SL_113

SL 113
Media masa lapar akan informasi.
[Kedua negara bekerja sama untuk membentuk aliansi, dalam
tujuan memerangi monster yang mengubah Pulau Jeju menjadi tanah tandus!]
Berita apa lagi yang bisa merangsang rasa ingin tahu banyak
orang lebih dari ini?
Di TV, program yang terkait ditayangkan setiap hari, dan
halaman depan surat kabar selalu memuat berita tentang aliansi Korea-Jepang.
Tapi, hanya Korea saja yang bersemangat tentang itu.
Meskipun jumlah Hunter Jepang yang berpartisipasi dalam
operasi itu lebih dari tiga kali lipat Hunter Korea. Tak ada yang memperhatikan
betapa anehnya pergerakan media Jepang.
Bahkan komentar orang Jepang tentang beberapa artikel yang
membahas aliansi kebanyakan hanya negatif.
-Apa yang akan kau lakukan jika Gate tertutup?
-Mengapa kita harus membantu membuang kotoran milik Korea?
-Apa yang kau lakukan untuk memberi kompensasi pada para
semut?
-Asosiasi Hunter Jepang yang tak kompeten dan Hunter Korea
yang tak bertanggung jawab. Jika kalian semua telah bersama di Pulau Jeju…
***
Di waktu yang sama.
Di saat banyak orang menyuarakan pendapat mereka, waktu
terus berjalan hingga mendekati hari dimulainya operasi.
Sementara itu.
Bagi Jin Woo, ini adalah hari-hari terindahnya, sejak ibunya
mulai dirawat di rumah sakit. Banyak hal telah berubah saat ini.
Pertama, dia pulang ke rumah bersama ibunya yang keluar dari
rumah sakit.
Creack…
Ketika Jin Woo membuka pintu, dia melihat Jin Ah,
benar-benar sudah mengacak-acak rumah mereka. Saat dia ditinggal sendirian,
ketika Jin Woo berada di Demon Castle.
“..…”
Sang ibu harus menghentikan Jin Woo, yang menarik pipi Jin
Ah dengan senyum. Jin Woo yang menarik pipi Jin Ah dengan keras, tertawa
bersama ibunya.
Setelah empat tahun tak sadarkan diri, ibunya pulang dan hal
pertama yang ia lakukan adalah membersihkan rumah.
Jin Woo tak bisa menahan sikap keras kepala ibunya, dan
seluruh keluarga mulai saling membantu untuk membersihkan rumah.
Setelah mereka selesai membersihkan rumah, mereka bertiga
menunjukkan wajah puas.
Setelah ibunya meninggalkan rumah sakit, Jin Woo merasa jika
rumah yang terasa sepi setiap harinya. Kini akhirnya dipenuhi warna. Setelah
waktu yang lama, dia kini akhirnya bisa meregangkan kakinya tanpa khawatir tentang
apa pun.
Dan keesokan paginya, Jin Woo keluar ke ruang tamu dengan
mata terbuka lebar. Dia bisa merasakan kenyataan jika ibunya kembali, ketika
dia melihat sarapan di atas meja.
Park Kyunghye yang sedang memotong bawang, menatap Jin Woo
dan bertanya.
“Apa kamu tidur dengan nyenyak, nak?”
Jin Woo tersenyum dan menjawab dengan wajah setengah
tertidur.
“ Ya.”
***
Seorang pakar
mengatakan sesuatu di televisi.
“Laju evolusi yang ditunjukkan monster jenis semut ini,
benar-benar menakjubkan.”
Tamu di sebelah pakar itu bertanya dengan pandangan
penasaran.
“Evolusi apa? Bukankah semut yang ditemukan di Jepang hanya
varian mereka saja?”
“Ya, saat semakin banyak varian dan juga kontrol seluruh
kelompok, kami menyebutnya evolusi.”
Kemudian gambar yang sudah disiapkan keluar.
Itu adalah penampilan monster semut yang difoto, di operasi
pertama dan kedua.
Ketika mereka pertama kali muncul, mereka merangkak di
lantai seperti semut normal. Di permukaan, itu tak kurang dari seekor semut dengan
ukuran yang sangat besar.
Tapi setelah beberapa saat.
“Ini adalah penampilan semut yang diambil pada fase operasi ketiga.”
Monster Semut berjalan tegak seperti manusia. Kepala besar mereka
menjadi jauh lebih kecil. Mereka menjadi lebih gesit. Dan empat kakinya yang
tersisa, bisa digunakan seperti tangan.
Itu tampak seperti Ant Hybrid (semut dan manusia bercampur
menjadi satu).
Hanya dalam dua tahun, karakteristik spesies itu telah
banyak berubah.
“Dan ini adalah gambaran semut baru, yang menyebabkan
kerusakan besar pada Jepang.”
“Wow.”
Para penonton yang menonton video itu langsung terkejut. Anehnya,
semut-semut itu lebih mirip manusia, dan tubuh bagian atasnya memiliki sayap
besar.
Komedian yang hadir sebagai tamu terkejut dan mengangkat
suaranya.
“Itu bisa terbang?”
“Ya. Ini juga merupakan momen yang menentukan bagi tim
aliansi Korea-Jepang.”
Tim aliansi Korea-Jepang.
Jin Woo diam-diam mematikan TV, ketika kata itu keluar. Dia
tak ingin terlibat dalam operasi ini. Ketika dia diundang untuk berpartisipasi
oleh Ketua Asosiasi Go Gunhee. Dia senang karena permintaan sopannya. Dan kenyataa,n
jika dia bisa mendapatkan lebih banyak Exp.
Tapi, kegembiraan itu dengan cepat mereda. Kemudian, dia
memahami situasinya saat ini, dengan lebih objektif dan berkepala dingin.
‘Belum sehari sejak
ibu terbangun.’
Ibunya bahkan tak tahu, jika putranya ini telah menjadi
seorang Hunter. Dan ketika Jin Woo mendengar bahwa ayahnya hilang di Gate. Dia
ingat, jika ibunya tetap terjaga sepanjang malam selama berbulan-bulan,
menunggunya pulang.
Karena itulah Jin Woo tak bisa mengatakan begitu saja, jika
dia akan pergi ke Pulau Jeju. Dia tidak sanggup memberitahu Ibunya. Jin Woo
ingin tinggal bersama keluarganya, setidaknya selama beberapa hari.
Jin Woo tak ingin meninggalkan hari-hari yang penting itu.
“Aku…”
Jin Woo kesulitan menjawabnya.
“Aku tak akan berpartisipasi.”
Ada hal yang lebih penting daripada Exp. Dan hal itu juga
adalah alasan, kenapa dia menambah kekuatannya sejak awal. Tak ada penyesalan
dalam pilihan itu.
***
Sementara itu,
-Mengapa Sung Jin Woo tak ada di daftar tim Korea?
-Bukankah dia seharusnya ada disana? E-Rank tetaplah E-Rank
selamanya.
-Dia sepertinya telah melarikan diri, sambil kencing di celananya.
-Jepang berpartisipasi dengan mengirimkan semua Hunter S-Rank
mereka, yang berjumlah 21 orang. Sedangkan Korea mengirimkan 7 Hunter S-Rank
mereka, termasuk seorang Hunter pensiunan… Tapi bagaimana dengan Sung Jin Woo?
-Apa kamu seorang Hunter S-Rank?
-Aku merasa malu karenanya.
Tapi Jin Woo tak peduli tentang banyaknya komentar negatif
dari netizen, yang diarahkan kepadanya. Yang bahkan tak tahu situasinya saat
ini.
Tapi, saudara perempuannya stres karena itu.
‘Aku dan ibu tak peduli
apa yang dikatakan orang lain. Ibu tak menggunakan internet, jadi tak apa-apa.‘
Tapi, Jin Ah sepertinya peduli dengan hal-hal ini.
“Tsk.”
Jin Woo mendecakkan lidahnya dan meletakkan ponselnya. Tak
ada pilihan selain menunggu waktu yang tepat. Ibunya pergi tidur lebih awal, dan
saudara perempuannya belum pulang.
Saat Jin Woo hendak keluar untuk mencari udara
baru,ponselnya bergetar hebat.
Jin Woo menatap nama penelepon itu dan tersenyum.
Klik.
“Hyug-nim! Ini aku! Yoo Jin Ho!”
“Uh. Jin Ho.”
‘Kalau dipikir-pikir, apa
dia masih tinggal di Motel?’
“Di mana kamu sekarang? Apa masih di motel?”
“Tidak, hyung-nim.Aku baru saja mendapat tempat baru.
Untungnya,ibuku menghubungiku…”
Jin Woo mendengarnya tertawa, dan dia senang mendengarnya. Kemudian
Jin Ho dengan cepat mengatakan, jika dia ingin bertemu dengan dirinya.
“Hyung-nim. Bisakah kamu datang menemuiku di kantor?”
‘Kantor siapa yang
kamu bicarakan?’
“Kantor?”
Ketika Jin Woo bertanya dengan suara skeptis, Jin Ho
menjawab dengan semangat.
“Itu kantor guild
kita! Hyung-nim, jika kamu ingin membuat guild, kamu harus memiliki kantor.”
‘Jin Ho menang, bocah
ini … ‘
Dia tampaknya memiliki ambisi untuk membuat guild dan
menjadi wakilnya. Dan sepertinya, dia ingin menjadikan Guild ini menjadi Guild
besar, seperti Hunters dan Baekho.
Jin Woo menggaruk dagunya.
‘Orang-orang pasti
akan terkejut, mengetahui jika aku adalah satu-satunya yang akan menjadi
anggota Raid-nya.’
Saat ini, Jin ho mengundang Jin Woo untuk datang. Tapi Jin
Woo saat ini sedang kesulitan untuk menjelaskan, jenis guild yang ia impikan
pada Jin Ho.
***
“Bagaimana menurutmu hyung-nim?”
Seperti biasa, Jin Ho berkata dengan sangat bersemangat. Jin
Woo melihat bagian dalam kantor dan mengangguk.
‘Lokasi yang bagus.’
“Aku memilih tempat terbaik, dan tak jauh dari rumahmu.”
‘Hebat.’
“Aku mendapatkannya lebih dulu, sebagai kantor penjualan.
Bukankah ada pepatah untuk menaruh anggur baru ke dalam botol lama, hyung-nim?”
Anggur baru dalam
botol lama...
Anggur lama dalam botol baru..
‘Itu jelas salah.’
Peribahasa itu memiliki arti yang luas.
‘..…’
“Aku akan membuat guild kita, menjadi guild yang melampaui
lima Guild besar, hyung-nim!”
Jin Ho terbakar dengan semangat.
‘Ini bagus untuk
menyemangati dirimu. Tapi aku ingin kamu meninggalkanku sendiri…’
Jin Woo sangat khawatir. Dia bertanya-tanya, apakah dia
harus meminta Jin Ho untuk kembali ke Guild Yoojin.
Dia tak berpikir ketua yang bahkan memblokir akun putranya,
akan menerimanya. Melihat raut wajah Jin Woo yang sedang melamun, ekspresi Jin Ho
memudar.
“Hyung-nim… Apa kamu tak menyukainya?”
“Ya,”
‘Tidak, aku suka itu.’
“Bisakah kita masuk, hyung-nim?”
“Ya.”
Sewa bulanannya cukup besar, tapi dibandingkan dengan
pendapatan guild, itu sangat sedikit.
“Seharusnya tak apa-apa membiarkan mimpi itu hidup, untuk
saat ini.”
Jin Woo tak bisa mengatakan, jika dia akan menjadi
satu-satunya yang menggunakan kantor besar ini di masa depan.
“Ah.”
Jin Ho menepuk tangannya.
“Dan siapa yang akan kamu rekrut, hyung-nim?”
“Siapa lagi?”
Bukankah ada janji tentang reservasi?
Ketika Jin Woo yang jarang melupakan janjinya, memberikan
tatapan ingin tahu. Jin ho bersemangat untuk menjelaskan.
“Ketika kamu pertama kali membuat guild, kamu harus memiliki
setidaknya tiga Hunter,hyung-nim.”
Guildmaster, wakil Guildmaster, karyawan.
‘Apakah ini jumlah
minimum untuk anggota pendiri?’
Tampaknya tak ada hubungannya dengan fakta jika jumlah
minimum anggota untuk pergi Raid ke Gate E-Rank adalah tiga.
“Aku tak ingin guild benar-benar melakukan Raid untuk Gate E-Rank
…”
Dia adalah anggota pendiri. Kemudian setiap wajah kenalannya
muncu di kepala Jin Woo. Siapa yang akan menjadi anggota terakhir?
Syaratnya harus seorang Hunter.
Dan jika mereka mau bertindak, mereka harus bisa mengisi
tempat kosong.
‘Mengapa wajah seorang
wanita yang muncul …’
Han Songyi yang
menyerah menjadi Hunter, atau Lee Joohee yang kembali ke Busan, sesaat muncul
di benaknya dan menghilang.
Kemudian.
“Hmmmm.”
Jin Ho membuka mulutnya. Jin Woo bertanya.
“Apa ada orang yang cocok?”
“Tidak, hyung-nim. Ada seorang pria yang mencarimu
sebelumnya.”
“Aku?”
“Ya, hyung-nim.”
Jin Woo menunjukkan ketertarikan.
‘Ini aneh untuk
menghubungi Jin Ho daripada menghubungiku langsung.’
Orang itu sepertinya mencoba membuat rumit masalah ini
dengan mencariku melalui Jin Ho.
‘Jin Ho sendiri belum
pernah secara langsung bertemu dengannya.’
Paling-paling, mereka hanya pegawai negeri dan seorang
mekanik.
“Tetap saja, kenapa dia mencariku melalui Jin Ho?”
Mata Jin Woo sedikit menyipit.
“Siapa?”
“Aku tak tahu, hyung-nim. Dia adalah orang asing yang
berbicara bahasa Inggris untuk sementara waktu.”
Jin Ho mengeluarkan note dari dompetnya.
“Dia bilang, dia ingin kamu menghubunginya, karena dia ada
di Korea sampai tanggal 17.”
Hanya ada dua nomor ponsel dan nomor kamar hotel di catatan
yang diterima Jin Woo. Jin Woo membalikkannya, tapi tak ada yang tertulis lagi
di sana.
’17… itu 3 hari dari
sekarang…’
Dia adalah orang asing yang berbicara bahasa Inggris.
‘Siapa dia?’
Jin Woo tak ingat satupun teman, yang berasal dari luar
negeri.
Tapi tiba-tiba ini terjadi,
“Aku harus pulang.”
Wajah Jin Woo mengeras.
“Ya? Apa kamu tak mau masuk, hyung-nim?”
Jin Ho yang senang karena mau makan malam dengan Jin Woo
setelah waktu yang lama, tampak seolah-olah telah kehilangan tenaganya.
Tapi, Jin Woo tak mengerti perasaan Jin ho.
“Aku akan menemuimu lagi, nanti.”
Jin Ho menyembunyikan kekecewaannya dan membungkukkan
pinggangnya seperti biasa. Tanpa tanda-tanda kekecewaan, Jin Ho segera menundukkan
kepalanya seolah-olah dia selalu melakukannya.
“Hati-hati di jalan… hyung-nim?”
Ketika dia mendongak, Jin Woo sudah menghilang.
***
Saat kegelapan jatuh
di antara gang-gang.
Jantung Eun Jimin berdebar kencang, saat dia mau kembali ke
rumahnya.
‘Mungkin itu hanya perasaanku saja…’
Seorang pria membuntuti di belakangnya. Mungkin kita hanya
berada di jalan yang sama, jadi aku tak punya pilihan, selain tetap berjalan.
‘Tapi sepertinya, aku
pernah melihatnya di berita.’
Situasi seperti ini sangat sulit untuk dihadapi, entah itu
pria ataupun wanita. Pria di belakangnya, berjalan lebih cepat seakan
mengejarnya.
Eun jimin terus berjalan.
‘Aku takut.’
‘Aku curiga dia
sengaja mengikutiku.’
Selain itu, jika dia berbelok di sudut ini, ada lorong gelap
dengan lampu jalan yang rusak. Itu akan membuatnya dalam bahaya.
Eun Jimin melihat ke belakang.
Pria itu yang mengenakan topi dan menundukkan kepalanya,
bergerak diam-diam. Memakai topi itu bukan dosa meskipun itu mencurigakan.
‘Dalam situasi seperti
ini, pertama-tama aku akan…’
Eun Jimin berhenti berjalan, sambil berpura-pura mengikat
tali sepatunya, dan pria itu melewatinya begitu saja.
“Huft…”
Ketika pria itu menghilang, Eun jimin menghela nafas lega. Dan
seolah berdoa, dia menyatukan kedua tangannya dan menutup mata.
“Maaf aku mencurigaimu, Paman.”
Sambil melihat sekeliling, Eun Jimin tersenyum dan berjalan
cepat lagi.
‘Aku punya banyak
pekerjaan yang harus dilakukan!’
‘Aku kehabisan waktu
untuk mempersiapkan ujian akhir.’
‘Seberapa jauh lagi
rumahku?’
saat dia berbalik, mata Eun Jimin membesar besar.
“Jika kamu menang, kamu mati.”
Pria yang melewatinya tadi, saat ini sedang memegang pisau
dihadapannya,
“Apa kamu tahu berapa banyak orang yang mati di sini?”
“Ah… ”
Eun Jimin tak bersuara dan membeku, dengan wajah biru pucat.
Pria itu tersenyum, ketika dia menurunkan topeng putihnya.
“Ikuti aku.”
Clank, clank
Lampu jalan yang rusak, menyala tanpa ada orang di
sekitarnya.
Post a Comment for "SL_113"
comment guys. haha