Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V23E04P02

gambar

4. Istana Pasir Yang Tak Bisa Hancur (2)



Lee Hyun mengeluarkan perlengkapan kemah dari tas besar miliknya. Dia meminjamnya dari Ma Sang Bom di dojo. Setelah memasang tenda, dia mengeluarkan kompor untuk merebus air, yang bisa ia dapatkan di tempat perkemahan, dan menyiapkan makan malam.
Sementara Seoyoon mencuci beras mentah untuk dimasak, Lee Hyun mengambil joran pancing dan menuju ke pantai.
"Aku akan pergi menangkap beberapa ikan untuk makan malam."
Ada pria-pria paruh baya sedang berkonsentrasi pada memancing sambil istri-istri dan putri mereka memperhatikan.
"Ya ampun, tak dapat ikan satu ekor pun."
Mereka ingin unjuk gigi di depan keluarga mereka. Tapi, kecuali kamu adalah seorang yang dilahirkan dengan bakat pemancing, itu tidaklah mudah. Lee Hyun membuka wadah kecil miliknya.
Para cacing energik ini ditangkap secara langsung dari kebun miliknya, pagi ini. Setiap kali dia melemparkan kailnya, dia bisa menangkap ikan dengan cepat.
63cm flatfish!
"Sungguh membuang-buang cacing."
49cm rockfish!

"Aku membutuhkan sesuatu untuk ikan rebus. Ini akan bagus."
Rockfish dikenal sebagai kelezatan di area ini.
"Apa kalian tak lelah? Berhenti memakan umpanku secara cuma-cuma."
Ikan-ikan memenuhi ember yang Lee Hyun bawa. Para pria tengah baya menghibur diri mereka sendiri dengan berpikir tentang istri dan putri mereka.
'Yah asalkan aku memiliki sebuah keluarga bahagia....'
'Meskipun istriku seringkali bawel, kegembiraan melakukan perjalanan dengannya tak bisa dikatakan....'
Lee Hyun bergumam sambil memegang jorannya.
"Aku harus kembali untuk makan malam... Akan bagus jika seekor ikan black porgy memakan umpanku. Apa sih yang mereka lakukan, astaga."
Para pria itu berpikir dalam kepala mereka.
'Hei bocah, black porgy bukanlah semacam ikan gurami yang bisa kamu tangkap dengan mudah.'
'Aku datang ke sini sebanyak 12 kali sekarang, dan aku bahkan tak melihat ikan itu.'
Pada saat ini, pelampung milik Lee Hyun sedikit tenggelam. Memilih tempat yang tepat adalah inti dari memancing, menggoyang-goyangkan joranmu sedikit. Dan membuatnya tampak seperti cacingnya menggeliat adalah kemampuan tahap lanjut!
Dan dengan itu, ikan lain memakan umpannya. Sayangnya, itu bukanlah seekor black porgy. Itu adalah seekor belut laut.
"Ini akan bagus saat dipanggang."
Ketika Lee Hyun hendak kembali, Seoyoon keluar dari tenda.
"Apa kamu menangkap banyak ikan?"
"Tak cukup banyak. Aku hanya menangkap ikan secukupnya untuk dimakan."
Setelah Lee Hyun dan Seoyoon kembali ke tenda mereka, mata para pria itu lembab karena air mata.
"Papa, banyak nyamuk yang menggigit. Aku tak suka di sini. Aku mau nonton TV di rumah."
"Sayang, tak bisakah kamu melakukan hobimu ini sendirian?"
Mereka hanya memiliki waktu yang sedikit untuk bercakap-cakap dengan putri mereka sepulang sekolah, dan istri mereka seringkali pergi meninggalkan rumah mereka, untuk berjalan-jalan dengan teman-teman mereka.
Para pria ini mengenang masa-masa keemasan mereka saat mereka masih SMA atau kuliah.
'Sigh.... Kalau saja aku bisa kembali.'
* * *

Dengan tangannya yang cekatan, Lee Hyun membuat api pembakaran, dan menempatkan pemanggang di atasnya. Sampai apinya stabil, dia membuat sup doenjang. Dan ketika apinya sudah cukup panas, dia memanggang, bukan daging sapi, tetapi berbagai ikan!
"Apa kamu mau bertukar untuk seekor rockfish?"
Berkeliaran ke tenda-tenda yang lain, dia bertukar dengan kerang, kepiting, sosis, dan bahkan beberapa wine murah.
Membalik ikannya, dia juga merebus ikan. Dengan hantaman gelombang yang lembut sebagai latar belakang, mereka menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit yang cerah.
"Mari makan."
Makan ikan di luar sangatlah menakjubkan. Setelah selesai makan, Lee Hyun bahkan membersihkan piring.
"Kamu mau kopi?"
"Tentu."
Mereka duduk di pantai, menikmati secangkir kopi. Saat telah benar-benar gelap, mereka bisa mendengar suara jangkrik. Semua tenda lain juga mematikan penerangan mereka.
"Kita harus tidur juga."
Itu adalah sebuah tenda untuk empat orang, jadi ada ruang yang cukup untuk dua orang tidur di dalamnya. Meski demikian, tenda itu terasa sempit.
Setelah masuk kantong tidur mereka, mereka bisa mendengar suara nafas masing-masing yang datang dari sisi lain tenda tersebut. Jantung Seoyoon yang gugup berdetak dengan cepat. Meskipun di dalam tenda, di dalam kantong tidur yang terpisah, itu terasa seperti mereka tidur di ruangan yang sama.
Seoyoon khawatir jika detak jantungnya mungkin terdengar bersama dengan hantaman ombak dan suara jangkrik. Tapi, dia segera mendengar suara dengkuran dari Lee Hyun.
* * *

Lee Hyun bangun saat fajar karena suara burung berkicau. Bahkan, di tempat yang asing, dia tak kesulitan tidur. Malahan, dia tidur nyenyak.
Lee Hyun berbalik dan menemukan Seoyoon masih tertidur sambil menghadap ke arahnya. Keluar dari kantong tidurnya, dia keluar tenda pelan-pelan.
'Haruskah aku membuat kepiting rebus untuk sarapan?'
Lee Hyun mempersiapkan bahan-bahannya dan menunggu Seoyoon bangun. Berpikir jika Seoyoon masih lelah karena perjalanan, dia belum bangun setelah matahari terbit.
Tapi yang sebenarnya adalah, Seoyoon tidur larut malam, karena memandangi wajah tidur Lee Hyun.
Kesan pertamanya terhadap Lee Hyun, pemikiran yang ia miliki setiap kali melihat Lee Hyun di Royal Road, dan apresiasi untuk pergi pada suatu perjalanan bersama-sama.
Dia membuka hatinya dan berbicara tentang hal itu, tapi Lee Hyun tak mengetahuinya, karena dia sibuk mendengkur dalam tidurnya.
"Mungkin aku harus berjalan-jalan."
Lee Hyun berjalan di pantai berpasir, menghirup udara segar di pagi hari.
'Cuacanya benar-benar bagus.'
Burung-burung berkicau, saat mereka mencari makanan. Dan ada anak-anak kecil berkumpul di pantai, membangun sebuah istana pasir.
'Aku ingin mencobanya.'
Siapapun yang pergi ke pantai pasti melakukannya setidaknya sekali.
Lee Hyun tak pernah memiliki kesempatan untuk melakukannya, tapi itu pasti cara yang bagus untuk membunuh waktu. Sepuluh menit kemudian, anak-anak lain berkumpul di sekitarnya dan melihat Lee Hyun. Istana pasir yang dia bangun mencapai ukuran sekitar 1.5 meter.
Orang-orang dewasa datang juga, mereka memperhatikan benteng dan menara yang sedang dibangun. Semua ini berkat kemampuan yang ia kuasai di tempat pembangunan, dan patung-patung di Royal Road. Satu jam kemudian, istana kastil tersebut selesai.
Orang-orang di sekitarnya memuji dirinya untuk kesempurnaannya, tapi kata-kata mereka tak mencapai jiwanya.
'Tak seperti, jika aku bisa menukar ini dalam real estate... atau mendapatkan uang darinya.'
Sebuah pemanfaatan menyeluruh!
Setelah gelombang datang, istana itu akan hancur dan menghilang. Bagaimanapun juga itu adalah sebuah istana pasir yang akan rubuh, bahkan pada tiupan angin yang sedikit lebih kuat.
Dengan selesainya istana kastil tersebut, orang-orang pergi satu demi satu, pergi untuk sarapan atau pulang. Lee Hyun memandang gelombang yang datang dan istana pasir itu hancur.
"Kami pergi pada sebuah perjalanan bersama-sama sekarang. Tapi suatu hari nanti, dia akan pergi sampai ke titik di mana aku bahkan tak akan bisa mendekat."
Lee Hyun bersedia melepaskan, demi kepentingan Seoyoon sendiri. Semua waktu yang dihabiskan dengannya akan tersimpan sebagai kenangan di kemudian hari. Itu sebabnya dia menulis seusatu di bawah istana itu.
Rumah Lee Hyun dan Seoyoon.
* * *



< Prev  I  Index  I  Next >