Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V12E04P04

gambar


4. Pelatihan Neraka (4)



Lee Hyun tak lagi mencoba mengingat masa lalu itu. Dia ingin menikmati waktu untuk beristirahat dengan nyaman di sini. Hanya di sini, di MT, di mana dia bisa melakukannya, setelah dia pulang, ia harus bekerja keras lagi.
Lee Hyun menikmati jalan-jalan di pagi hari. Tapi di kejauhan di atas sebuah batu, seseorang telah melakukannya terlebih dahulu dan duduk di atasnya.
Itu adalah Seoyoon.
Dia bisa tidur sebentar di samping Lee Hyun, tapi kemudian entah bagaimana merasa tak nyaman dan dia dengan cepat bangun dan pergi.
"......"
Seoyoon juga melihat Lee Hyun, tapi dia tak mengatakan apa-apa. Dia hanya melirik sisi di sampingnya.
Lee Hyun duduk di sampingnya. Tentu saja, Lee Hyun tak lupa untuk memeriksa lagi dan lagi untuk memastikan bahjikawa itu tak masalah untuk melakukan hal itu.
҅Duduklah maksudmu? Bolehkah aku duduk? Jangan marah ketika aku duduk . Mungkin dia akan membalas dendam padaku di masa depan, jika aku melakukannya ...҆
Hari masih gelap.
Lee Hyun dan Seoyoon duduk di atas batu melihat laut. Di bawah segudang bintang di langit, dan lautan yang luas membentang di depan mereka. Sedikit rasa frustrasi mencair saat mereka duduk untuk bersantai.
"......"
Seoyoon tak sepenuhnya membuka mulutnya, tapi dia ingin mengatakan sesuatu. Itu karena ketegangan, hingga dia tak bisa mengatakan apa-apa.
Faktanya, begitu banyak yang ingin ia katakan, sehingga dia secara spesifiknya tak tahu bagaimana mengungkapkan sesuatu ke dalam kata-kata. Baginya, menjadi teman asli. Jadi, dia ingin memiliki obrolan yang bagus, tapi dia tak tahu bagaimana caranya menghapus ketegangan yang ia rasakan di udara.
҅Aku tak tau harus berkata apa. Jadi bagaimana seseorang mengirimkan ketulusan mereka hanya dari kata-kata?҆
Seoyoon kadang-kadang menatap jauh ke dalam mata Lee Hyun untuk waktu yang lama. Yang mana, bagi Lee Hyun, tatapan dalam itu membangkitkan pikirannya menjadi liar.
҅Kamu tahu aku yang menciptakan patung-patung itu atau apa? Aku tahu jika patung kecantikan Morata akan membuat aku ketahuan cepat atau lambat. Tidak, di Land of Despair kamu melihatku membuat patung, apakah kamu mengetahuinya sejak saat itu? Aku tak tahu apakah kamu thau model dari patung Freya di desa Baran adalah kamu. Aah, mata ini seperti mata saat aku mengalami flu parah dan kamu memaksakan makanan beracun itu masuk ke dalam tenggorokanku, itu adalah mata yang sama persis !҆
Ilusi dan ketidakpercayaan, ketakutan bertunas bersama datangnya fajar.
****

Pintu masuk ke Morata.
"Hehe, terimakasih banyak."
"Kami telah banyak merepotkan Da'in-nim."
"Berkat kamu, kami bisa menyelesaikan quest ini."
Di depan gerbang, ada sebuah party yang dibubarkan. Tempat yang mereka jelajahi adalah Spring of Oblivion di dalam Twilight Ruins!
"Sulit dipercaya. Tak terpikir kita bisa menundukkan Twilight Ruins seperti ini."
"Kita mendapatkan begitu banyak item, itu adalah pengalaman yang menarik. Itu semua karena Da'in-nim."
"Heh, jangan sebutkan itu."
Di antara anggota party, satu Shaman menakjubkan yang sangat mengesankan. Para Shaman biasanya dianggap sebagai jack of all trade. Mulai dari mantra-mantra penyembuhan dan magis, buff, dan kutukan. Itu adalah sebuah perjuangan dari sebuah kelas untuk memilikinya. Tak ada yang terlihat menonjol.
Jadi ketika orang-orang membentuk party, mereka biasanya tak memberi tempat bagi para Shaman untuk bergabung. Mereka tak memiliki kemampuan untuk menangani penyembuhan setingkat Cleric, atau apakah mereka secara khusus mampu bekerja di area tertentu. Sehingga dalam kebanyakan kasus, setiap kali Shaman diundang, mereka biasanya hanya memainkan peran pendukung.
Tapi Shaman Da'in berada di dimensi yang berbeda dibandingkan dengan yang lain. Sihir penyembuhannya melebihi rata-rata dari seorang Cleric, dan output damagenya mendekati para Wizard dalam hal serangan sihir.
Blind. Blokade sihir.
Menggunakan tanaman merambat untuk mengikat dan menghentikan gerakan musuh. Panah tak terlihat. Pemanggilan familiar.
Sementara berbagai skill miliknya di atur dengan tepat untuk mendapatkan keuntungan tertinggi, penguasaannya dari skill-skill tersebut juga sangat tinggi. Tak heran para anggota party tertahan oleh Da'in.
"Hehehe, kalau begitu maukah kalian mendaftarkan sebagai teman?"
Pada saran Da'in, party itu menerimanya dengan mudah.
"Tentu."
"Kalau begitu kita akan mengerjakan beberapa quest lagi, lain kali!"
Jadi, Da'in mengucapkan perpisahan akhir pada party itu. Setelah itu, dia menjelajahi Morata menginginkan sebuah tur. Memasuki kota, dia melihat banyak toko-toko yang masih dalam pembangunan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Membutuhkan orang untuk pergi berburu di perbukitan di selatan. Sebaiknya Wizard."
"Membutuhkan orang diatas level 300. Membutuhkan Warrior yang bisa menerima serangan berlevel 400 atau lebih."
"Butuh Wizard. Necromancer dan Summoner diterima. Untuk mengerjakan quest."
Ada banyak orang yang mencoba merekrut anggota untuk berburu atau mengerjakan quest. Sementara banyak pekerja kelas bawah di tempat yang tepat mulai menciptakan item, para pedagang yang lain mendirikan toko mereka.
Penjahit, religius, pos perdagangan dibuka!
Dari para pedagang tekstil kecil ini, kulit dan kain yang ditenun. Daripada pergi ke kota-kota lain untuk membeli kulit yang mahal, para petualang di sini membayar uang untuk mendapatkan equipment-equipment mereka yang diproduksi sesuai pesanan dalam pertukaran.
Karena Morata terkenal dalam teknologi tekstil, item-item yang cukup bagus, yang dihasilkan dari material-material yang diberikan. Para religius menghilangkan kutukan dan memberi blessing, sementara mereka juga memainkan peran dalam pelatihan para Paladin dan Cleric.
Pos perdagangan adalah sebuah tempat yang populer yang selalu dikerumuni para Merchant. Di Morata, dengan meningkatnya trafik dari orang-orang, kebutuhan akan barang-barang mewah, makanan, senjata dan armor juga meningkat. Sementara beberapa orang lain mendapatkan barang yang dijual di Morata, dan memperoleh keuntungan dengan menjual material-material di wilayah lain.
Guild Mercenary akhirnya selesai.
Para anggota tentara bayaran Red Shield berkumpul setelah menjalani kehidupan mereka yang sulit sebagai tentara bayaran. Setelah seseorang minum-minum bersama para tentara bayaran, mereka berbagi percakapan tentang pekerjaan dari senjata-senjata yang dipekerjakan ini.
Dalam beberapa kasus, seseorang yang tak menginginkan sebuah party untuk mengerjakan quest, memilih untuk menyewa tentara bayaran. Dialog antara mereka adalah untuk mencari tahu, apakah tentara bayaran yang akan segera disewa memiliki kualifikasi dasar untuk bisa melakukan pekerjaannya.
Setelah mempertimbangkan reputasi, level, dan profesi, kesempatan dari pekerjaan sesuai dengan tingkat keakraban. Meskipun layanan mereka mahal dan ada uang saku harian, jumlah orang yang tak ada habisnya telah mencari tentara bayaran. Karena biaya yang mereka katakan sesuai dengan efektivitas mereka.
Sementara Da'in berkeliling kota untuk membeli barang-barang yang diperlukan, dia berjalan ke sebuah party yang mencari Wizard.
"Kelas Shaman. Jika kamu tak keberatan, levelku 227."
"Itu agak rendah, jadi... biar aku coba untuk berbicara dengan anggota party, dan aku akan senang untuk membalas."
Pemimpinnya adalah Paikeumaen (Pike-Man), dengan tombak polearm sebagai senjata utama. Setelah mengobrol dengan anggota partynya melalui wisper, dia mengangguk.
"Tampaknya kamu cukup terkenal dan dikenal dengan baik. Da'in-nim sangat disambut. Quest yang ditugaskan pada kami adalah untuk menghukum para pelayan dari Skull sebelum senja. Maukah kamu bergabung?"
"Ya!"
Da'in bergabung dengan party, bahkan jika itu hanyalah sebuah quest sederhana. Lokasi untuk quest mereka berada di Green Lake dekat kota Morata. Da'in bersama party barunya bergerak ke tujuan mereka.



< Prev  I  Index  I  Next >