuk
dimilikinya.҆
Lee Hyun mengamati ekspresi Seoyoon sangat cermat, tapi dia
tak tahu apa yang Seoyoon rasakan. Seoyoon sedang senang, meskipun dia tak
menunjukkan senyum yang lebih lebar. Dengan kapal itu berada di lautan untuk
waktu yang lama, Seoyoon semakin nyaman seiring waktu.
Para profesor keluar ke dek dan melepaskan mantel mereka. Mereka
mengenakan seragam angkatan laut!
"Ini adalah waktu yang sempurna untuk mengatakan pada
kalian tentang perjalan MT ini."
Kata-kata tersebut diucapkan oleh Profesor Ju Jonghun. Para
siswa berkumpul di dek dan menunggunya berbicara.
"Seperti yang mungkin sudah kalian ketahui, lokasi
awalnya dari MT ini adalah di Seung Bong Do. Itu adalah sebuah pulau yang
sangat indah. Tapi sudah jelas untuk perjalanan ini, bertujuan untuk memiliki
pengalaman kehidupan liar, pulau itu tak sesuai. Jadi, kami membatalkannya. Akan
lebih baik bagi kalian untuk mengunjungi Seung Bong Do di hari yang lain."
Ju Jonghun mengatakan hal ini sambil melebarkan senyumnya.
"Akan bagus untuk mengetahui lebih awal, jika itu
bukanlah Seung Bong Do."
"Kalau begitu, akan ke mana kita untuk MT ini,
profesor?"
Ditanyai mahasiswa senior, Ju Jonghun tak membocorkan
apa-apa.
"Kalian akan mengetahuinya pada akhirnya. Sementara
waktu, kalian tak perlu terlalu khawatir tentang hal itu. Itu adalah Sil...
nah, pulau ini bagus untuk perjalanan ini. Itu benar-benar alam liar dan
memiliki semangat yang tak mementingkan diri sendiri. Itu adalah lokasi terbaik
untuk mengambil keuntungan dari kesempatan untuk memelihara persahabatan yang
berkobar-kobar."
Karena ucapan tersebut dari prosesor, para mahasiswa sibuk menebak-nebak.
"Hmmmm di mana itu. Tentunya masuk akal, jika itu
adalah salah satu dari pulau-pulau di Laut Kuning."
"Tidak, bukan di sana."
Ada banyak pulau-pulau indah milik Republik Korea di Laut
Kuning. Para nelayan akan menjalankan perahu mereka dan memancing, sementara
sisa keluarganya tetap bekerja di ladang sambil menunggu.
Para mahasiswa masih merenungkan tentang pulau tersebut dan
tak punya niat menyerah menebak namanya. Tapi, banyak dari para mahasiswa
senior sudah tenggelam dalam perasaan kecewa, dan mulai menatap pelabuhan
Incheon yang sudah ditinggalkan.
"Aku harusnya tak pernah datang ke MT ini."
"Dengan para mahasiswa baru dan mahasiswa yang mengulang
semester, aku berpikir ini adalah sebuah kesempatan yang bagus untuk bergaul
dengan para cewek."