Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_252

gambar


SL 252

Apa tanah mengeras setelah hujan?
Kebenaran anak laki-laki yang awalnya dibentuk oleh keringat dan hasrat. Jauh lebih panas dan lebih lengket daripada perkataan lama itu.
“Teruskan!”
Tanah tempat kabut samar-samar menyebar, saat fajar sedang diinjak dengan giat oleh banyak orang.
 “Jin Woo, apa itu perlu?”
Jin Woo yang berlari di sebelah Choi Taewoong, menjawab dengan dingin.
 “Itu sepadan!”
“Baik! Huck, huck!”
Choi Taewoong berteriak keras, dan mempercepat sedikit larinya.
“Tujuan kita adalah memenangkan kejuaraan nasional!”
“Tujuan kita adalah untuk menjadi juara nasional.”
Semua anggota klub atletik yang mendengar itu, mempertanyakan slogan yang berbeda dari kemarin.
 “Bukankah kita bertujuan untuk memenangkan turnamen lokal?”
“Oh! Tujuannya layak untuk kartu As baru! Lagi! Tujuan kita adalah memenangkan kejuaraan nasional! ”
“Kejuaraan nasional!”
“Kejuaraan nasional!”
Sekilas.
Kapten melirik idola di belakangnya.
“Sangin, kamu menangis?”
“Oh tidak!”
“Jangan menjadi lemah, kartu As kelas dua! Meskipun Ace di lintasan telah berubah. Bagaimana kita bisa memenangkan kejuaraan nasional tanpamu? ”
“Aku akan bekerja keras, kapten!”
“Baik! Kejuaraan nasional, kejuaraan nasional! ”
“Kejuaraan nasional, kejuaraan nasional!”
“Kejuaraan nasional, kejuaraan nasional!”
Karena suasana di antara atlet yang berlari di sekitar lintasan lari bagus. Wajah Oh Younggil, yang telah diperkenalkan oleh Jin Woo, secara bertahap berubah menjadi lebih cerah.
Tapi..
“Hauh, Hauh, Hauh”
Napasnya kasar karena kelelahan berlari.
Walau begitu, dia tak menolak untuk masuk ke dalam klub atletik, dengan alasan agar bisa memperkuat tubuhnya.
Dia juga percaya, jika hanya masalah waktu, sebelum dia bisa terbiasa dengan ini. Tapi, tak mudah bagi Younggil untuk berlari bersama para senior yang telah berlari sejak lama.
Jin Woo lalu mengumpulkan Mana di ujung jarinya dan melemparkannya. Mana terbang seperti benih dandelion yang ditiup angin dan masuk ke hidung dan mulut Younggil.
“…?”
Efek Mana yang Jin Woo lepaskan adalah untuk memulihkan sementara kekuatan fisik, meningkatkan daya tahan otot, kecepatan, peningkatan fleksibilitas, dan pemulihan fisik.
Itu adalah hadiah yang dipenuhi dengan kebaikan untuk temannya.
Lagipula, efeknya sangat besar. Karena itu adalah hadiah dari seorang Monarch of Shadow.
 “Oh? Hah?”
Younggil yang mendapatkan buff, melebarkan matanya.
‘Kenapa kenapa? Aku … aku merasa panas!’
Kaki-kaki Younggil yang sebelumnya lelah, mulai mendorong tanah dengan kuat.
Pod, pod, pod!
Satu hingga dua senior di depannya mulai tersusul.
“Oh-oh!”
Segera,kegilaan Younggil dimulai.
‘Apa ?’
 Choi Taewoong yang terkesan dengan Younggil yang jauh di depannya, berteriak.
“Apa kalian akan diam ketika pemula sepertinya terbakar seperti itu?”
“Tidak!”
“Tidak!”
“Aku akan mengejar murid baru dengan kekuatanku, lakukan!”
“Lakukan!”
“Lakukan!”
Walau Jin Woo khawatir telah memberi terlalu banyak kekuatan untuk Younggil. Semangat yang kuat bisa dirasakan di lintasan lari hari ini.
***

 Park yang berada di dekat gerbang, melihat bagian lapangan yang dipenuhi oleh antusias latihan pagi. Dan tak seperti uang dia khawatirkan, Sung Jin Woo tampaknya beradaptasi dengan baik dengan kegiatan atletik tanpa masalah.
Kepala sekolah mengucapkan terima kasih padanya.
“Tuan Park selalu mengawasi Sung Jin Woo, direktur departemen atletik memberi tahuku.”
“Oh, ya!”
“Bukankah itu karena kamu, si pembuat onar itu menjadi sangat pendiam? Aku sangat senang memiliki Tuan Park.”
“Oh …”
Park yang hanya jatuh atau pingsan saat melihat Sung Jin Woo, hingga ingin berubah menjadi bonsai yang disiram oleh kepala sekolah.
Itu yang terjadi tadi pagi.
Park muak ketika dia berpikir tentang penghargaan kosong yang ia dapatkan dari kepala sekolah.
Dan karena itu.
Park berakhir mabuk, dia seakan tak punya wajah untuk menatap kepala sekolah lagi.
‘Kenapa aku membenarkan itu?’
Ketika Park terus memikirkan hari itu, dia selalu ingin menarik semua rambutnya. Dan saat itulah, di restoran tempat ia mabuk.
“Apa itu, monster semut yang memiliki tubuh seperti manusia?”
Kedua pria yang telah sedang mengobrol menoleh padanya pada saat yang sama, dan dia tiba-tiba tersadar dari mabuknya.
“Oh, maafkan aku, aku sangat mabuk. Tolong maafkan aku.”
Park menundukkan kepalanya dan membungkuk dengan sopan, dan kembali ke tempat duduknya. Tapi, Woo Jincheol memanggilnya.
“Tunggu sebentar.”
Ketika wajah Park yang memerah karena alkohol, menoleh ke belakang. Woo Jincheol menarik sebuah kursi di sebelahnya, dan meletakkannya di dekat mejanya.
 “Bisakah kamu memberitahuku lebih banyak tentang semut itu?”
‘Apa aku bisa mengatakan, jika aku melihatnya dari seorang siswa. Apa itu tak masalah?’
‘Apa aku harus ke psikiater?’
‘Orang tua mana yang menginginkan seseorang yang keluar-masuk psikiater, menjadi guru anak mereka?’
Park yang telah menderita, karena tak bisa meluapkan rasa frustasinya, mengatakan apa yang ia alami dengan berlinang air mata.
‘Aku akan mengatakannya, entah aku dianggap bodoh atau gila.’
Park lalu mengatakan semuanya diselingi dengan beberapa lelucon.
Setelahnya, Park hampir tak bisa mengangkat wajahnya karena malu. Tapi, kedua detektif di sampingnya mendengarkan dengan serius semua yang dikatakannya.
Tiba-tiba, Park ingin tahu tentang situasi mereka.
 “Tapi mengapa kalian berdua berbicara tentang monster di tempat ini?”
Woo Jincheol yang bertukar pandang dengan juniornya untuk sementara waktu, menjelaskan situasinya. Kecuali pengalamannya sendiri melihat monster semut itu.
“…Jadi, aku mendapatkan perintah penyelidikan dari atas. Tapi tak sulit untuk mendapatkan petunjuk apapun. Aku benar-benar mencoba untuk mencari jarum di tumpukan jerami saat ini.”
Woo Jincheol mengeluarkan kartu namanya dan berkata,
 “Aku ingin datang ke sekolah untuk kegiatan penelitian, apa tak masalah?”
“Oh, ya, tentu saja. Aku akan bekerja sama denganmu. Kamu bisa datang kapan saja.”
Minum berakhir dengan ceria.
Setelah beberapa saat, Park merasa khawatir, jika dia telah melakukan banyak pekerjaantanpa alasan yang jelas.
***

 “Aku akan melihatnya lagi…”
Saat ini, Park sedang menatap Jin Woo yang baru saja tiba di gerbang sekolah. Park terus memandang Jin Woo untuk sementara waktu. Tapi, dia tak bisa melihat hal-hal aneh sebelumnya. Dia kemudian menggelengkan kepalanya.
Kemudian dia berkata kepada guru yang menjaga gerbang bersamanya.
“Maaf, Tuan Yoon, tapi aku terlalu banyak minum kemarin.”
“Ha ha, Tuan Park juga. Tak masalah. Masuk dan istirahatlah. Aku akan berada di sini.”
“Ya terima kasih.”
Sebelum masuk,Park sekali lagi memandang Jin Woo, lalu berjalan pergi.
Jin Woo yang tak menunjukkan minat pada Park sampai sebelumnya, mengalihkan pandangannya ke arah Park pergi.
“…”
Saat ini, pandangannya terfokus pada seorang guru yang cukup eksentrik. Ini juga masalah yang memprihatinkan baginya.
Di daalam gelap.
Suara sang jenderal terdengar.
“Tuan … apa lebih baik menghapus ingatannya dan mengambil alih kekuasaannya?”
Ketika pertama kali kembali dari celah dimensi setelah perang.
Jin Woo yang sudah senang karena bisa menginjakkan kaki di kota kelahirannya setelah waktu yang lama, mendapat mendapat berita pahit dari agen Rulers.
Kekuatan Monarch dapat menimbulkan dampak luar biasa pada dunia, dengan cara yang sangat kecil. Jadi, Jin Woo berusaha menghindari campur tangan langsung sebanyak mungkin, kecuali untuk apa yang diperlukan.
“Kita hanya akan menontonnya sedikit lebih lama lagi.”
“Oke, Tuan.”
Jin Woo berbalik, dan kembali menatap guru yang menghilang tanpa kata-kata.
***

Woo Jincheol  yang ragu-ragu beberapa kali, kini ada di depan gerbang.
Sudah seminggu yang lalu, ketika dia menerima informasi yang tak terduga dari restoran favoritnya.
Sejak saat itu, banyak pemikiran yang terlintas di benaknya. Dan dia tak bisa berpura-pura mengabaikan omong kosong guru yang ia temui sebelumnya.
Tapi, koneksi yang tiba-tiba seperti inilah yang akan menuntun sebuah petunjuk valid.
‘Monster yang dilihat para pencuri, dan monster yang dilihat seorang guru dari siswa baru …’
Woo Jincheol menemukan hubungan yang halus antara keduanya.
Walau itu berasal dari iinsting detektifnya, yang mana secara teori tak bisa dijelaskan.
Masalahnya…
Ada satu tantangan terbesar yang belum bisa ia lewati.
Itu adalah..
“Apa yang harus kutanyakan kepada siswa itu?”
‘Aku tak bisa begitu saja bertanya kepada siswa bernama Sung Jin Woo itu, tentang monster. Hanya karena mendengar perkataan gurunya.’
‘Tapi, aku juga punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan.’
 “Apa aku harus bertanya ‘Apa kamu tahu sesuatu tentang Monster Bayangan?’ Atau ‘bagaimana dengan semut yang berdiri seperti manusia?’”
‘Aku tak bisa melakukan itu.’
Woo Jincheol yang kembali melihat ke dalam buku catatan yang berisi catatan investigasinya, menghela nafas.
 “Aku hanya akan terlihat seperti orang bodoh, jika menanyakan itu secara langsung … ”
Setelah lama khawatir, Woo Jincheol berbalik.
‘Lain kali aku akan datang dengan alasan yang tepat. Sepertinya, ini bukan waktu yang tepat.’
Woo Jincheol yang akan pergi dengan pemikiran seperti itu, menatap lantai tanpa sengaja.
Di antara para detektif, Woo Jincheol yang memiliki kepekaan dalam pengamatan tak akan melewatkan banyak hal. Dan baru saja, dia melihat bayangan bergerak dari satu pohon ke pohon yang lain, lalu bergerak ke arah dinding sekolah.
Woo Jincheol melihatnya dengan jelas.
Woo Jincheol lalu menoleh ke sekolah dengan perasaan merinding menyebar di sekujur tubuhnya.
“Itu… benar-benar nyata!”
Woo Jincheol telah mengambil keputusan.
‘Aku tak bisa mengabaikan ini.’
‘Jika saja aku tak melihat itu, aku mungkin sudah pergi.’
‘Aku harus menyelesaikan semua yang telah aku mulai. ‘
‘Aku harus tahu siapa monster bayangan itu.’
Woo Jincheol kemudian melangkah ke bagian dalam gerbang dengan wajah tegas.
***

Di waktu yang sama.
Jin Woo berbalik tajam saat mengikuti pelajaran geografi, di mana beberapa orang sudah menundukkan kepala mereka untuk tidur.
‘Apa dia melihatnya?’
Woo Jincheol, mantan Presiden Asosiasi Hunter.
Seharusnya tak ada orang yang ingat masa lalu. Tapi dia sepertinya bukan salah satu orang itu. Jin Woo menutup matanya dan mengingat ekspresi terakhir yang ia lihat dari Woo Jincheol.
Ketika Jin Woo mengatakan kepadanya jika dia akan berperang dengan Monarch sendirian. Woo Jincheol yang menangis masih terlihat dengan segar di benak Jin Woo.
Ketika Go Gunhee terbunuh ,suara yang meminta pembalasan untuknya juga tetap masih ada di pikiran Jin Woo.
‘Apa itu penyebabnya?’
Ini akan menjadi kunjungan yang cukup aneh, di saat dia sudah menjadi orang normal.
Anehnya, senyum yang muncul di mulut Jin Woo tak dengan cepat menghilang. Segera, ada ketukan di pintu kelas dan suara kaget dari guru yang sedang mengajar.
“D-Detektif?”
“Itu bukan masalah besar. Aku hanya perlu menanyakan sesuatu pada Sung Jin Woo.”
“Oh-oh!”
Perkataan detektif membuat anak-anak di dalam kelas menjadi ribut, dan tatapan mereka segera beralih ke Jin Woo.
‘Ini dia.’
Jin Woo yang telah menutup matanya sampai saat itu, tertawa dan membuka matanya.
Kemudian..
Woo Jincheol yang masuk ke dalam kelas, mendekati Jin Woo.
Sekilas, dia bisa tahu yang mana siswa bernama Sung Jin Woo, bahkan walau tak pernah bertemu sebelumnya.
 Ba bump, Ba bump ,Ba bump
Jantung Woo Jincheol mulai berlari.



< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_252"