LMS_V29E02P02

2. Taman Para Dewa (2)
Weed sangat cepat. Tapi kecepatan Bardray juga meningkat,
berkat berbagai blessing. Dia juga menunggangi kuda terbaik, Rindullin. Ketika
perbedaan dalam kecepatan reaksi dan jangkauan skill dimasukkan dalam
pertimbangan, mereka kira-kira seimbang.
Tapi, Weed adalah orang yang lebih hebat dalam serangan. Dia
mengambil cara yang paling sulit dengan menargetkan satu titik lemah dan
menyerangnya 2 kali, 3 kali, dan seterusnya secara beruntun.
'Dan masih banyak lagi
serangan-serangan tak beraturan yang lain...'
Ayunan pedang milik Weed menimbulkan sebuah aliran.
Cepat, cepat, pelan, cepat, kuat, pelan, kuat, cepat, kuat!
Serangan-serangan tersebut seperti sebuah badai, dan tubuh
akan menjadi mengejang dan pusing, saat berusaha mengikutinya. Dia mengubah
ritmenya, sehingga itu tampak seperti dia memiliki kepribadian yang berbeda, saat
melawan beberapa orang.
Mereka yang bertarung melawannya secara langsung, tak akan
bisa memahaminya. Kecuali, mereka melihatnya dari kejauhan. Bardray menggunakan
teknik pedang rahasia miliknya, tapi dia masih tetap babak belur. Kemewahan dan
pesona menyembunyikan agresinya. Sifat destuktifnya sudah cukup untuk
menyebabkan rasa dingin menjalar dipunggungnya.
'Beruntungnya,
kekuatan ofensif miliknya lebih lemah. Jika tidak, maka itu bisa sangat
berbahaya.'
Dia tahu jika serangan-serangan tersebut tak menghasilkan
damage yang banyak. Sehingga, dia bisa menyerang balik dengan ganas.
'Apa yang akan terjadi,
kalau dia menggunakan itu melawan monster?'
Bardray tak pernah memikirkan gaya tempur milik orang lain.
Metodenya untuk berburu secara efisien adalah menjaga
keseimbangan antara penyebaran dan Mana. Mempertahankan keseimbangan yang masuk
akal, dan menghasilkan kerusakan dengan skill-skill miliknya.
Tapi Weed menampilkan gaya bertarung yang satu tahap lebih
tinggi. Dia menikmati pertarungan dan mengerahkan segalanya ke dalamnya.
'Itu adalah upaya yang
layak. Perburuan menjadi lebih menarik.'
Bardray menyadari sesuatu jika dia masih memiliki banyak
kurangan, secara pribadi. Hal itu tercermin dalam Class Master Quest miliknya.
Setiap kali dia melawan monster atau Knight yang lain, sangat mudah untuk
memahami titik lemah lawan, dengan menirukan gaya bertarung milik Weed.
'Aku harus berlatih
menyerang satu titik tunggal lagi dan lagi.'
* * *
"Lebih cepat!"
"Tiga gerobak berisikan batu merah sampai!"
"Pindahkan dari sini ke sini."
Para player memenuhi tempat konstruksi dari Garden of the
Gods. Tempat yang disetujui, di mana alun-alun telah diselesaikan, dan kuil
akan segera dibangun.
"Seperti yang aku duga, ini benar-benar menarik. Para
pekerja konstruksi benar-benar bekerja bersama-sama."
Weed dengan bangga memperhatikan para pekerja konstruksi
tersebut. Inilah rasanya kekuasaan. Kecepatan bekerja mereka saat menggali dan
mengangkut begitu cepat, melampaui imajinasinya.
"Kalau sebanyak ini, maka bangunan-bangunan yang lain
akan selesai, sebelum patung-patungnya."
Weed sedang membuat sebuah patung dari dewa yang ia lihat di
Ratzeburg. Dalam hal dewa-dewa yang dilupakan oleh dunia, sebuah religi baru
akan terlahir saat patungnya selesai. Setelah para Sculptor lain tahu tentang
tipe karya seperti apa yang tengah dikerjakan, perkembangannya menjadi lebih
cepat.
Weed menyerahkan patung bagian bawah pada mereka, sementara
dia berkonsentrasi pada bagian-bagian yang mengkonsumsi waktu lebih banyak.
"Kesempatan untuk berpartisipasi mengerjakan
karya-karya dewa tak akan datang lagi."
"Ya. Kita bisa mendapatkan banyak keuntungan, dengan
berpartisipasi pada pekerjaan ini."
Para asisten menjadi lebih termotivasi, dan meningkatkan
beban kerja mereka.
"Uaaaaack!"
Terkadang seorang Sculptor akan terlepas dari tali mereka,
karena tak mengikatnya dengan benar dan jatuh hingga tewas. Tapi, Sculptor tak
akan melupakan kebanggaan mereka atas pekerjaannya.
Bekerja bersama Weed meningkatkan statistik sekunder,
penguasaan skill, dan mereka mendapatkan Fame karena sebuah patung. Oleh karena
itu mereka dengan senang begadang sepanjang malam, untuk bekerja.
Saat 4 patung selesai, ratusan ribu player membantu setiap
hari. Ketika 6 patung selesai, material-material tak lagi perlu dikumpulkan,
dan mereka hanya memenuhi alun-alun tersebut.
Para Elf datang dan menanam bunga-bunga liar dan bunga-bunga
yang mewakili masing-masing dewa.
Saat 10 patung selesai, jalan di Morata dibuka. Pekerjaan
tersebut dikerjakan dengan kecepatan yang menakutkan, karena banyaknya orang
yang terlibat.
"Baru kemarin aku berada di gunung itu..."
"Kita semua merelokasinya di pagi hari."
"Apa bentuk danaunya berubah?"
"Kalau kamu melihatnya dari udara, maka Morata tampak
seperti telah hancur."
Mereka khawatir jika fitur-fitur dari medannya akan berubah,
karena konstruksi tersebut. Segera, setelah pondasi dari Garden of the Gods
selesai, orang-orang bergegas untuk memasang pilar-pilar dan dekorasi eksterior
untuk kuil tersebut. Dinding-dinding yang penuh dengan gambaran-gambaran dari
dewa-dewa yang Weed ukir.
"Dewa apa yang di buat Weed-nim kali ini?"
"Dewa perjalanan dan waktu, Turoche!"
"Siapa itu?"
"Tak tahu."
"Dewa tak diketahui yang lain telah muncul lagi?"
"Tapi sekarang quest-quest telah diberikan pada para
player dengan profesi Adventurer atau Scholar. Mereka telah diminta untuk
mencari tahu tentang Dewa Turoche."
Kalau Weed membuat sebuah patung, maka para Adventurer akan
mendapatkan informasi mengenai patung itu. Setelah sebuah patung selesai, suatu
quest yang berkaitan dengan dewa yang bersangkutan akan diberikan.
"Oh, kata-kata ini berkaitan dengan Turoche!"
Sebuah pesan akan dikirim pada masing-masing perpustakaan,
untuk mencari suatu deskripsi. Setelah informasi tentang Turoche ditemukan,
jendela penyelesaian quest akan muncul!
Kelahiran dari dewa akan mengarah pada quest-quest yang
lain.
"Ugh, itu menghilangkan rasa dari bir. Quest apa yang
harus aku kerjakan selanjutnya?"
"Apa kamu sudah menyelesaikan quest dari Hestia?"
"Ya. Itu bukanlah quest yang sulit, jadi aku
menyelesaikannya dengan cepat!"
Petualangan dan quest sekali lagi memanas di Morata.
Patung-patung di Garden of the Gods telah meningkatkan pengaruh pada politik
lokal, tipe-tipe quest yang baru dihasilkan, dan ada keuntungan religius.
Para Priest dan Cleric bersorak kegirangan, sementara para
Adventurer pergi untuk menjalankan quest-quest. Begitu pula dengan para
Architect, juga mendapatkan skill-skill dengan membangun kuil tersebut.
"Kuil ini terlalu polos. Kita harus mempertimbangkan
atribut-atribut Dewi Hestia. Para Dwarf membutuhkan tempat yang nyaman untuk
dikunjungi..."
"Apa kuilnya tak menjual bir?"
"Gulp! Bisnisnya tampaknya berjalan dengan baik. Tapi,
bukankah ini akan lebih baik? Sebuah tempat harus disisakan di tengah-tengah
altar, sebagai tempat berkobarnya api suci."
"Kursi-kursi kecil juga perlu dipasang, demi kenyamanan
para Dwarf."