LMS_V15E06P04

6. Slave Date (4)
Lee Hyun mendengar apa yang dia katakan.
'Meskipun ini juga
pertama kalinya aku bergandengan tangan dengan seorang cewek....'
Sampai dia melewati usia 22, kontaknya dengan cewek hanyalah
dengan adiknya saja. Kehidupan yang membuat kontak dengan wanita hanyalah di
usia dini, ketika dia menggendong Lee Hayan di punggungnya saat masih kecil,
mengganti popoknya, dan memandikan dia!
"Haruskah kita bermain manusia memukul tikus?"
"Aku tak mau...."
"Hanya 2.000 won."
"....."
Dua lembar uang keluar dari saku Lee Hyun.
'Jadi kencan dengan
seorang wanita ujung-ujungnya mengeluarkan uang.'
Baginya untuk menggunakan 2.000 won, itu seperti ini akan
menjadi sebuah hari yang tak akan bisa ia lupakan selama sisa hidupnya. Itu
bahkan mungkin menjadi sesuatu yang bisa muncul kembali, di saat-saat
kematiannya di usia tua.
Jeong Hyo Lynn mengangkat palu plastik tanpa melepaskan
lengan Lee Hyun.
"Ya! Ya!"
Lee Hyun berusaha untuk menunggu dan menonton, tapi saat dia
terus melihat palu plastik Hyo Lynn melesat, dia terfokus dengan sendirinya.
"Sedikit ke kiri."
"Baiklah."
"Sekarang mereka akan keluar dari kanan!"
"Aku melihatnya!"
"Dua dari kiri! Dia tak akan muncul di kanan sekarang.
Tangkap dia dengan cepat!"
"Aku bilang, aku akan melakukannya sendiri!"
Semangat persaingan dari mereka berdua berkobar-kobar.
"Sial, 12 yang lolos."
"Kamu seharusnya bergerak lebih cepat."
"Itu karena kamu terus membuatku berbicara dari
samping. Jika kamu tak membuatku berbicara, aku tak akan meleset."
"Coba lagi."
"Aku benar-benar akan menangkap mereka semua."
Meskipun Jeong Hyo Lynn mengayunkan palu plastik itu lebih
ganas daripada yang sebelumnya, dia tak melepaskan lengan Lee Hyun.
Saat dia berusaha melepaskan lengannya, karena dia berpikir
itu mungkin tak nyaman, lengan Lee Hyun sedikit mengendur dari lengan Hyo Lynn.
Kemudian, Jeong Hyo Lynn merangkul tangan Lee Hyun erat-erat. Itu adalah
sesuatu yang terjadi begitu alami dan intim.
"Che! Ada 3 yang lolos."
"Kamu melakukannya dengan baik."
"Apa yang ingin kamu mainkan selanjutnya?"
Pasangan itu menjadi semakin dekat, ketika menangkap para
tikus!
Mungkin karena Lee Hyun juga merasa nyaman, dia menyarankan,
"Mau mendapatkan boneka dengan menembakkan BB-pistol?"
"Kedengarannya bagus."
300 won per tembakan!
Lee Hyun memeriksa harganya dan memilih permainan yang
paling murah.
"Mister, tolong isikan masing-masing 10 peluru untuk
kami."
Kali ini, Jeong Hyo Lynn mengeluarkan dompetnya sendiri dan
membayar. Itu adalah sebuah tindakan yang sangat mengejutkan Lee Hyun.
'Jadi dia adalah
seorang cewek yang baik...'
Jeong Hyo Lynn mengangkat pistolnya dengan satu tangan.
"Aku akan menembak duluan."
"Oke."
Peluru yang ditembakkan Jeong Hyo Lynn meleset dari boneka.
Bahkan, ketika peluru itu mengenai sebuah boneka secara kebetulan, boneka itu
tidak jatuh. Permainan ini memang seperti ini sejak awal.
Ini adalah perang antara si pemilik dan pelanggan yang
secara sembarangan menginginkan boneka!
Setelah kegagalan Jeong Hyo Lynn, Lee Hyun tak menargetkan
boneka yang besar.
'Boneka berukuran
sedang kira-kira beratnya 780 gram. Itu adalah bobot yang sudah aku rasakan,
tak terhitung berapa kali, setiap kali aku menjahit mata pada boneka-boneka
itu. Tak akan mudah untuk menjatuhkannya dengan sebuah BB-pistol.'
Meskipun pelurunya mengenai pusat dari boneka itu,
kekuatannya tidaklah cukup. Hanya bisa jatuh dengan cara menembak secara
beruntun. Karena dia membuang 300 won per tembakan, Lee Hyun menargetkan secara
hati-hati pada boneka burung dan menjatuhkannya.
'Sukses.'
Lee Hyun berencana untuk memberikan boneka burung itu pada
adiknya.
'Sepertinya, aku bisa
menggunakannya sebagai hadiah ulang tahun tahun ini.'
Tapi Jeong Hyo Lynn menyambar boneka itu.
"Apa kamu memberikan ini padaku?"
"......."
Dia tak bisa menolak mata yang berkedip-kedip dan ekspresi
cantik yang memintanya, untuk memberikan boneka itu padanya.
"Itu buat kamu."
"Terima kasih."
Jeong Hyo Lynn memeluk boneka itu penuh kasih sayang. Mereka
berdua juga menaiki merry-go-rounddan menonton permainan para mahasiswa.
Di atas atap bangunan utama Universitas Korea mereka
memiliki kesempatan untuk melihat pemandangan malam dari kota dan festival.
Bahkan, ketika kembang api menghiasi langit, Jeong Hyo Lynn
tak melepaskan tangan Lee Hyun. Dia tak mengatakan perasaannya pada Lee Hyun,
dengan cara inilah dia menyampaikan apa yang ia rasakan.
Lee Hyun berpikir,
'Dia pasti benar-benar
suka bergandengan tangan.'
* * *
Jeong Hyo Lynn pergi ke panggung kecil di tepi danau. Itu
adalah sebuah panggung yang buruk tak banyak penontonnya. Hanya ada satu piano
sebagai intrumen.
"Haruskah kita menyanyikan lagu?"
Jeong Hyo Lynn bertanya setelah duduk di bangku piano
tersebut. Karena mereka masih bergandengan tangan, Lee Hyun juga duduk di sampingnya.
"Lagu apa?"
"Terserah... katakan saja lagu apa yang kamu mau. Lagu
apa saja tak masalah, tapi sebuah lagu bahagia akan bagus. Aku merasa sangat
bahagia sekarang ini, aku sedang dalam mood yang bagus."
Jeong Hyo Lynn telah berkeliling dunia untuk konser. Dengan
suaranya yang indah, dia membuat 60.000 orang menjadi liar di konsernya. Dan di
beberapa negara sosialis, kerumunan ratusan ribu orang berkumpul di plaza dan
sepenuhnya menikmati musik kebebasan.
Meskipun dia mempesona dan bersinar sangat terang saat dia
menyanyikan lagunya. Setelah dia meninggalkan panggung, dia tidur sendirian di dalam
kamar hotelnya yang sepi.
Musik adalah satu-satunya temannya, penenang kekosongan dan
kesepiannya. Dia menyanyikan kebahagiaan, tapi dia sebenarnya sangat kesepian
setelah bernyanyi. Dia memiliki perasaan jika dia akan bisa bernyanyi dengan
bahagia secara tulus, jika dia bersama Lee Hyun.
"Maukah kamu menyanyikan ‘Dialogue of Eyes’?"
Lagu debut Jeong Hyo Lynn adalah “Dialogue of Eyes”. Itu
juga merupakan lagu yang paling disukai adik Lee Hyun. Lagu itu dirilis ketika
Jeong Hyo Lynn masih seorang siswi SMA berusia 16 tahun, lagu ini menjadi
sangat terkenal, dan dia menjadi seorang bintang.
Meskipun lagu-lagu miliknya yang selanjutnya menerima lebih
banyak rasa suka dari publik, ada banyak orang yang tak bisa melupakan “Dialogue
of Eyes” yang dinyanyikan seorang wanita muda.
"Aku akan menyanyikannya untukmu. Sebagai gantinya...
aku akan bermain piano dengan satu tangan."
[Untuk suatu alasan, aku tak mau melepaskan tanganmu.
Tak ada kata-kata di dunia ini.
Kita hanya mengulangi gumaman tak berarti.
Katakan saja apa yang ingin kamu katakan.
Karena aku tak bisa mendengar.]
Suara jeong Hyo Lynn menyebar seperti sihir, indah, dan
merdu, saat suara itu diiringi melodi piano yang sedikit kurang. Karena, dia mainkannya
dengan satu tangan.
[Tak ada gerakan yang diijinkan.
Percakapan tidaklah ada.
Hubungan yang dibuat oleh kilauan mata.
Tunjukkanlah padaku cahaya dari matamu.
Kejujuran
Rasa sakit
Keputusasaan
Kemarahan
Penyesalan
Keinginan
Kedekatan
Cinta
Ekspresikanlah semua perasaan-perasaan ini melalui matamu]
Kerumunan orang, ditarik oleh musik itu, berjalan ke arah
panggung. Mereka menemukan sebuah tempat untuk duduk dengan tenang untuk
menghindari kegangguan. Kemudian mereka mengeluarkan ponsel mereka dan mengirim
sms pada teman-teman mereka.
'Jeong Hyo Lynn
bernyanyi di panggung konser di tepi danau. Cepat datanglah!'
[Apa yang harus kita pilih ketika kita makan.
Katakan padaku jika kau makan dengan baik
Dan ke mana kita harus pergi menggunakan matamu
Jika kita saling melihat mata satu sama lain
Kita bisa membaca perasaan kita.
Sebuah dunia tanpa kesalahpahaman dan gangguan.
Jadi aku bisa memahamimu
Perasaanmu ketika menatap matamu
Kita harus berusaha.
Meski begitu,
Kita tak pernah benar-benar bisa memahami pikiran
masing-masing
Bahkan jika kamu melihat tindakan yang tak bisa kau pahami,
Aku bisa menerimanya
Karena aku mungkin juga melakukan hal yang sama
Menatap cahaya matamu adalah ketidak-jelasan yang tak pasti.
Mereka bukanlah kata-kata tanpa perasaan,
Sinarilah kebahagiaanku
Jadi, aku bisa melihat diriku sendiri di dalam matamu
Meskipun sebentar,
Jangan alihkan matamu dari wajahku
Satu hati dalam satu pandangan
Terangilah hatiku.
Semakin dekat matamu yang bersinar, semakin baik
Seperti biasa,
Dia bernyanyi dengan suara yang merdu]
Dia bukanlah seorang siswi SMA lagi, tapi seorang wanita
yang sekarang ini mempelajari cinta yang sebenarnya. Suara merdu yang tak
menyampaikan kesedihan dan kepedihan, tapi tangisan yang mengajarkan tentang
cinta.
[Jika kata-kata keras tak bisa membuat hati bergetar
Maka, aku ingin berbicara dengan cahaya dari mataku
Mendengarkan suara dari matamu
Karena itu akan mengerutkan jauh lebih dalam ke dalam hatimu
Aku akan bisa menyampaikan apa yang tak bisa disampaikan kata-kata.
Bicaralah dengan matamu
Aku ingin melihat cahaya di matamu]
Jeong Hyo Lynn tak melihat piano. Dia menatap Lee Hyun yang
duduk tepat di sampingnya, saat dia bernyanyi dengan matanya yang berkilauan.