Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_251

gambar


SL 251

Ding Dong Ding Dong Ding Dong
Dari para murid sekolah dasar yang masih bisa merasakan kesenangan dalam belajar. Hingga ke guru-guru yang memiliki rambut kelabu, yang akan pensiun dalam waktu dekat.
Suara lonceng sekolah adalah suatu hal yang sangat membahagiakan bagi mereka.
Saat sebagian besar teman sekelasnya sedang bersiap pulang, Jin Woo yang duduk di antara mereka, terus menimati hari pertama sekolahnya dengan memandangi banyak wajah baru yang tak dikenalnya.
“Aku tahu kalian ingin bermain dengan teman baru kalian. Tapi kalian semua harus pulang ke rumah lebih awal, oke?”
“Ya.”
Setelah jawaban formal, ruangan kelas yang sebelumnya dipenuhi oleh banyak suara, segera menjadi kosong.
Jin Woo yang perlahan-lahan merapikan tasnya tanpa tergesa-gesa, menyadari pendekatan lambat dari teman dari sekolahnya yang lama.
“…?”
Jin Woo menghentikan tangannya dan bertanya dengan hati-hati.
“Kamu tahu, aku akan ke Gigamart. Bagaimana denganmu?”
Jin Woo yang mendengar itu senang. Dan dia tersenyum karena keberanian temannya ini.
 ‘Kebaikan sepele yang aku berikan, ketika aku masih kecil, bisa menjadi awal dari hubungan ini.’
Tapi..
Jin Woo yang senang sebentar, segera menggelengkan kepalanya.
“Aku ke arah yang sama. Tapi aku punya beberapa hal yang harus dilakukan hari ini.”
“Oh…”
Jin Woo yang menepuk pundak pria muda yang sedih itu, lalu tertawa dan berkata.
“Ayo pergi.”
Jin Woo dan Younggil meninggalkan gedung sekolah.

 “Apa? Lintasan lari?”
Jin Woo mengangguk untuk Younggil yang terkejut.
“Ya.”
Alasan Jin Woo memilih tempat ini jauh dari sekolah di dekat rumahnya adalah karena lintasan lari yang ada di sekolah ini. Tapi, jawaban Jin Woo membuat Younggil penasaran akan sesuatu.
‘Apa Jin Woo pelari yang baik?’
Periode Young-gil melihat Jin Woo saat di sekolah menengah hanyalah sekitar satu bulan. Dia ingat jika Jin Woo memiliki reflek yang bagus. Tapi dia tak pernah melihat Jin Woo bergerak, saat olahraga atau apapun.
‘Yah, apa pun yang akan dia lakukan, dia pasti bisa melakukannya.’
‘Aku ingat Jin Woo adalah orang yang selalu merasa bebas.’
 “Aku yakin lintasan lari dan lapangan sekolah menengah tak terlalu bagus …”
Entah bagaimana, Younggil yang khawatir tentang Jin Woo, tanpa sadar terus mengikuti ke mana Jin Woo pergi saat ini.
Dan saat ini, Jin Woo sedang berjalan melintasi lapangan menuju lintasan lari yang ada di sudut lain.
“Ya…”
Ketika siswa baru mendatangi mereka, perhatian murid klub atletik teralihkan.
Salah satu senior berjalan mendekat dan bertanya.
 “Ada apa?”
Jin Woo tertawa, ketika dia melihat-lihat lintasan lari untuk sementara waktu.
“Aku ingin bergabung dengan klub atletik.”
Senior yang juga kapten dari klub atletik, Choi Taewoong menatap Jin Woo dan anak laki-laki kecil yang berdiri di belakangnya, dengan warna wajah yang buruk.
 “Kamu akan bergabung dengan klub Atletik?”
“Ya.”
“Tidak, itu hanya aku.”
Ketua melihat wajah Jin Woo masih tersenyum, dan para senior lain yang tertarik mulai berkumpul.
“Oh apa? Ada orang yang ingin bergabung?”
“Belum pernah ada murid baru yang bergabung dengan cara ini.”
“Tak ada sama sekali.”
Choi Taewoong yang menggaruk bagian atas kepalanya, melihat ke atas dan ke bawah pada Jin Woo dan bertanya lagi.
“Apakah kamu seorang siswa istimewa?”
“Tidak.”
“Apakah kamu pernah berlari di SMP?”
Meskipun Jin Woo berlari di celah dimensi untuk menyerang para Monarch, itu adalah pengalaman yang tidak seharusnya dikatakan. Jadi, Jin Woo hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.
 “Tidak.”
Saat itu.
Wajah para senior di klub atletik yang menyambut siswa baru mulai mengeras sedikit demi sedikit.
Dia ingin masuk ke atletik yang terdiri dari spesialis pendidikan jasmani. Tapi dia tak pernah berlatih berlari dengan benar.
‘Bukankah ini terlalu lucu?’
Seorang senior yang cepat marah muncul dari samping.
“Kenapa kamu mau masuk ke atletik, walau kamu tak pernah lari?”
Jawaban Jin Woo sederhana.
“Aku ingin bertemu seseorang di kompetisi.”
Dia masih gadis SMP, tapi dia jelas pelari yang bagus untuk bisa tampil di kompetisi lokal. Dia adalah atlet hebat sebelum menjadi Hunter, yang mana memaksanya melupakan mimpinya.
‘Jika aku berada di turnamen, di mana semua pelari terbaik SMA berada. Bukankah aku akan bertemu dengannya secara alami?’
Jin Woo menilai, jika ini jauh lebih baik daripada mendekatinya dan campur tangan dalam hidupnya.
Tapi…
Eskpresi yang ditunjukkan para senior tak terlalu baik.
“Sebuah kompetisi…”
Wajah senior mengeras.
‘Ini bodoh, meskipun itu lucu.’
Tepat sebelum dia menghembuskan napas dan mengusir siswa baru, Choi Taewoong, sang kapten, tertawa dan menerimanya.
“Baiklah.”
Senior yang permarah menatap sang kapten, tak bisa dimengerti apa yang sedang dipikirkannya.
“Apa?”
“Tapi, sebagai gantinya ada suatu kondisi.”
Choi Taewoong yang menatap temannya dengan tampilan tenang, menunjuk ke seorang siswa yang mengenakan kacamata yang sedang pemanasan.
 “Apakah kamu melihatnya?”
Jin Woo yang melihat ujung jarinya, mengangguk.
 “Ya.”
“Dia kandidat mahasiswa tingkat dua terburuk di tim. Kamu harus berlari lebih cepat daripada dia, agar bisa masuk ke klub atletik.”
Itu adalah kebohongan.
Jin Woo yang sudah memahami bakat pelari sebelum mendengar penjelasannya, tertawa di dalam dirinya.
 ‘Memang terlihat kurus. Tapi paha yang kokoh, betis, dan kepercayaan diri yang berasal dari seluruh dirinya, itu…’
Jin Woo bisa mengatakan jika dia bukan pelari biasa hanya dengan melihat pernapasannya yang stabil dan postur tubuhnya. Jadi sekarang, para siswa kelas tiga ini mencoba mengolok-olok diri mereka sendiri.
Niat mereka terlihat sekilas, dan senyum keluar dari mulut Jin Woo.
Seinor lain mengubah ekspresinya setelah mereka menyadari niat Choi Taewoong.
“Ya, kamu bertujuan untuk kompetisi. Jadi, tes ringan bukan sebuah masalah,kan?”
Walau tak suka dengan ekspresi para seniornya, Jin Woo bertanya dengan tenang.
“Apa… apa dia memang benar seorang pelari?”
“Aku jamin.”
Dengan suara percaya diri Choi Taewoong, para pelari di belakangnya berusaha menahan tawa mereka.
“Yah itu benar, meskipun dia tak masuk kedalam kompetesi regional tahun lalu, karena cedera pergelangan kakinya.”
‘Yah, sebenarnya, apa tak masalah dengan itu?’
Jin Woo menanggapi Choi Taewoong, yang membuat senyum licik.
“Aku akan mencobanya.”
“Baklah, kawan!”
Kapten dan anggota senior tim atletik lainnya berteriak.
“Orang yang bahkan tak mengenali tempat ketiga dalam kompetisi regional tahun lalu, ingin bergabung dengan klub atletik.”
Terutama, Choi Taewoong yang melakukan bicara dengan Jin Woo. Dia harus melakukan yang terbaik untuk menahan senyum, yang sepertinya segera muncul.
“Yah, tak lucu jika hanya untuk berlari, jadi … jika kamu menang, kamu bisa bergabung. Tapi jika kalah, kamu akan menjadi pembantu atletik selama sebulan, bagaimana dengan itu?”
“Baiklah.”
“J-Jin Woo,”
Yonggil mencoba memperingatkan Jin Woo. Tapi Jin Woo hanya tertawa dan mengatakan kepadanya, jika semuanya akan baik-baik saja.
‘Di mana aku pernah melihat wajah santainya?’
Choi Taewoong menoleh ke kandidat yang ditunjuk dan memberikan kekuatan di lehernya.
“Kamu harus lari.”
Ace dari atletik yang baru saja selesai melakukan peregangan, bangkit.
 “Tak masalah.”
Matanya yang telah melepaskan kacamatanya, memberikan aura yang tak biasa.
Menghadapi tatapan itu, Jin Woo melepas tasnya dan berbicara dengan Younggil.
Sementara para murid atletik bersemangat untuk menunjukkan kepahitan hidup bagi seorang murid baru.
Jin Woo serius bertanya-tanya, berapa banyak yang akan terkejut dan berhenti setelah ini.
“Kamu siap, kelas satu?”
“Ya.”
“Kamu?”
“Ya.”
Jin Woo dan Ace itu berdiri berdampingan di garis start.
Sikap Jin Woo yang mengoptimalkan garis gerakan, sehingga dia bisa bertarung kapan saja. Dan persiapan Ace untuk berlari mulai ditunjukkan.
Para pelari lain tak menyembunyikan cemoohan mereka dalam postur Jin Woo.
“Apa-apaan itu?”
“Kau seharusnya masuk ke bela diri!”
Jin Woo tak mendengarkan itu dan mulai memperbaiki pernafasannya.
 “Siap.”
“Bedsedia.”
Kemudian, tanda awal yang keras keluar dari leher tebal Choi Taewoong.
“Mulai!”
***

 “Tuan, apa Anda baik-baik saja?”
“Oh, ya, tak masalah…”
Park, seorang guru, melewati seorang rekan guru yang ia temui di lorong dengan langkah cepat, saat menjawab.
Ekspresi kusutnya mewakili suasana hatinya.
“Aku malu dengan semua siswa hari ini …”
‘Aku pasti salah melihatnya.’
‘Aku pasti berhalusinasi, karena tak sarapan.’
Park lalu pergi ke kamar kecil guru olahraga, untuk menghindari mata siswa yang sepertinya menertawakannya, karena suatu alasan. Dan dia menghela nafas dalam.
 “Hah..”
‘Aku ingin merokok!’
Semua orang adalah perokok.
Di kamar kecil diizinkan untuk merokok, ini juga tempat istirahat bagi Park.
Ketika Park yang meletakkan sebatang rokok di mulutnya dan menempel ke jendela, menyalakan ujung rokok dan menatap lapangan tanpa berpikir.
Dia berbalik dari jendela, dan matanya melebar.
‘Apa apa? ‘
‘Mengapa dia berlari-lari di lintasan lari dengan klub atletik?’
Begitu seseorang memasuki kamar kecil, dia berteriak.
“Tuan Park!”
Direktur yang berlari untuk melihat kondisi Park, bertanya.
“Apakah kamu baik-baik saja? Apa kamu benar-benar tak perlu pergi ke rumah sakit?”
“Oh, tak apa-apa, hanya sedikit pusing.”
Park yang menjawab seperti itu, lalu bertanya.
 “Tapi, mengapa Sung Jin Woo berlari dengan anak-anak di trek?”
“Oh, yang itu? Apa itu namanya Sung Jin Woo?”
Direktur yang memandang ke luar jendela melewati bahu Park, dia lalu tertawa seolah-olah melihat sesuatu yang konyol.
 “Dia ingin masuk ke klub atletik … Aku sudah mengujinya dan dia lolos. Sekarang saatnya untuk menguji ketahanannya.”
“Uji, daya tahan?”
“Ya, itu sudah dua puluh putaran. Dan aku lelah melihatnya, jadi aku pergi duluan.”
Latihan, atletik.
Olahraga adalah semangat masa muda. Tapi, banyak pikiran terlintas di benak Park.
Sung Jin Woo yang merupakan anak bermasalah, pergi ke klub atletik sekarang, dan tampaknya berusaha untuk memoles dirinya sendiri.
“Mungkin aku salah …”
‘Jika aku memikirkannya, tak akan ada anak laki-laki dengan monster di dalamnya.’
Sung Jin Woo hanya seorang siswa biasa yang mencari tempatnya melalui belajar dan berolahraga, dalam periode panjang berkeliaran.
‘Bagaimana mungkin aku melihat monster pada siswa normal?’
Park tertawa dan mengangkat tubuhnya.
“Ya… mari kita lihat dia tanpa prasangka buruk, aku mungkin akan membuat prasangka yang salah karena itu.”
Direktur memandang Park yang menjadi serius, tapi kemudian tertawa, dengan wajah khawatir.
 “Tuan Park.”
“Tidak, aku baik-baik saja sekarang. Dan aku sudah tak pusing.”
“Oh, aku senang mendengarnya.”
Park yang menjawab, berbalik untuk melihat keluar jendela lagi. Seorang anak laki-laki yang berlari di taman bermain dengan keringat di bawah sinar matahari musim semi yang cerah.
Mana bisa laki-laki seperti itu disebut bermasalah?
Tapi …
Jin Woo yang tak terganggu oleh fakta jika dia telah keluar dari jalan selama beberapa kali, terus muncul di benak Park.
Dia kembali ingat kejadi di pagi hari …
Sebelum dia bisa kembali membubarkan ingatan itu.
Tiba-tiba, semua penglihatannya berubah menjadi kegelapan. Dan dia melihat prajurit hitam yang tak berujung.
Park yang hampir tertegun, memberi kekuatan pada kakinya dan mengertakkan gigi.
‘Ini halusinasi, halusinasi, ini tak mungkin!’
Kemudian..
Monster semut di barisan depan prajurit berbaju hitam membuka mulutnya.
-Kieeee!
“Oh,oh!”
Park akhirnya jatuh dan kehilangan kesadaran.
“…..”
Ygirtte yang sedang menonton ‘Ber’ dalam bayangan Jin Woo, mendorongnya dengan sikunya.
“Jangan lakukan itu. “
‘Kamu menakutinya.’
‘Ber’ memegangngi kepalanya saat mendengar Jin Woo berkata seperti itu.
***

Di waktu malam.
Woo Jincheol berhenti di restoran, tempat dia dan seniornya sering datangi.
Saat ini, dia pergi dengan juniornya untuk meminum minuman keras, dan membicarakan kisah-kisah yang sulit dikatakan dalam keadaan normal.
“Woo…”
“Hmm?”
“Kamu sudah menyelidiki kasus pencuri sejak hari itu.”
“…..”
‘Bajingan ini mencoba memcari tahu sesuatu.’
Woo Jincheol yang kepalanya mulai berdenyut, mencondongkan gelasnya diam-diam. Namun dia tak peduli. Dan kemudian juniornya terus bertanya.
“Apakah kamu melihat sesuatu hari itu?”
“Hari apa?”
Woo Jincheol yang dengan sengaja melepas schimi-nya, tertawa dan berkata,
“Ah, kamu tahu itu. Hari pencuri itu menghilang. Apa kamu benar-benar melihat sesuatu? “
Terkadang pria ini mengeluarkan kata-kata yang tajam.
‘Bakat bagus untuk menjadi penjahat.’
Woo Jincheol yang sedang memikirkan hari-hari barunya, menjawab dengan sedikit senyum.
“Bagaimana jika aku melihatnya?”
“Benarkah?”
Mata junior yang tampaknya sudah mabuk, bersinar dan telinganya memerah. Dia adalah yang termuda dari usianya, lebih dekat dengan seorang siswa daripada pekerja sosial.
Dan entah kenapa, mungkin karena mabuk atau memang Woo Jincheol berniat mengatakannya.
Kisah yang tak dipercaya keluar dari mulut Woo Jincheol.
“Semut… monster semut.”
Gulp…
Detektif junior menelan ludahnya.
“Aku tak tahu persis apa yang aku lihat. Tapi bagiku, itu tampak seperti semut.”
“WTF, monster semut? Maksudmu semut besar?”
“Tidak,itu semut, tapi…”
Saat itulah.
Ketika Woo Jincheol hendak menjelaskan, seseorang tersandung dan langsung berkata.
“Apakah itu monster semut yang berambut seperti semut dan memiliki tubuh?”
Detektif Woo Jincheol dan juniornya memandang ke arah suara pada saat yang sama.



< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_251"