Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V23E03P02

gambar

3. Hantu Kapua (2)



Melihat-lihat sekeliling Kastil Kapua, Weed bisa melihat segala macam hantu. Dari para hantu bangsawan dan Duke, sampai para hantu Knight, prajurit, Archer, dan warga desa. Bahkan, seorang hantu dari maid sedang mengepel di aula.
"Iniiiii teee…russs saaa…jaa koo…torr mungg…kinn akuu tiii…dakkk perrr…luu mee…ngee…pelll…nyaaa?"
Itu menjengkelkan untuk mendengarkan mereka, tapi Weed berusaha untuk berbicara dengan para maid dan warga desa.
Para prajurit terus mengeluh, tentang monster yang menyerang. Dan si Duke melakukan pemanasan untuk pertempuran atas perintah Raja. Dalam konteks ini, sang raja adalah Barkhan Demorph, King of Undead.
'Aku pikir mereka semua berantakan, tapi menyuruh para Ghost mempertahankan kastil, Undead Army memang suatu kekuatan yang menakjubkan.'
Weed merasa sedikit menyesal. Karena dengan beberapa quest, dia mungkin bisa mengambil semua ini, jika dia datang ke sini sebagai Lich Shire.
Itu bukanlah suatu keputusan yang mudah, untuk menyerah pada quest yang hanya ditugaskan pada satu orang saja, Weed.
Tapi kemungkinan dari quest Shire mengarah pada sisi jahat sangatlah besar. Meskipun dia sekarang sedang bertarung untuk Undead Army, dia masih bisa berhenti dan keluar kapan saja. Tubuh Undead bisa dihilangkan dengan perlindungan suci dari Order of Freya.
Meski demikian, tempat-tempat berburu di sini, yang dibanjiri oleh monster sangatlah menakjubkan. dan para Undead secara terus-menerus semakin kuat, karena Death Aura milik Barkhan.
Bagi Weed, dia bisa mengerahkan kekuatan yang jauh lebih kuat, dan itulah alasan dia masih melanjutkan quest ini dan berburu.
'Sudah pasti bukan karena uang, yang harus aku bayarkan pada Order of Freya.'
Weed pergi ke menara. Tampaknya para monster sedang menyerang, karena di sana ada pertempuran yang sedang berlangsung. Jika monster menembus desa itu, tujuan mereka selanjutnya sudah pasti adalah kastil ini.
Jika kastil ini hancur, maka quest berantainya akan gagal. Dan siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?
'Lagipula, aku harus segera kembali ke desa, setelah melihat-lihat.'
Ada peluang yang lebih banyak untuk melawan monster di desa, daripada di dalam kastil Kapua. Kamu tak boleh menurunkan kewaspadaanmu, hanya karena lebih banyak player yang muncul. Saat persediaan pertempuran semakin menumpuk di kastil, semakin dan semakin banyak monster yang akan menyerbu desa.
* * *

Di desa itu, para player yang berburu monster, sedang bercakap-cakap dalam ruang chat party mereka.
Bohram: Aku tak melihat si Ghost Skeleton, sejak beberapa saat yang lalu.
Harien: Dia mengejar monster yang pergi ke arah kastil, tapi aku rasa dia belum kembali.
Varenna: Aku tak tahu apa yang dipikirkan orang itu, tik memilih kelas dengan skill Undead Summoning, meskipun dia adalah seorang Necromancer. Tapi tampaknya, dia sangat kuat.
Bohram: Tetap saja, itu adalah keputusan yang salah. Tampaknya dia belum bisa memburu monster sebanyak itu.
Sejujurnya, para player ini tak benar-benar memiliki kesempatan untuk menyaksikan perburuan Weed.
Pertama-tama, mereka harus memastikan jika para Undead yang mereka panggil tak bertindak sesuka mereka. Dan banyak hambatan yang memblokir pandangan mereka pada Weed.
Juga ada banyak Ghost di desa, sehingga mereka tak bisa terus memperhatikan secara spesifik pada Weed. Jika ada seorang Cleric yang seharusnya mengawasi para anggota party atau situasi pertempuran, mereka akan menyadari pergerakan Weed yang sembunyi-sembunyi. Tapi para Necromancer memiliki banyak banyak hal yang harus dilakukan.
Harien: Ngomong-ngomong, Jeanne benar-benar luar biasa. Dia melakukan lebih banyak, daripada kombinasi kita berdua.
Bohram: Aku baru saja melihat dia memanggil 7 Death Knight tambahan, itu artinya skill Necromancer miliknya telah mencapai level 4 tahap Intermediate.
Gruzed: Level skill yang berkaitan dengan Golem tampaknya juga tinggi.
Karena para Necromancer ini memiliki profesi yang sama, mereka lebih banyak bersaing daripada bekerjasama. Sehingga sibuk menyaksikan Necromancer terbaik, Jeanne.
Bohram: Apa hanya aku yang mendapatkan sedikit peningkatan exp?
Harien: Aku juga memiliki perasaan yang sama. Bahkan item-itemnya, ada lebih banyak item-item berguna yang dijatuhkan sekarang.
* * *

Lee Hyun ingin ingin berteriak dalam suka cita.
'Akhirnya selesai juga.'
Dengan ujian terakhir diselesaikan, itu adalah awal dari liburan musim dingin. Kampus itu dipenuhi dengan salju putih yang romantic. Tapi dia hanya bahagia jika dia tak harus kembali ke sini, sampai musim semi.
Para mahasiswa lain mengobrol di lorong.
"Bagaimana?"
"Pengenalan pada peradaban virtual sangatlah sulit. Aku benar-benar tak yakin hasilnya."
Itu semua tidaklah relevan bagi Lee Hyun.
'Asalkan aku tak gagal.'
Dia sangat optimis tentang nilainya. Lee Hyun melihat Seoyoon duduk di bangku, saat dia mencoba untuk bergegas pulang. Bahkan, dengan pakaian musim dinginnya, penampilan cantiknya menarik para mahasiswa laki-laki ke arahnya.
Garis keturunan yang tak bisa dibandingkan. Penampilan luar biasa, tinggi, dan menarik, serta masa depan cerah menanti.
Lee Hyun tak merasa gelisah berada di sekitar Seoyoon.
"Seorang mahasiswa baru bernama Lee Hyun dari fakultas Virtual Reality berkencang dengan Seoyoon?"
"Dia adalah seorang mahasiswa baru, tapi aku dengar dia sedikit terlalu tua sebagai seorang mahasiswa baru."
"Kenapa Seoyoon berkencan dengan pria seperti dia?"
Ada banyak rumor yang menyebar di kampus. Bahkan, para senior dalam fakultas Virtual Reality menatap Lee Hyun dengan tak senang. Tapi Lee Hyun bukanlah seseorang yang mempedulikan pandangan-pandangan semacam ini, tentang dirinya. Dia hanya berharap mimpi dari Seoyoon ini tak akan berlangsung begitu lama.
'Dia tak layak dengan seorang pria sepertiku.'
Suatu hari, seorang pria mengagumkan yang akan sempurna untuknya akan muncul. Yang harus Lee Hyun lakukan adalah memastikan Seoyoon berbicara dan melindunginya, sampai dia tak takut untuk berinteraksi manusia lagi.
Seoyoon melihat Lee Hyun dan berdiri. Dia berjalan ke arah Lee Hyun dengan pipi yang merona merah, mungkin disebabkan oleh cuaca yang dingin.
"Apa kamu menungguku?"
Seoyoon mengangguk, pada pertanyaan Lee Hyun dan kemudia berbicara.
"Karena perjalanan musim dingin."
Kata-katanya menjadi lebih alami. Lee Hyun tak terlalu memikirkannya. Tapi bagi Seoyoon, Lee Hyun adalah orang pertama yang memegang tangannya dan membuka hatinya pada dunia. Setiap kali Seoyoon berbicara padanya, Seoyoon memiliki ekspektasi dan romansa cinta.
"Ya, perjalanan, huh."
Lee Hyun ingat dengan jelas apa yang ia katakan sebelumnya. Seoyoon bilang, dia ingin pergi dalam sebuah perjalanan bersama dirinya.
Itu adalah perjalanan sederhana ke pantai, tapi Lee Hyun memberitahunya jika itu akan membutuhkan satu juta won. Yang mana itu merupakan alasan yang sepenuhnya tak masuk akal, untuk menghindari perjalanan tersebut.
"Yah, janji ada untuk ditepati."
Seoyoon mengangguk setuju.
"Ya, itu benar."
"Lagipula aku juga ingin bepergian. Ditambah aku sedang istirahat sekarang, jadi aku punya banyak waktu."



< Prev  I  Index  I  Next >