Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V23E06P02

gambar

6. Benteng Furgol (2)



Undead memiliki kemampuan fisik yang menakjubkan dan mereka masih memiliki kemiripan naluri yang tersisa. Sehingga, itu tidaklah mustahil bagi mereka untuk mendaki. Jeanne dan para Necromancer lain berpikir jika menyerang benteng melalui jalur yang merupakan tempat terkonsentrasinya serangan-serangan musuh adalah hal yang mustahil.
Meskipun mereka mencapai ujung dari jalur tersebut, akan sulit untuk melewati gerbang tanpa mengalami korban yang besar. Sehingga, mereka memerintahkan serangan dengan mendaki tebing untuk membagi serangan musuh.
"Ayo kita ulur waktu, sehingga para undead bisa mendaki ke atas."
Para Necromancer menembakkan mantra-mantra serangan ke arah benteng. Bola-bola api menghantam benteng dan asap hitam dari dark magic mengepul semakin besar setiap kali itu menyentuh Furgol, menghisap esensi mereka.
Mantra-mantra serangan tersebut sangat lemah, dan itu tak memiliki kekuatan untuk menghancurkan dinding. Itu hanya cukup untuk membuat para Archer di benteng tersebut menghindar selama beberapa saat. Dan setelah itu, para Archer melanjutkan menembakkan panah lagi.
Status dark magic-nya juga rendah, terhenti, dan menghilang setelah beberapa saat kemudian. Selama waktu ini, banyak undead yang bisa mendaki tebing, tapi saat tangan mereka tergelincir atau mereka kehilangan pijakan. Mereka jatuh dari tebing dan menghantam tanah dibawah.
Ketika mereka jatuh, mereka menabrak undead lain. Saat mereka dibombardir musuh, banyak undead yang berkerumun dibawah.
Undead yang tanpa pertahanan, menerima damage setiap kali mereka terserang oleh panah. Ketika satu jatuh, puluhan dari mereka saling menabrak satu sama lain, semuanya jatuh, dan hancur.
Mendaki tebing sudah jelas bukanlah taktik yang buruk dan itu layak dicoba lagi, tapi mereka kekurangan persiapan. Akan bagus jika para undead memakai helm, armor atau setidaknya perisai kayu. Tapi bagi undead, memakainya atau tidak adalah hal yang sama.
Dengan semua kesulitan itu, para undead berusaha untuk mendaki ke benteng itu. Tapi itu mustahil bagi para Skeleton, Dullahan, dan Death Knight untuk menggunakan tangan kosong mereka, untuk mendaki dinding batu bata yang tertumpuk rapat ini, tanpa tangga.
Mereka sering tergelincir dan saat mereka berusaha agar tak jauth, mereka terserang panah dan mati.
"Ini mustahil. Mundur!"
Pada akhirnya Jeanne menyerah dan memanggil kembali para undead bersama para Necromancer yang lain. Menuruni bukit tidaklah mudah, dan juga para Furgol tak diam saja.
Menghitung jumlah undead yang berhasil kembali dengan aman, sekitar sepertiga dari pasukan tersebut terluka. Tentu saja, unit milik Weed nyaris tak memiliki korban dan harus menerima tatapan-tatapan dari yang lainnya. Tapi mereka tak dalam situasi untuk berargumen tentang hal itu.
* * *

"Apa kita akan menyerah pada quest Immortal Legion seperti ini? Pada tingkat ini, para Furgol Warrior akan kembali dan itu akan menjadi jauh lebih sulit lagi."
"Yah, sudah pasti kita harus mencoba beberapa serangan lagi. Tapi, tanpa rencana yang bagus saat ini, jangan terlalu mengharapkan hasil yang besar."
"Itu tampak seperti questnya akan selesai, jika kita memiliki lebih banyak Necromancer. Bukankah itu tak cukup hanya dengan kita saja?"
"Mungkin ini adalah akhir dari kita."
Itu tak akan berlebihan untuk membiarkan quest Immortal Legion dari Barkhan berakhir seperti ini.
Karena itu adalah sebuah quest yang diberikan pada semua Necromancer. Itu bukanlah sebuah quest sederhana, dengan kesulitan yang jauh lebih tinggi. Jika para Necromancer berkembang dengan cepat, dan jumlah Necromancer-nya meningkat, itu akan menjadi jauh lebih mudah dari sekarang. Tapi, situasinya sama sekali tak seperti itu.
Ketika para Necromancer ini kehilangan semangat mereka, dan sedang mendiskusikan apa yang akan terjadi selanjutnya, Weed menjahit kancing seperti biasanya.
"Memang benar, mendapatkan tumpangan gratis memang mustahil."
Itu akan benar-benar bagus, jika dia bisa hanya mengamati dan questnya berakhir seperti itu. Tapi situasinya tidaklah semenguntungkan itu. Para Necromancer sangat kikuk dalam bekerjasama dan pertempuran kelompok.
Itu menyesakkan, untuk melihat mereka menilai jika dengan memanggil undead sebanyak mungkin untuk bertarung merupakan hal yang cukup.
"Sungguh orang-orang naif, mereka memilih menjadi Necromancer tapi bahkan belum menyerang, menjarah atau melakukan kejahatan..."
Jika Weed adalah seorang Necromancer sejak awal, bukannya seorang Sculptor. Dia sudah pasti akan mengumpulkan undead dan sudah menghancurkan beberapa kota industrial.
Para Necromancer naif dan teliti ini tak tahu hal dasar tentang penyerangan. Itu sudah tampak jelas dengan tindakan-tindakan kikuk mereka.
Ketika gerbang benteng Furgol terbuka, hal pertama yang dia rencanakan untuk dilakukan adalah menghitung harta, dimulai dari sebuah sendok. Tapi dia harus khawatir tentang bagaimana caranya menaklukan benteng itu terlebih dahulu.
"Ada banyak pilihan yang memungkinkan."
Berkat pengalamannya dari banyak pertempuran, dia mendapatkan taktik mengeksploitasi kelemahan dari benteng tersebut dengan cepat. Weed menggumamkan salah satu taktik miliknya, di dekat Harien.
"... harus melakukan itu."
"Maaf?"
"Bahkan, jika tujuan utamanya adalah untuk menaklukan benteng... Tak ada perlunya untuk terburu-buru sampai dukungan mereka tiba..."
Weed tak memulai percakapan, dia bergumam, berpura-pura berbicara sendiri.
* * *

"Bergerak lebih cepat! Aku mendengar berita jika kerajaan kita tengah diserang oleh para undead."
Bala bantuan Furgol!
Para Furgol Warrior yang menyebar untuk berburu, tengah bergegas kembali ke kerajaan mereka. Jumlah mereka lebih dari 9.000!
Jika semua Furgok berkumpul, pasukan mereka akan bisa mengepung para Necromancer dan menghabisi mereka.
"Serang!"
Tapi, bukannya kehilangan kekuatan mereka pada pertempuran penyerbuan, para Necromancer menyergap para Furgol Warrior yang sedang dalam perjalanan kembali.
Mereka menggunakan tempat-tempat terbaik, untuk menyembunyikan para undead dan menyergap para Furgol, melibas habis mereka.
Ketika para Furgol tewas, mereka dibangkitkan sebagai undead, menggandakan pasukan milik para Necromancer. Bagian terbaik adalah jumlah bala bantuan yang bergerak kembali telah menurun.
"Mengetahui jika bala bantuan datang. Bukannya jatuh dalam situasi berbahaya, saat berusaha menaklukan benteng secepat mungkin. Fokus memburu bala bantuan terlebih dahulu adalah hal yang tepat!"
Di daratan yang datar, bisa dikatakan jika kekuatan para undead sangatlah luar biasa.
Itu memungkinkan untuk mengalahkan musuh dengan sejumlah Skeleton. Dan setiap kali para Furgol mati, mereka bisa menimbulkan lebih banyak damage menggunakan Corpse Explosion, atau mengubah mereka menjadi undead.
Para Necromancer memimpin pasukan mereka dari segala arah, dan menghabisi para Furgol Warrior. Bukan hanya untuk tujuan dari quest, mereka memberi exp dan item-item yang cukup bagus.
"Bunuh mereka semua, ada banyak tempat lain untuk didatangi, jadi bergegaslah."
Weed memimpin pasukannya, memburu para Furgol Warrior sambil mendapatkan exp. Strategi yang dia beritahukan pada Harien secara tak langsung bukanlah suatu strategi jenius atau sesuatu seperti itu.
"Memburu monster cepat atau lambat, tak ada bedanya. Jangan ada yang disisakan!"
Tak mempedulikan tentang depan dan belakang, dia hanya memandang mereka sebagai exp dan item!
Para Necromancer bisa memburu sekitar 80% dari para Furgol Warrior. Mereka sepenuhnya memulihkan pasukan yang telah hilang, dan menambahkan lebih banyak lagi.
Mereka menyusun ulang pasukan. Mulai dari Skeleton Warrior, Skeleton Mage, dan Skeleton Archer yang ringan namun keras, yang sesuai untuk penyerbuan.
Tanpa adanya bala bantuan yang datang, para Furgol terjebak di dalam benteng mereka. Tak bisa selamanya menahan penyerbuan para Necromancer. Mereka menyebarkan penyakit menular di dalam benteng. Dan dengan pertempuran yang berulang-ulang, temboknya runtuh sedikit demi sedikit.
Ketika para prajurit Furgol keluar untuk memperbaikinya, mereka terus-menerus diserang, menyebabkan jatuhnya korban, dan akhirnya para Necromancer berhasil menaklukan benteng itu.
Quest selesai!
Perbedaan taktik dalam pertempuran tersebut layaknya langit dan bumi.
"Terima kasih. Dengan saranmu, kita bisa memenangkan pertempuran dengan nyaman."
Harien mendekat dan mengucapkan rasa terima kasihnya, tapi Weed sedang memperhatikan kayu-kayu dan buah-buahan kering yang menumpuk di dalam tempat penyimpanan milik Furgol dengan keputusasaan.
Dia berpaling, mengunyah kulit buah-buahan yang kering sambil penuh kesedihan.
* * *



< Prev  I  Index  I  Next >