SL_225

SL 225
‘Haruskah aku bahagia?’
Suara Jin Woo yang dapat didengar oleh seluruh dunia tampak
asing, karena perbedaan bahasa. Jadi, kebanyakan orang mendengarnya, sebagai
suara petir di langit.
Ada banyak pendapat, tentang mengapa semua orang mendengar
suara petir yang sama. Karena Dunia ceria dan bersorak untuk kemenangan Jin
Woo, atau masalah lain yang mereka tak ketahui.
Dan untuk di Seoul sendiri.
Para Hunter yang frustrasi karena tak bisa melawan monster
sebelumnya, bersorak. Ketika mereka mendengar jika para monster itu telah
terbunuh oleh Jin Woo.
Dua pria pemilik Guild terbaik di Korea, Chong Jongin dan
Baek Yoonho juga menghela nafas lega dan tertawa, saat berhadapan satu sama
lain.
“Tuan Baek, lihat dirimu, kamu terlihat baik saat ini.”
Dahi Choi Jongin berkeringat, saat dia mengatakan itu.
“Kamu juga sepertinya
masih gemetar ketakutan bukan?”
“Oh, kamu berkeringat sekali. Ini saputangan untukmu.”
Ini adalah kompetesi tak berguna antara Guildmaster Guild terbaik
pertama dan kedua di Korea.
Walau situasinya sudah selesai, dan membuat mereka bisa
berkata dan mendengar lelucon seperti ini. Keduanya masih belum mampu menghilangkan
ketegangan dalam diri mereka sendiri.
Begitulah keadaan mereka saat ini.
Lawan yang seharusnya mereka hadapi sebelumnya adalah
monster yang mempermainkan Thomas Andre, Hunter Rank nasional.
Bukan hanya nyawa mereka saja yang dalam bahaya, seluruh
Guild juga mungkin akan hancur karena ini.
Dan tak hanya ada satu monster yang seperti itu, di sana ada
tiga. Karena itulah, para Hunter berkumpul sebagai tanggapan keadaan darurat.
Jika Hunter Sung Jin Woo dikalahkan, mereka sangat yakin
jika mereka akan terbunuh dengan mudah.
Karena inilah, dua Guildmaster dari dua Guild terbaik Korea
bertukar lelucon satu sama lain. Semua hanya untuk menenangkan saraf mereka
yang tegang.
Tatapan Baek Yoonho yang tersenyum, saat bertukar percakapan
dengan Choi Jongin tiba-tiba beralih.
“Hah…”
Choi Jongin yang heran, mengikuti tatapan Baek Yoonho dan
berbalik. Di sana, mereka melihat seorang pria yang sedang berjalan keluar
sendirian, dari daerah yang telah berubah menjadi reruntuhan.
Itu Jin Woo yang diam-diam mendekat, setelah menyelesaikan
pertarungannya melawan para Monarch.
Segera satu per satu Hunter lainnya yang ada di sana
menyadari pendekatan Jin Woo. Suasana yang dipenuhi dengan kesenangan dan
sorakan sebelumnya, menjadi sunyi dengan cepat.
Hanya ada suara sirene ambulans, yang baru tiba di stasiun
saja yang bisa terdengar.
Bahkan setelah pertempuran berakhir, mata Jin Woo yang
terlihat sangat marah, memberikan tekanan yang kuat pada lingkungan sekitarnya.
Tak ada yang membuka mulut, ketika mereka melihat Jin Woo
seperti itu.
Sengitnya pertempuran bisa dilihat, dari pakaian yang Jin
Woo kenakan.
Menunduk..
Baek Yoonho yang berhadapan dengan Jin Woo, menunjukkan rasa
terima kasihnya. Seolah itu adalah permulaan.
Para Hunter lain juga ikut menundukkan kepala mereka kepada
Jin Woo. sama seperti mereka memberi hormat, kepada seorang prajurit yang telah
menyelesaikan misi berbahaya.
Penuh dengan kehormatan dan kesuka-citaan.
Bagaimana mungkin Hunter yang menunjukkan pertarungan
seperti itu, tak dihormati?
Karenanya, mereka melakukan itu dengan sangat tulus, tanpa
ada paksaan ataupun ajakan.
Mata mereka juga menunjukkan ketulusan itu.
“..…”
Jin Woo terus berjalan melewati para Hunter ke tempat, di mana
van yang sudah akrab terparkir. Thomas Andre dan Renat Neermann yang hendak
naik ke ambulans melihat itu.
Renat Neermann kemudian berkata dengan wajah cemas.
“Wajah Hunter Sung Jin Woo terlihat tak senang.”
Thomas yang sudah dalam kondisi yang jauh lebih baik,
setelah pertolongan pertama para Healer, mengangguk dan setuju dengannya.
“Sepertinya begitu.”
“Kenapa? Padahal dia sudah bertarung dengan monster sekuat
itu, dan bisa selamat.”
Pikiran seorang Hunter hanya para Hunter saja yang tahu. Dan
sebagian dari mereka, akan sangat senang. Jika bisa membunuh monster, membersihkan
Dungeon dan menghirup udara segar.
‘Tapi, mengapa ekspresi
Hunter Sung Jin Woo sangat gelap?’
Thomas lalu memberikan jawaban yang jelas untuk pertanyaan
Renat Neermann itu.
“Dia tak menikmati pertarungan dengan mereka.”
“…!”
Renat Neermann heran.
‘Meskipun bisa
bergerak hingga di luar batas manusia dan menang?’
‘Tapi, dia tak senang?’
Seolah tahu apa yang Renat Neermann pikirkan, Thomas
mengangguk dan berkata.
“Aku tak terlalu yakin, tapi … mungkin dia kecewa pada
dirinya sendiri, ketika dia dalam krisis, saat melawan mereka.”
‘Oh, begitukah.’
Renat Neermann teringat kembali, ketika dia hampir dimakan
oleh Monarch of Beast. Juga, ketika «White Walker» tua itu menusukkan Dagger ke
dada Jin Woo.
‘Tapi bukankah itu
karena musuh terlalu kuat?’
‘Berapa banyak dari
Hunter Rank Nasional yang bisa bertahan satu sama lain, melawan mereka?’
Berpikir demikian, Renat Neermann menggelengkan kepalanya.
‘Tidak…’
Lebih tepat, jika mengatakan.
Tak ada Hunter lain yang bisa melawan musuh sekuat itu.
Dan mungkin. Hunter Sung Jin Woo yang memiliki kekuatan
gelar terkuat juga hampir tak bisa menang melawan mereka.
Berpikir seperti itu, Renat merasa ngeri pada bagian tulang
belakangnya. Dan Thomas menambahkan sesuatu kepadanya.
“Hunter Sung Jin Woo. Dia pria yang mengerikan.”
“Aku juga merasakannya.”
Renat Neermann yang bersumpah untuk tak menjadikan Hunter
Sung Jin Woo yang pergi, sebagai musuh. Kemudian, dia membawa Thomas ke dalam
ambulans.
Creaak!
Wakil Guildmaster Guild Ajhin, Yoo Jin Ho melompat keluar
dari mobil.
Jin Ho segera datang, begitu dia melihat Jin Woo ditusuk
monster sebelumnya. Dia sangat gugup. Walau pun dia tak terlalu kuat, seperti
Hunter lain yang berkumpul di sini.
Jin Ho bisa menemukan Jin Woo dalam sekejap, dia kemudian
berlari mendekatinya.
“Hyung-nim!”
Saat melihat Jin Ho, berlari mendekat dengan air mata yang
terlihat seperti air terjun. Kemarahan di mata Jin Woo menghilang secara
perlahan.
Suasana seperti itulah, yang selalu ditunjukkan Jin Ho
kepada Jin Woo. Dia selalu bisa membuat Jin Woo menjadi tenang.
Di hari biasa, Jin Woo biasanya akan menghindari air mata,
yang mengganggu darinya.
Tapi, hari ini berbeda.
Jin Woo perlahan mengusap punggungnya, Jin Ho terus
menangis.
Kehangatan orang lain yang mengkhawatirkan dirinya, adalah
perasaan yang melelehkan hati Jin Woo yang beku.
Dan mungkin.
Bukan Jin Ho yang benar-benar membutuhkan kenyamanan hari
ini. Jin Woo kemudian tersenyum, saat terus mencoba menenangkan Jin Ho.
Setelah cukup tenang, Jin Ho melepaskan menjauhkan wajahnya
yang dipenuhi ingus dan bertanya.
“Hyung-nim,apa kamu
baik-baik saja?”
“Ya, aku baik-baik saja.”
“Hah?”
Jin Ho yang mendengar itu terkejut dan matanya membesar. Dia
bukan terkejut karena jawaban Jin Woo. Dia lebih terkejut dengan baju Jin Woo
yang ternoda oleh ingusnya.
“Ugh!”
Jin Ho buru-buru menundukkan kepalanya, dan membersihkan
hidungnya dengan lengan bajunya.
“Aku minta maaf, hyung-nim.
Aku terlalu senang karena kami baik-baik saja …”
Jin Woo tertawa
keras.
‘Dari dulu hingga
kini, Jin Ho memang orang yang unik.’
Tapi..
Sekarang, Jin Woo telah menjadikannya sebagai adik
laki-lakinya sendiri. Jin Ho yang menahan tangisnya dengan susah payah, lalu
berkata dengan wajah cerah.
“Hyung-nim, aku tahu
ini akan terjadi. Jadi, aku telah menyiapkan pakaian ganti untukmu.”
“Pakaian?”
Jin Woo menatap Jin Ho.
Dalam pertempuran dengan para Monarch, seluruh bagian dari
pakaiannya sudah tersobek dan bercampur dengan bermacam-macam material.
“Jika kamu pulang seperti ini… Bukankah ibumu akan khawatir?
Karena itulah aku membawa pakaian ganti untukmu.”
“Hah.”
Ketika Jin Woo menunjukkan persetujuannya, Jin Ho menjadi
senang dan ia berdiri tegak dengan ceria lalu berkata.
“Ayo pergi, hyung-nim. Aku akan membawamu pulang.”
Setelah diam sebentar, Jin Woo mengangguk.
“Ibuku dan Jin Ah juga pasti menonton TV.”
Ketika Jin Ho masuk ke dalam mobil, Jin Woo sekali lagi
melihat bagian pusat kota yang hancur, karena dijadikan medan perang.
Banyak orang yang bergegas membersihkan situasi sedang
terburu-buru saat ini. Jin Woo lalu mengangkat dan menatap Dagger yang
ditinggalkan oleh Ayahnya.
Pegangannya seakan masih memiliki kehangatan dari ayahnya.
‘Ayah…’
Jin Woo yang kemudian menyimpan Dagger itu ke Inventory-nya,
masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang.
Matahari terbenam perlahan di belakang Van yang meninggalkan
reruntuhan kota. Satu hari yang panjang telah berakhir.
* * *
Pada akhirnya, Asosiasi
Hunter mengumumkan, jika monster yang muncul di Seoul adalah monster yang tak
dikenal.
Jumlah kerusakan yang mereka sebabkan juga sangat besar. Banyak
yang terbunuh atau terluka, dan jumlah bangunan yang runtuh serta mobil yang hilang
juga besar.
Tapi..
Bukan hanya itu saja yang mereka dapatkan.
Kemana orang-orang yang seharusnya bertindak, saat ini
terjadi?
Korea membutuhkan orang-orang dengan kemampuan mengambil
tindakan, untuk mengatasi krisis yang akan terjadi.
Terutama setelah kekuatan yang ditunjukkan Hunter Sung Jin
Woo, yang mana mengubah cara pandang masyarakat dunia.
Sangat banyak pemikiran yang muncul setelah itu. Dan itu
akan dimulai dari negara yang tak terduga, yang mana tak ada satu orangpun akan
mengira mereka akan melakukan itu.
Malam itu.
Presiden Asosiasi Woo Jincheol mengunjungi Cheong Wa Dae,
untuk membahas kembali masalah kejadian di Seoul dan penanganan Gate ultra
besar di langit. Karena masalahnya sangat mendesak, Presiden Kim dengan ramah
menyambutnya.
Dia secara singkat menyapa dan bertanya.
“Apakah kamu tak keberatan, tak mengungsi ke tempat lain?”
Presiden ragu-ragu untuk menjawab. Dan kemudian, dia berkata
sambil menghela nafas.
“Aku mengakui, jika
aku telah melakukan kesalahan padamu. Aku minta maaf. Tapi jangan berpikir, jika
aku akan melupakan tugasku.”
Dia merasakan takut sebagai seorang manusia biasa. Tapi, dia
terus berbicara untuk mengatasinya.
“Berapa banyak yang
akan terguncang, ketika aku keluar dari Seoul? Aku tak ingin meninggalkan
namaku dengan noda dalam sejarah.”
Woo Jincheol yang sebelumnya
marah kepada Presiden Kim karena tindakannya. Jadi, dia tak bertindak terlalu
sopan.
Walau tindakannya kasar dalam beberapa hal, Presiden Kim tak
terganggu oleh Woo Jincheol. Karena dia sadar, jika dia sudah membuat kesalahan
besar sebelumnya.
“Baiklah.”
Woo Jincheol mengeluarkan materi yang telah ia siapkan, dan
bersiap untuk melakukan presentasi.
Lalu..
Salah satu karyawan berlari mendekat untuk melaporkan hal penting
kepada Presiden Kim.
“Apa? Apa itu benar?”
Staf menanggapi pertanyaan dengan wajah serius, yang
tampaknya tak bisa percaya dengan isi laporan itu.
“Benar, Presiden. Apa tanggapanmu?”
“Hubungkan aku. Aku akan menerimanya.”
Karyawan memberikan telepon yang sudah terhubung dengan
pihak lain ke Presiden Kim. Ketika Ketua mengangkat telepon, semua orang di
Republik Korea mendengar suara yang akrab dari gagang telepon itu.
-Aku telah berpikir dengan hati-hati tentang ini, untuk
waktu yang lama. Dan aku telah memutuskan, jika akan lebih baik, untuk membantu
semua orang di selatan.
Itu suara pemimpin Korea Utara.
Presiden Kim yang tak mengerti kata-katanya dengan benar, bertanya.
“Apa… apa yang ingin kamu bantu?”
-Ada Gate di Seoul. Kami juga akan mengirim para Hunter kami
untuk membantu.
Korea Utara yang memulainya. Dan dalam sekejap,
negara-negara tetangga yang tak bereaksi terhadap kemunculan Gate dengan ukuran
yang tak pernah terlihat sebelumnya di langit Seoul, mengubah sikap mereka.
Korea seharusnya tak runtuh.
Itu adalah kesimpulan yang dilihat masing-masing Negara,
saat meihat pertempuran antara Jin Woo dan Monster tak dikenal.
Selain Korea Utara, Jepang, Cina, Rusia, Amerika Serikat, Jerman,
Inggris, dan Prancis.
Para Hunter dari banyak negara segera bergerak menuju ke
Seoul. Dan ada satu hal di benak mereka saat ini.
‘Ayo bantu Hunter Sung
Jin Woo, untuk menghentikan monster yang akan muncul di Seoul.’
Konsep garis pertahanan terakhir akhirnya muncul, setalah
aksi yang ditunjukkan oleh Jin Woo.
Dan dengan itu..
Sekarang, tak hanya semua Hunter Korea saja yang berkumpul
di Seoul. Seluruh Hunter dari berbagai belahan Dunia juga ikut berkumpul di sana.
Post a Comment for "SL_225"
comment guys. haha