Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V18E02P02

gambar


2. Perjalanan Seorang Pria (2)



Weed merasa seperti seekor anak ayam yang akan digoreng.
"Liburan yang aku nanti-nantikan akhirnya datang."
Dia tak butuh liburan mewah. Dia akan menghabiskan waktunya di Benua Versailles untuk meningkatkan level dan skill mastery miliknya, sambil menjelajah.
"Aku akan memulihkan stempel yang belum diberbaiki...."
Untuk memperbaiki Arpenian’s Imperial Seal dia harus meningkatkan skill miliknya. Dia harus menciptakan Masterpiece dan secara sengaja merusaknya, sehingga dia bisa memperbaikinya.
Itu adalah sebuah skill yang sulit untuk dilatih, karena skill itu membutuhkan keterampilan dan ingatan yang tepat. Weed harus mencurahkan waktunya untuk menciptakan karya-karya.
"Aku harus merusaknya secara perlahan-lahan, dan memperbaikinya sedikit demi sedikit."
Skill Sculpture Repair dianggap sebagai sebuah subskill. Meskipun itu sulit, level skillnya akan naik dengan cepat. Tujuan Weed adalah tahap Intermediate.
"Dengan begitu, aku seharusnya bisa memperbaiki Stempel Arpen. Tapi...."
Weed memiliki perasaan gelisah di dalam dadanya, dan tak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya, untuk memperbaiki patung-patung. Karena itu adalah sebuah quest dari Gereja, tentang artifak yang hilang, ada sedikit peluang dari orang lain menghancurkannya. Dia telah berusaha untuk memperbaikinya sekaligus, namun tak berhasil.
"Kemarin, di kota, saat aku di dalam bis, apakah ada seseorang yang menggosok tiket lotre? Tentu saja tak ada. Itu adalah pria di kamar kecil dengan kancing jaket terbuka, dengan desain api padanya..."
Kemudian dia tiba-tiba mendapatkan sebuah ide yang bagus!
"Benar juga, sudah hampir waktunya perlindungan dari Order of Freya berakhir kan?"
Karena itu beberapa tahun, itu terasa sangat lama namun itu hanya 4 bulan di kehidupan nyata.
"Aku harus melihat.... jendela status militer."
Weed membuka jendela informasi.
[Kekutan Militer Provinsi Morata
Beginner Knight: 10
Rata-Rata Level: 219
Prajurit: 1.187
Rata-Rata Level: 45
Loyalty: 98%
Pelatihan: 79%]
Level dari para Knight sangat rendah. Pendisiplinan yang ketat diperlukan, untuk mencegah para Knight pergi.
Para prajurit Morata memiliki kesetiaan yang tinggi, dengan pengecualian beberapa prajurit. Level mereka menyedihkan, dan mereka harus mencari bantuan dari pasukan pengamanan dan penduduk.
Tak memiliki senjata perang.
Tembok Kota dalam keadaan sempurna.
Periode perlindungan yang dijanjikan dari Order of Freya berakhir lima hari lagi.]
Hanya kurang lima hari lagi, perlindungan dari Order of Freya akan berakhir. Karena kontribusi publik miliknya, Weed bisa menemui Alveron.
"Aku ingin bertemu dengan Yang Mulia Kandidat High Priest."
Ada saat-saat memanggil dengan perhormatan yang tepat. Dia memiliki kedekatan yang tinggi dengan Alveron dari quest-quest yang telah ia selesaikan. Bagi dirinya, Alveron layaknya seorang teman. Tapi karena kontribusi publik miliknya-lah hingga dia bisa menemui Alveron.
"Tak terpikir jika Weed-nim akan mencari seorang Priest seperti diriku. Apa yang bisa aku bantu?"
"Ini adalah Morata-kan? Tempat di mana Alveron dan aku menyelamatkan orang-orang dengan mengalahkan para vampir-kan?"
Itu adalah hal yang bagus. Di bawah alasan menderita, karena mengerjakan sebuah quest bersama-sama kedekatan mereka akan meningkat.
"Dewi Freya telah meninggalkan tanda miliknya yang tak terlihat di provinsi Morata, cahaya harapan yang membawa kesejahteraan negeri dan kedamaian-kan? Bagi Morata, dewi Freya adalah Dewi Harapan."
"Weed-nim, aku sangat bersyukur jika kamu berpikir demikian."
"Itu cukup rumit untuk berkata begitu, jadi aku akan berbicara secara langsung. Tolong perpanjang perlindungan Freya pada Morata."
Weed ingin mengatakan lebih banyak lagi. Namun, Alveron berbicara sebelum dia bisa melakukannya.
"Tapi ini bukan di wilayah Selatan-kan? Bahkan sebagai Kandidat High Priest Alveron, jarak ke Morata sangatlah jauh...."
Apa boleh buat, dia mencoba sekali lagi.
"Kita telah bertarung dan menumpahkan darah bersama-sama kan?"
Kekerabatan.
"Order of Freya memiliki banyak ajaran tentang kehidupan."
Ajaran.
Republik Korea memiliki sebuah ikatan yang tak terpisahkan untuk menarik keluar sesuatu, jadi Weed menggunakan ajaran sebagai alasan!
Terutama karena Alveron yang teramat sangat jujur, tak akan pernah menerima suapan.
"Aku minta maaf. Dewi Freya lebih dari sekedar ingin membantu. Namun, ada orang-orang yang menderita di suatu tempat, di dalam situasi yang lebih sulit. Jadi, para Paladin dan para Priest harus pergi di hari yang dijanjikan."
Mereka telah makan bersama sebagai teman, tapi itu seperti Weed memintanya untuk pergi membeli nasi tanpa memberinya uang sepeserpun dan menolak, sebuah situasi yang tak bisa dihindari.
"Untuk melanjutkan perlindungan Freya pada Morata untuk periode waktu yang lebih lama lagi, akan menggunakan biaya pencapaian yang kamu miliki dengan Order of Freya."
Bergantung pada tingkat kontribusi publik, dia bisa mendapatkan equipment atau harta yang langka. Weed merasa itu sia-sia, tapi ini adalah pilihan terakhir miliknya.
Morata memiliki perkembangan yang tinggi, tapi kekuatan militernya sangat lemah. Morata bahkan tak memiliki prajurit dan Knight yang cukup untuk bertarung dalam pertempuran yang sebenarnya. Alveron membuat tanda salib dan menunduk.
"Tak akan ada masalah, jika itu adalah Weed-nim. karena, kamu mencurahkan begitu banyak upaya pada Order of Freya, tapi akan ada suatu kesulitan jika aku yang meminta. Berapa lama perpanjangan perlindungan Order of Freya yang kamu inginkan?"
*Ding!*
[Nilai poin publik dengan Order of Freya: 13.290
Untuk perlindungan dari Order of Freya, 110 poin publik akan dikonsumsi selama sehari.]
Dia tak bisa berbuat apa-apa, selain menggunakan nilai poin publik dalam jumlah yang besar, untuk membuat Order of Freya mengerahkan kekuatan mereka yang besar. Mulai dari para Cleric dan Paladin pada Morata.
Mata Weed mulai melembab. Dia telah berencana untuk menggunakan nilai poin publik itu untuk membeli senjata dan armor berlevel tinggi dari gereja.
"Alveron, aku ingin Order of Freya melindungiku... selama mungkin."
Dia harus membelinya!
"Apa kamu ingin Order of Freya melindungi Provinsi Morata menggunakan nilai poin publikmu?"
"Uh. Ya."
"Para Paladin akan tetap di sini selama 120 hari lagi. Tapi, karena Weed-nim memintaku secara pribadi, aku akan meminta mereka tambahan 30 hari."
Alveron memberinya bonus 30 hari!
Weed memeluk dia.
"Saudaraku!"
Order of Freya akan menjauhkan pasukan militer yang lain. Tapi waktunya semakin dekat.
* * *

Pagi berikutnya, Lee Hyun mulai bersiap dan memasukkan camcorder ke dalam tasnya.
"Pulau Jeju.... pulau impian. Resort terbaik! Aku tak bisa percaya jika aku pergi ke Pulau Jeju."
Ahn Hyundo meneleponnya. Mereka membuka dojo baru di Pulau Jeju, dan ingin dia untuk melihatnya. Itu adalah hal yang bagus bagi Lee Hyun.
"Aku khawatir tentang apa yang harus aku rekam selama liburan, tapi tak terpikir jika itu adalah Pulau Jeju."
Pulau Jeju, ketika dibandingkan dengan orang lain, itu tak akan jauh dibelakang. Itu adalah lingkungan yang alami dengan Gunung Halla yang biru cerah, dengan kuda-kuda dan pantai yang bisa dia rekam.
"Ini adalah semacam kesuksesan. Tak semua orang bisa pergi ke Pulau Jeju. Aku lebih baik membawa passportku."
Lee Hyun memasukkan passport miliknya, ke dalam tasnya.
Ahn Hyundo bilang jika dia membutuhkan passportnya untuk naik pesawat di bandara. Dia harus menulis dokumen-dokumen dan foto-foto untuk mengurusnya di dojo luar negeri. Biasanya orang akan curiga saat mereka berpikir tentang hal itu, tapi dia tak memiliki sedikitpun kecurigaan.
Tiket pesawat, penginapan, dan makanan semuanya gratis!
"Oppa, jaga diri baik-baik."
"Ya, aku pasti akan membawakan oleh-oleh."
Adiknya mengantarkan Lee Hyun di Bandara Internasional Incheon. Para pramugari tengah sibuk kesana kemari dan menunjukkan kepada para orang asing di mana bagasi mereka.
"Memang...."
Ini adalah dunia yang benar-benar baru bagi Lee Hyun. Dia datang 30 menit lebih awal daripada waktu yang di sepakati dengan Choi Jong Bom.
"Jadi kamu sudah di sini."
"Ya sahyung, aku datang lebih awal."
"Apa kamu membawa passport?"
"Passport?"
Lee Hyun bingung.
Dia tik mengerti, karena passport tak diperlukan. Kecuali, seseorang hendak meninggalkan Korea.
"Kamu memerlukan passport untuk pergi ke Pulau Jeju?"
Choi Jong Bom dengan cepat menjawab.
"Kita memerlukannya untuk naik pesawat."
Lee Hyun hanya mengetahui secara kasar, seperti apa itu naik pesawat. Seseorang akan tahu seperti apa itu, jika mereka menonton drama atau film.
"Aku mengerti, jadi itu berbeda dari transportasi publik seperti bis, dan aku tak bisa menaikinya begitu saja."
"Ini adalah pesawat."
-----------
Lee Hyun dan Choi Jong Bom tak membawa banyak bagasi, selain sebuah tas kecil. Lee Hyun memeriksa tiket yang ia miliki dan mereka mengatakan Kairo, Mesir.
"Sahyung!"
"Apa?"
"Pesawat ini akan menuju Kairo?"
Lee Hyun kira-kira pernah mendengar tentang Mesir sekali. "Bukankah pesawat ini menuju Asia Tenggara?"
"......"
Penampilan di wajah-wajah para pejalan kaki yang lain terkagum-kagum.
'Bagaimana bisa dia tak tahu?'
'Apa dia bahkan tak tahu di mana Mesir itu?'
"Seperti yang kamu tahu, kita akan pergi ke Pulau Jeju."
"Tepat."
"Pesawat yang langsung ke Pulau Jeju sangat mahal."
"Jadi kamu bahwa... itu seperti naik bis dan berhenti di tengah perjalanan."
Hal ini terdengar amat sangat absurd bagi para tamu lain, yang ada di pintu penumpang. Untuk mengatakan jika untuk ke Pulau Jeju harus menjalani perhentian yang panjang di Mesir!
Namun, Choi Jong Bom tampak sangat garang dan memiliki mata yang mengintimidasi, sehingga tak seorangpun memiliki keberanian untuk mengatakan kebenarannya. Jadi Lee Hyun ikut penerbangan ke Kairo.
Setelah pesawat lepas landas, petugas penerbangan mulai berjalan kesana kemari dan memberikan makanan dan minuman.
Mereka hanya melewati tempat di mana Lee Hyun dan Choi Jong Bom berada. Segera setelah mereka masuk ke dalam pesawat, mereka tertidur nyenyak. Mereka berdua melintasi lautan, Asia Tengah, dan berada di pesawat yang menuju Kairo.
* * *

Bandara Kairo.
Musim panas di Korea sangat panas, tapi itu tak bisa dibandingkan dengan Mesir. Udara panas dan matahari yang menyengat, menyebabkan keringat mengucur di kening mereka.
Tak ada tanda-tanda jika ini adalah bandara Korea, karena hanya ada orang-orang Mesir yang mengenakan sorban. Dia tak terlalu bodoh untuk mempercayai ini adalah Pulau Jeju.
"Sahyung! Aku pikir, ini adalah tempat yang salah."
Ada kecurigaan yang dalam di mata Lee Hyun. Dia telah tertidur nyenyak di pesawat, berpikir jika dia akan ada di Pulau Jeju. Kemudian bersama dengan orang-orang asing lain, mereka menjalani prosedur imigrasi.
Choi Jong Bom berkata.
"Ini hanya bagian dari kebenaran... ini adalah sebuah tradisi dari dojo untuk membuat para anggotanya pergi keluar, untuk melihat dunia yang sebenarnya."
"......"
"Kami secara sengaja merencanakan perjalanan ini sejak lama."
Tak terpikir jika dia akan berada di suatu tempat seperti ini. Dari bagaimana hal itu dijelaskan, dia tak bisa marah pada Choi Jong Bom. Ada lebih banyak hal untuk mempelajari pedang, selain hanya bagian fisik saja. Setiap sel di dalam tubuh harus hidup untuk memegang pedang.
Bepergian ke luar negeri untuk dengan tepat mempelajari jalan pedang!
Bahkan, setelah pergi dalam perjalanan, melalui masalah-masalah lain, tak ada yang perlu disesalkan. Terlebih lagi, itu adalah perjalanan ke luar negeri. Dia tak punya sedikitpun kesempatan untuk melihat dunia di luar Korea.
Lee Hyun bertanya untuk memastikan.
"Ini.... gratis kan?"
"Tentu saja ini gratis."
"Whew."
Lee Hyun mengeluarkan desahan lega. Bahkan, jika itu sulit dan menjengkelkan. Karena itu gratis, dia tak bisa marah.
"Segalanya gratis, jadi santai saja dan nikmatilah. Kuehahaha! Ini adalah sebuah perjalanan dan orang lain yang membayarimu, nikmatilah!"
"Kemana kita akan pergi sekarang?"
"Untuk sekarang ini, kita akan naik sebuah helikopter."
Sebuah helikopter sudah menunggu mereka di Bandara Kairo. Mereka terbang melintasi udara yang kering dan pasir dari Gurun Sahara di Mesir, untuk melihat bangunan-bangunan mempersona dari bata dan batu.
* * *

Afrika Utara.
Dua jeep sudah siap untuk Lee Hyun dan Choi Jong Bom. Jeep itu terbuka di bagian atapnya dan memiliki tenda kulit yang bisa dibuka dan ditutup dengan mudah.
"Adik termuda."
"Ya, sahyung?"
"Apa kamu tahu bagaimana caranya menyetir?"
"Aku tak pernah mengemudi sebelumnya, tapi aku pernah mengendarai sepeda motor..."
Dia tak punya SIM. Dia mengendarai sepeda motor untuk mengirim makan, untuk sebuah restoran cina dulu.
"Bagaimana denganmu?"
"Tak masalah, karena tak ada polisi lalu lintas, hanya saja jangan menabrak apapun."
Choi Jong Bom masuk ke dalam mobil.
"Mulailah."
Lee Hyun duduk di kursi pengemudi. Dia memasukkan kunci ke starter.
Kuaaaaahahaahahang!
Mesin mobil itu menyala dengan sebuah suara yang mirip teriakan. Kendaraan off road roda empat untuk melintasi gurun!
Bahkan, jika itu tak tampak sangat mirip, jeep itu memiliki kekuatan yang besar. Di belakang kursi kemudi dipenuhi dengan makanan, air, minyak, tenda, dan bahan-bahan lain, serta sebuah buku tentang afrika. Juga ada kotak-kotak obat berwarna putih yang tertumpuk.
"Yah, ayo mulai!"
Choi Jong Bom menyalakan mesinnya dan berangkat duluan ke gurun. Roda-roda mobil itu menghasilkan debu.
"Aku juga!"
Lee Hyun menginjak rem. Mobilnya tak bergerak dengan benar!
"Pedal gas yang kanan atau yang kiri?"
Lee Hyun melepaskan kakinya dan menginjak pedal gas sebelah kanan. Mobil itu menyentak dan maju.Itu adalah sebuah medan fantastis bagi seorang pengemudi pemula. Tak ada jalur dan kamu bisa pergi ke manapun sesukamu.
Mereka melintasi banyak gundukan pasir, kalajengking gurun, dan bahkan sebuah oasis. Angin bercampur dengan pasir, saat kedua mobil bergerak maju berdampingan.
Taaaaaaaang!
Dodododo.
Sekelompok orang menunggangi kuda dan menembakkan senjata. Lee Hyun mengendarai jeep bersama Choi Jong Bom. Lee Hyun bertanya melalui transceiver.
"Sahyung, siapa mereka?"
-Kalau bukan para bandit, ya anggota milisi.
"Akankah mereka menyerang kita?"
-Tak apa-apa. Dojo sudah menghubungi tempat ini. Mereka tak akan secara sembarangan menyerang mobil yang ditandai.
Mobil Lee Hyun memiliki sebuah bendera berpola, berwarna merah.
Pasukan berkuda itu tak menyerang seperti yang Choi Jong Bom bilang, tapi mereka mendekat. Kedua jeep melakukan perjalanan sepanjang gurun, dan mereka melihat para pengelana menunggangi unta.
Lee Hyun mengeluarkan camcorder untuk merekam penunggang itu di dalam mobil. Rumah-rumah dibangun dengan lumpur dan jerami di kota pertama, di mana dia bertemu anak-anak yang kurus.
Anak-anak itu memiliki kulit hitam dan mereka bermain bola, dia bisa merasakan kurangnya vitalitas dalam ekspresi mereka!
Lee Hyun dan Choi Jong Bom pergi untuk menemui dokter di desa itu, untuk mengantarkan buku-buku dan kotak-kotak obat.
"Bagus... tanda tangan di sini."
"......"
Si dokter berterima kasih pada mereka, saat dia menerimanya. Seorang wanita tua berjalan mendekat dan memberi mereka sebuah kalung yang terbuat dari kayu dan batu untuk bantuannya.
Lee Hyun bertanya.
"Kapan hal ini dimulai?"
"Master datang berkeliling Afrika sekitar 15 tahun yang lalu."
"Untuk pengobatan, berapa banyak orang kotak-kotak ini?"
"Sekitar 600 orang mungkin?"
"Sebanyak itu?"
"Di Korea, hampir semua obat-obatan menggunakan botol. Tapi di sini, ada anak-anak yang sekarat di mana-mana."
Di tenda rumah sakit kecil itu, ada barisan anak-anak. Semua anak yang berbaris itu, yang menerima suntikan vaksinasi berterima kasih pada para dokter. Anak-anak dari kota sebelah akan datang untuk mendapatkan vaksinasi dan kemudian kembali.
Kemudian desa kedua dan lalu desa ketiga. Di desa tersebut, desa-desa lain menerima perawatan saat mereka berbagi obat. Ada orang-orang yang mencari penyusup, tapi tak banyak orang luar yang datang. Sejak waktu yang sangat lama, karena mereka tinggal di bukit yang tinggi.
"Sahyung, daratan gurun sangat sulit."
"Medan berbatu hancur dan itu sangat mirip dengan gurun pasir dari Gurun Sahara. Ini belum seberapa, dibandingkan dengan luasnya seluruh wilayahnya."
Choi Jong Bom mengetahui tentang dunia.
Pasir dari Gurun Sahara berbeda dari yang diduga, karena itu adalah lautan pasir tanpa ujung. Tapi daratan ini ditutupi oleh pasir. Mereka tak akan tenggelam sangat dalam, karena ada kerikil dan batu di bawahnya.
Ada banyak pepohonan besar di sekitar dan semak-semak, serta batu-batu seukuran rumah di kejauhan. Sekali kunjungan ke Afrika bisa menyelamatkan ribuan nyawa!
Tiga hari setelah mereka mulai, mereka kembali ke gurun dan mereka dikawal oleh anggota milisi bersenjata. Saat mobil melintasi bukit, dia menatap cakrawala, dan kemudian tubuhnya mulai gemetar keras.
Di malam hari, suhunya secara tiba-tiba jatuh, sehingga dia membutuhkan kain yang tebal beberapa lapis. Lee Hyun menempatkan air untuk dipanaskan di panic, saat dia menyalakan kompor. Di bawah cahaya dari Milky Way dia meminum secangkir kopi di gurun!
"Gula beberapa sendok makan."
Lee Hyun menyalakan radio untuk mendengarkannya.
Ada talk show dalam bahasa yang tak diketahui, dan segera musiknya mulai dimainkan. Dia telah mendengarnya beberapa kali di Korea dan itu adalah lagu "Dialogue of Eyes" milik Jeong Hyo Lynn versi English.



< Prev  I  Index  I  Next >