LMS_V12E03P05

3. Neraka di Silmido (5)
Lee Hyun menancapkan tongkat alumunium dalam-dalam ke dalam
tanah. Dan di langit-langitnya, dia mendirikan atap yang kuat menggunakan cabang-cabang.
Choi Sang Jun tak terlalu menyukai atapnya.
"Saat hujan, itu akan bocor dan memadamkan api."
Cabang-cabang yang dipotong, dianyam, dan tampak cukup
kokoh. Tapi ada sangat banyak yang lubang, itu akan sangat rentan terhadap
hujan terlepas dari bentuknya. Demikian pula, hujan tak mungkin datang.
Adapun untuk Choi Sang Jung, karena dia tak mengangkat
satupun jari, dia ingin sedikit berguna dengan menunjukkan dan menyoroti
sesuatu. Faktanya, para anggota kelompok juga khawatir tentang poin itu. Jika
mereka menemui hujan di tengah-tengah tidur mereka, itu bisa menjadi masalah
yang besar.
"Aku belum selesai."
Lee Hyun melegakan semua kekhawatiran dari anggota kelompok.
Atapnya ditutupi dengan plastik yang transparan. Tiga lapis atau lebih dari plastik
vinil tembus pandang, menutupi dan mengamankannya, untuk menyelesaikan atap
yang sempurna.
Dindingnya terbentuk oleh vinil transparan di sekitar
tongkat alumunium dengan silikon yang dipasang. Atap dan dinding tersebut bisa
menghadapi badai yang besar. Dibandingkan dengan tenda milik kelompok-kelompok
lain, rumah sementara mereka dua kali lebih luas.
"Apa menurut kalian bagus, kalau pintunya dibuat
menghadap laut?"
Lee Hyun mengerjakan material-material itu sambil meminta
pendapat para anggota, tapi semua orang hanya menganggukkan kepala mereka,
tertegun. Dengan masing-masing suara, rumah itu semakin dan semakin mendekati
selesai.
Tanpa sedikitpun keragu-raguan, serta dengan keahlian dalam
kerajinan, kecepatannya sangatlah cepat. Lee Hyun memotong sebuah pintu masuk
menghadap laut. Setelah memotong beberapa lapis plastik, dengan pemasangan yang
mudah dari resleting, pintu itu selesai.
Berbaring di dalam tenda, tak ada pemandangan dari lautan. Dengan
rumah mereka, entah itu dinding, atap, atau pintu masuknya, semuanya dibuat
dengan vinil transparan. Jadi, bahkan ketika malam tiba, mereka bisa melihat
bintang-bintang di langit.
Rumah pantai yang diterangi bulan!
Mendengarkan suara ombak, suasananya akan menenangkan
siapapun, dan membuat mereka tertidur.
҅Membuat rumah adalah
hal yang sepele, jauh lebih mudah daripada membuat patung .҆
Untuk membuat segudang patung, dia membutuhkan imajinasi
yang besar. Dasar dari patung adalah untuk mengharmoniskan dengan lingkungan
sekeliling. Bagi Lee Hyun, membuat rumah yang sesuai dengan pantai bukanlah hal
yang sulit. Dia juga memperkuat struktur lantainya.
Hal itu tak membutuhkan banyak waktu, dan kemudian dia
menyusun styrofoam dengan insulator bangunan di atasnya. Belakangan ini, tak
ada masalah untuk menggunakan material-material bangunan yang memadai ini untuk
membuat sesuatu setingkat ini. Dan itu akan berlangsung beberapa hari.
Meskipun, itu bisa menjadi rumah yang nyaman selama sebulan
atau lebih, tanpa kelompok itu. Untuk itu diperlukan, untuk dibangun lebih kuat
untuk menahan badai. Tapi ini bukanlah musim untuk cuaca semacam itu, jadi
kekhawatiran mereka berkurang.
"Selesai. Mari pindahkan barang bawaan kita ke dalam."
Lee Hyun membawa mereka masuk. Setelah di dalam, para
anggota kelompok melihat-lihat. Itu nyaman dan luas, sementara lantainya
relatif empuk.
"Ini hebat."
"Benar-benar nyaman. Lebih baik daripada tenda
tentunya."
Hong Seonye dan Jung Eunhee merasa nyaman dan tak menahan
kata-kata mereka.
Kelompok-kelompok lain masih sibuk berjuang mendirikan
tenda, sementara mereka adalah satu- satunya kelompok yang memiliki rumah yang
nyaman yang selesai dalam sekejap. Sampai sekarang, Hong Seonye yang sebelumnya
tak tertarik terhadap Lee Hyun, mendekati nya.
"Tampaknya kamu memiliki ketertarikan pada desain
interior atau arsitektur, dan semacamnya. Menurutku seorang pria dengan hobi
seperti itu benar-benar ideal."
Itu adalah bukti jika pengakuannya terhadap Lee Hyun telah
meningkat secara positif. Lee Hyun menjawab dengan jujur.
"Jika mereka bekerja 3 bulan sebagai pekerja manual,
siapapun bisa melakukan hal ini."
"Kamu juga punya selera humor yang menakjubkan."
Hong Seonye menganggap apa yang dikatakan Leee Hyun adalah
sebuah lelucon, dan tertawa. Seoyoon juga melihat-lihat rumah sementara itu dan
wajahnya menunjukkan jika dia merasa nyaman. Dia bukanlah seseorang yang bisa
dengan mudah berbaur dengan orang lain. Di malam hari, juga tak mudah baginya
untuk tertidur.
Di sepanjang durasi dari perjalanan MT ini, dia khawatir
tentang poin ini. Tetapi dilegakan karena rumah yang nyaman dan luas ini.
Begitulah, untuk membangun rumah sementara mereka, kelompok
Lee Hyun membutuhkan setengah dari waktu yang dibutuhkan kelompok-kelompok lain
untuk mendirikan tenda mereka.
Meskipun itu tak ada yang janggal secara khususnya, Lee Hyun
merasa gelisah. Karena, dia menyelesaikannya terlalu cepat dibandingkan dengan
kelompok-kelompok yang lain.
"Chaa, ayo makan."
Lee Hyun mengambil peralatan untuk memasak makanan. Seperti
biasa, tak ada alasan lain, selain itu sulit bagi yang lainnya. Dia mencuci
beras di panci, dan meletakkannya di atas celah batu.
Kemudian setelahnya, dia mengambil panci itu dan meletakkan
di bawah pohon.
"Ngomong-ngomong, apinya."
Lee Yuu Chong dan Min sura serta para cewek mendekat dengan
tatapan penasaran. Tak ada keraguan dari tindakan Lee Hyun, membuktikan jika
dia adalah seorang mahasiswa yang mengulang semester di mata mereka.
Alasan untuk hati mereka tercerahkan utamanya adalah, karena
dia dengan mudah membuat rumah.
"Tentu saja aku akan membuatnya."
"Bagaimana?"
"Aku bertanya-tanya, apa aku punya alat untuk
membuatnya lebih mudah....."
Lee Hyun bertanya-tanya sebentar. Jika dia punya sebuah kaca
pembesar, maka itu memungkinkan untuk menggunakan cahaya matahari dan
mengarahkannya pada kertas untuk membuat api. Itu adalah metode termudah dan
yang paling enak.
҅tak punya kaca
pembesar, tapi ada cara yang tak langsung untuk melakukannya .҆
Dia mengambil vinil jernih untuk memanfaatkannya.
Dia juga bisa menggunakannya untuk mengisinya dengan air
untuk mengumpulkan sinar. Tetapi itu sedikit rumit, karena dia harus merobek
vinil yang ia gunakan sebelumnya.
"Kalau begitu, kita akan menggunakan kayu untuk membuat
api."
Lee Hyun mencari kayu yang sesuai.
Sepotong kayi kering, dia meletakkan sedikit rumput kering,
kemudian menggunakan ranting kering dan menggosoknya berkali-kali. Dia tak lupa
untuk meniupnya dengan oksigen segar.
Chiiiiiiiii.
Segera setelahnya, asap tebal kebiru-biruan mendahului
datangnya api. Meskipun itu tampak seperti hal yang mudah dilakukan, jika
seseorang tak memiliki pengalaman, itu sudah pasti bukanlah tugas yang mudah.
҅Aku sudah sering
melakukannya di Royal Road.҆
Ketika dia ditahap pemula, dia tak memiliki uang untuk
membeli batu api. Dengan demikian, dia meluangkan waktu untuk menggosok cabang
untuk membuat api. Pengabdian penuh untuk menghemat uang.
Kemudian di kehidupan nyata, dia mencoba untuk melakukan hal
yang sama, seperti yang ada di dalam ingatannya.
Dia adalah seorang Sculptor di Royal Road.
Dikehidupan nyata juga, kadang-kadang, dia tiba-tiba akan
mendapatkan desakan untuk membuat api dari kayu, sebagai latihan saat dia
memotong kayu. Pertama kali dia sering kali gagal, diakhir dari 4 jam berusaha tanpa
lelah, akhirnya dia bisa menghasilkan api.
Kelas Sculptor memberi keuntungan lain baginya!
Dia terbiasa dengan pengalaman-pengalaman itu untuk
menyalakan api seperti ini.
"Waow!"
Para anggota kelompok takjub sambil menatap api itu. Di kasus
biasa, seseorang bisa menggunakan pematik yang sudah tersedia untuk membuat
api. Tapi dalam kasus ini, spekulasi tentang membuat api di luar, memberi
suasana yang berbeda.
Lee Hyun menggunakan api itu untuk memasak makanan. Waktu
makan yang diberikan adalah dua jam, karena kondisi untuk membuat dan menjaga
api menyala. Dengan jumlah banyak dari waktu yang diberikan, dia dengan santai
meluangkan waktunya untuk merebus daging.
Mereka juga bisa merebus daging babi untuk dimakan juga.
"Ah, aku lapar."
"Lekas rebuslah!"
Kelompok-kelompok lain buru-buru mengeluarkan kompor dan
peralatan masak untuk merebus air. Namun, ada satu hal yang harus mereka
lakukan.
Mereka sibuk berteriak-teriak tentang lecet-lecet
menyakitkan, yang muncul akibat menggosok kayu.
"Tak bisa, itu sulit....."
"Tirulah kelompok yang di sebelah sana."
Di akhir penderitaan kelompok-kelompok itu, menggunakan
lensa kamera dan alat-alat semacamnya. Mereka membuat makanan ramen dengan api
mereka yang menyala. Meski demikian, ada banyak kelompok yang tak bisa makan.
Karena mulai dari sana, itu adalah saatnya pelatihan neraka.