LMS_V19E05P03

5. Armada Bajak Laut Yang Hilang (3)
Sebagai hadiah, dia bahkan dipercayakan dengan misi memandu.
"My Lord memiliki pekerjaan mendesak untuk dikerjakan
di suatu tempat, jadi kamu tak bisa bertemu dengannya."
Pertanyaan-pertanyaan dan keraguan muncul di kepala Mandol.
'Apa dia benar-benar
membuat sebuah patung murahan, dan melarikan diri?'
Prina melanjutkan.
"Sebagai gantinya aku akan memandumu ke sana."
"Ke sana?"
"Lokasi patung itu."
Yah, dia sudah pasti tak akan meletakkan begitu saja secara
asal-asalan. Para pemula di kota ini bisa dilihat di mana-mana, seluruh tempat
sangat ramai dan penuh kehidupan. Menghasilkan suasana yang cerah dan penuh
kegembiraan, Mandol hanya ingin pergi mengelilingi kota.
Quest- quest baru dan tempat-tempat berburu ditemukan satu
per satu, dan juga ada pemandangan danau dan gunung di dekat situ yang
disajikan. Delfina dan Mandol dipandu memasuki area pusat dari Morata. Ada
sebuah bangunan berukuran besar yang dikelilingi taman dan kolam ikan.
Weed's Art Center.
"Inilah tempatnya."
"Di sini tempat patungnya... yang aku minta dari sang
Lord, kamu bilang?"
Mandol sedikit terkagum. Bangunan Balai Seni itu dibangun
lebih besar dan lebih luas daripada kebanyakan vila di pusat benua.
"Ya, mulai dari sini. Sang Architect, Pavo, akan
memandumu secara langsung."
Pavo sudah menunggu di pintu masuk.
"Aku adalah arsitek dari Balai Seni ini, Pavo."
"Aku Mandol dan ini Delfina."
Mandol dengan sopan membungkuk pada Pavo, yang tampak jauh
lebih tua daripada mereka berdua.
"Kamu tampaknya lebih tua dari kami. Jadi, jangan
sungkan-sungkan pada kami. Tapi, ini sudah pertengahan hari, kenapa pintu Art
Center-nya tertutup?"
"Itu karena Art Center ini belum dibuka. Aku akan
membuka pintunya sekarang, jadi silahkan melihat-lihat."
Tamu pertama dari Weed's Arts Center adalah Mandol dan
Delfina. Pembukaan resminya akan terjadi, setelah mereka berdua keluar. Pintu
terkunci yang telah menunggu mereka terbuka lebar.
* * *
Setelah mendapatkan informasi dari pelabuhan Rejado, mereka
akhirnya berangkat menuju Las Phalanx!
Pertama-tama, mereka berhenti di desa Mocon untuk
menyelesaikan quest bertemu Blacksmith. Semua orang menerima quest tersebut,
kecuali Weed. Weed tak banyak bicara, saat teman-temannya pergi ke desa Mocon.
Dia hanya mendesah tujuh ratus kali.
"Sigh, hugg, ehfuu, aarhus, shhhhiii, wow, whew."
"...."
"Summon Death Knight!"
"Kamu memanggil master? Siapa yang harus aku
lawan?"
"Aku."
"Huh?"
"Ayo bertarung."
Sudah ada puluhan insiden dari menghajar si Death Knight
yang tak bersalah dalam sela-sela memancing.
"Aku melakukan ini hanya untuk meningkatkan keahlian
skill tempurku, jadi jangan hiraukan diriku. Sudah pasti ini tak seperti aku
masih memendam dendam dari Go-Stop."
Ngomong-ngomong, si Blacksmith desa Mocon juga memberi
sebuah quest.
"Ada kekurangan iron ore dan aku tak bisa membuat
barang yang aku butuhkan. Aku dengar, jika di dekat Mordred ada tambang-tambang
yang bagus, bisakah kalian mencari di sana untukku? Aku tak bisa menunggu
selamanya. Jadi, aku harap kalian bisa mendapatkannya paling lama 4
bulan."
Sebuah quest tingkat kesulitan kelas C.
Tentu saja semuanya menerima quest tersebut. Itu karena mereka
berada dalam situasi di mana mereka harus mengerjakan quest penerus pengrajin
hebat dari Mordred. Dan lalu, mereka sekali lagi pergi dari desa Mocon dengan
layar dibuka lebar.
"Area Las Phalanx, huh...."
Utara dari Benua Versailles adalah wilayah yang sangat
populer. Untuk mencapai bagian paling Utara dari benua melalui darat, kamu
harus melintasi pegunungan-pegunungan besar dan sungai-sungai, serta melintasi
hutan berbahaya yang penuh dengan iblis.
Bahkan, jika itu bisa dikatakan dengan jauh lebih aman untuk
lewat laut, jaraknya sangatlah jauh. "Terlebih lagi dikatakan jika badai
dan arusnya tak bagus juga, sehingga jalurnya sulit."
Melihat skill Sailing Weed atau keadaan dari kapal hantu
tersebut, itu tak tampak bagus. Dikatakan jika pergi ke Utara lebih jauh lagi
dari sini, memiliki kemungkinan yang besar menemui gletser mengapung di sekitarnya,
dan menghindarinya akan sulit.
"Aku mungkin tenggelam, sebelum aku sampai di Las
Phalanx."
Itu adalah sebuah situasi di mana dia tak punya pilihan,
selain membeku hingga mati. Jika dia jatuh ke laut. Kapal hantu itu bukanlah
sebuah kapal berkecepatan tinggi, meskipun berlayar selama 5 hari, mereka tak
bergerak jauh di utara. Bukan hanya karena pengaruh dari arah angin dan arus, tapi
juga ada kegiatan datang dan pergi ke setiap pulau dan pelabuhan, untuk menjual
kebutuhan dan mengumpulkan informasinya.
"Pergi ke Las Phalanx hanyalah tindakan orang
gila."
Seorang wanita tua bertanya dengan serius.
"Apa kamu pergi dengan keinginan kematian?"
Dua hari kemudian Pale bertanya.
"Ngomong-ngomong, Weed batas waktu quest kami semakin
dekat."
Mereka awalnya mengikuti Weed dalam perjalanan mereka menuju
Mordred. Mereka tertahan selama beberapa waktu, sehingga mereka harus
mengerjakan quest mereka juga.
"Atau haruskah kita membatalkan quest kami? Las Phalanx
seharusnya adalah sebuah area yang benar-benar berbahaya. Kamu akan membutuhkan
bantuan kami."
Meski Pale mengatakan niat baiknya, Weed tak bisa
menerimanya dengan mudah. Bahkan di atas kapal, Weed terus-menerus meningkatkan
keahlian skill miliknya, Fishing, Sculpting, Cooking, dan berbagai skill yang
lain.
Tapi yang lainnya hanya bisa duduk-duduk saja dan melihat
pemandangan dalam perjalanan ke Las Phalanx. Yang mana, hanya Tuhan yang tahu
berapa lama perjalanan yang diperlukan. Selain itu, tak ada jaminan jika semua
orang akan sampai dengan selamat di Las Phalanx. Dia tak bisa meminta mereka
untuk melakukan sesuatu, seperti sampai sejauh meninggalkan pada quest mereka
untuk hal itu.
"Tidak, aku akan pergi sendiri. Aku akan mencoba
menemukan Las Phalanx sendiri."
"Jika kami pergi, pertempuran-pertempuran laut akan
menjadi lebih sulit, kan?"
"Aku hanya harus membawa patung-patung hidup ke atas
kapal, saat kalian pergi."
Mendapati Golden Bird yang lebih ringan di atas kapal
tidaklah masalah. Phoenix, Bingryong, dan para Wyvern tak bisa pergi
bersama-sama ke Las Phalanx. Hwaryeong dan Irene memprotes keras, tapi Weed tak
menerimanya.
"Lanjutkan saja quest Mordred kalian. Bahkan, aku
sendirian saja sudah cukup untuk quest ku. Tak ada perlunya untuk merasa
bersalah. Jika aku benar-benar membutuhkan bantuan, nanti kalian selalu bisa
datang untuk membantu, melalui kemampuan Picture Teleportation milik
Yurin."
Ini terjadi saat Yurin berkumpul kembali dengan mereka,
melalui kemampuan perpindahan setelah mengambar sebuah lukisan di Morata. Hanya
setelah itulah, party Pale teryakinkan. Kapal hantu pergi dengan kecepatan
penuh dan berlabuh di dermaga.
"Hwaryeong, kamu memiliki 1190 gold milikku, jadi kamu
beruntung. Irene, jangan mendonasikan 810 gold itu, karena aku akan merebut
kembali darimu nanti. Dan Bellote, yang menang 690 gold, bisakah kamu tetap
berada di kapal hantu sedikit lebih lama, karena aku butuh bantuan yang ingin aku
minta darimu."
"Apa?"
"Itu bukanlah sesuatu yang besar dan aku akan
mengirimmu ke tempat yang lainnya, melalui Yurin."
"Begitukah?"
Bellote setuju dan bingung tapi memutuskan untuk tinggal
untuk sekarang ini. Weed adalah seorang pria yang pelit dan penuh kecurangan,
gila akan uang. Tapi, itu tak tampak seperti dia memiliki ambisi kotor atau
licik.
Ini adalah Bellote, yang memiliki penilaian cukup bagus,
tentang Weed yang sedang dibicarakan. Melihat sahabatnya, Hwaryeong benar-benar
tak khawatir juga melegakan. Bellote melirik wajah Weed, seorang Skeleton
dengan ekspresi kesepian, karena mengatakan perpisahan pada teman-temannya.
"Tanpa adanya kita, hanya ada dia dan para kru hantu.
Itu akan menjadi sebuah pelayaran yang penuh rasa kesepian."
"Entah kenapa, aku masih merasa sedikit menyesal."
Rahang Weed terbuka lebar, tampak seolah-olah itu akan
jatuh.
"Sekarang aku bisa mendapatkan semua harta karun!"
Dan kemudian ada para patung hidup yang datang ke kapal
hantu.
* * *