Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_253

gambar


SL 253

Woo Jincheol membawa Jin Woo ke ujung lorong. Dia kemudian berhenti berjalan, ketika dia merasa jika orang lain tak bisa mendengar percakapan mereka.
Jin Woo yang diam-diam mengikutinya, juga ikut berhenti.
Jin Woo melirik kembali ke ruang kelas di belakangnya. Di sana, dia melihat teman-teman sekelasnya menunjukkan pandangan yang tak biasa.
Woo Jincheol pertama meminta maaf kepada Jin Woo, karena telah mengganggu sekolahnya.
 “Maaf aku memanggilmu ketika masih belajar.”
“Tak masalah.”
Walau Jin Woo memikirkan tentang guru yang bekerja keras. Sebenarnya, Jin Woo sudah merasa bosan mendengarkan penjelasannya.
Alih-alih merasa marah, Jin Woo malah menatap Woo Jincheol.
‘Woo Jincheol muda.’
Dia memiliki kepala yang lebih besar dan bahu yang lebih lebar, daripada Woo Jincheol yang Jin Woo tahu.
‘Yah, lagipula aku juga masih terlihat seperti seorang siswa SMA.’
‘Dia terlihat seperti seorang pria yang akan menakuti gangster, hanya dengan keberadaannya saja.’
Karena bertemu dengan wajah yang ia kenal setelah waktu yang cukup lama, Jin Woo tiba-tiba tertawa.
‘Bertahun-tahun..’
‘Tidak.’
‘Jika aku menghitung waktu di celah dimensi, sudah beberapa puluh tahun aku tak bertemu dengannya lagi.’
Jin Woo tak bisa menahan perasaan senang di wajahnya. Bahkan, walau dia tak ingin mengungkapkannya.
 “…?”
Tapi, berbeda dengan Jin Woo yang tersenyum bahagia, Woo Jincheol yang melihatnya, merasa malu dan bingung dalam waktu yang bersamaan.
Woo Jincheol bahkan berpikir,
‘Apa dia merasa bangga, karena dicari oleh seorang detektif?’
‘Tapi, apa tak masalah untuk bertemu dengan Detektif yang terlihat menakutkan sepertiku?’
‘Jika itu seorang siswa, bukankah mereka biasanya akan takut kepadaku?’
Tapi…
Siswa di depannya benar-benar berbeda, siswa ini hanya tersenyum lebar di hadapannya.
‘Siswa ini… ada sesuatu yang berbeda darinya.’
Woo Jincheol sudah merasakan itu, sejak dia memasuki ruang kelas. Tapi, dia masih belum bisa mengkonfirmasinya.
‘Aku telah bertemu banyak pembunuh yang membunuh beberapa orang dalam pekerjaanku,’
‘Dan aku juga sering bertemu dengan gangster yang sering bertarung di banyak tempat.’
‘Tapi, tak ada di antara mereka, yang memiliki mata yang tenang seperti anak ini.’
‘Bagaimana caranya dia bisa memiliki mata yang tenang seperti itu?’
Gulp..
Woo Jincheol menelan ludahnya tanpa sadar.
Jantungnya juga berdetak kencang, sejak bertemu dengan Jin Woo. Woo Jincheol lalu mengeluarkan buku catatannya, kemudian bertanya dengan maksud untuk menyelesaikan semua masalah yang terus berputar di kepalanya.
“Apa yang kamu pikirkan tentang bayangan… atau semut…”
Woo Jincheol yang tak bisa berbicara dengan benar, bahkan setelah dia membaca isi buku catatan itu, mengambil pena dari lengannya.
Woo Jincheol kemudian menggambar sesuatu, dan lalu menunjukkannya kepada Jin Woo.
“….”
Jin Woo tetap tenang dan tersenyum.
‘Ternyata dia hebat dalam menggambar,’
Pikirnya.
Apa yang digambarkan Woo Jincheol adalah sketsa penampilan ‘Ber’.
Sekalipun itu tak terlalu mirip, itu adalah gambara sosok yang memiliki kepala semut, tangan dan kaki manusia, kuku tajam, dan sayap semut panjang yang menempel di punggungnya.
Jika seseorang mengenal sosok itu, ini pasti bukan gambar yang bisa mereka lihat hanya dengan sekilas.
Woo Jincheol kemudian bertanya.
“Apa kamu ingat atau mengenal sesuatu dari gambar ini?”
Jin Woo menatap gambar itu dan melihat wajah Woo Jincheol yang sedikit memerah. Tak ada yang tahu betapa malunya Woo Jincheol saat ini. Tapi, dia telah bertekad untuk mencari tahu ingatan yang seakan tertahan di bagian dalam pikirannya.
Dia berjuang dengan keinginan untuk itu.
“Kamu tahu ini?”
Woo Jincheol bertanya sekali lagi. Dan tepat sebelum rasa tak aman yang mengalir keluar dari pertanyaannya, Jin Woo menjawab.
“Ya,”
Woo Jincheol merasa senang.
Jantungnya benar-benar berdebar dengan sangat kencang di dadanya saat ini.
“Oh, kamu tahu ini?”
Suara Woo Jincheol semakin keras. Tapi, berbeda dengan Woo Jincheol, Jin Woo terus berbicara dengan wajah dingin dan nada yang sangat tenang.
 “Ya.”
Mata Woo Jincheol bergetar.
‘Akhirnya.’
‘Aku menemukannya.’
Setelah menghela nafas, dia mencurahkan semua pertanyaan yang ia pendam secara berturut-turut.
“Apa monster semut ini, dan siapa kamu?”
Ketika Jin Woo sedikit menjauh dari Woo Jincheol yang bersemangat, Woo Jincheol menyadari kesalahannya dan mencoba menenangkan kegembiraannya.
“Maaf, aku terlalu bersemangat. Aku sudah mencari tahu tentang semua ini sejak lama, jadi….”
‘Satu per satu.’
‘Ayo cari tahu apa yang diketahui siswa ini, tentang monster bayangan itu satu per satu.’
‘Bukankah ini adalah kesempatan terbesarku?’
‘Jangan terburu-buru, tetaplah tenang.’
Woo Jincheol yang berhasil menenangkan diri, bertanya lagi dengan suaranya yang tenang.
“Jadi, kamu tahu gambar ini?”
“Ya.”
Jin Woo mengangguk dan menjawab dengan ekspresi alami.
“Bukankah ini monster dari drama TV yang sering kita lihat? Seperti pengendara bertopeng?”
“Oh…”
Sebuah desahan kecil keluar dari mulut Woo Jincheol, merasakan kesedihan. Karena dia telah membuat istana pasir yang sepanjang hari, tapi tersapu ombak seketika.
Kekecewaannya sangat besar, semua karena harapannya yang luar biasa.
Tangan Woo Jincheol yang memegang notebook, jatuh ke bawah secara alami. Wajahnya juga terlihat sangat lelah. Seolah-olah dia tak memiliki kekuatan untuk menahannya.
Dia marah pada anak laki-laki yang telah memberinya harapan. Tapi apa yang bisa dia lakukan lagi saat ini?
Wajah Woo Jincheol tersenyum lebar.
“Terima kasih atas waktumu.”
“Sudah berakhir?”
“Ya, aku sudah bertanya apa yang ingin aku tanyakan,”
Jin Woo lalu berkata kepada Woo Jincheol yang mencoba untuk memasukkan buku catatannya.
“Bisakah kau memberiku gambar monster itu?”
Ketika Woo Jincheol melihat wajah Jin Woo, dia tersenyum.
Woo Jincheol menatap gambar sebentar, kemudian merobeknya dari notebook dengan rapi dan memberikannya kepada Jin Woo.
“Ini.”
“Terima kasih.”
Seolah-olah dia tak ingin mendapatkan lebih banyak penyesalan, Woo Jincheol berbalik. Segera setelah dia bertukar salam dengan Jin Woo.
“…..”
 Jin Woo terus tinggal di tempat dan mendengar langkah kaki Woo Jincheol yang menuruni tangga.
Diam-diam.
Ygritte muncul dari bayangan yang menyebar perlahan di samping Jin Woo.
“Tuan.”
“Hmm?”
“Mengapa Anda tak mengatakan yang sebenarnya kepadanya?”
Ygritte yang memiliki ingatan sebagai seseorang, lebih tahu dari siapa pun betapa sedih dan susahnya kehilangan ingatan. Jadi di matanya, ini seperti kesempatan besar bagi Woo Jincheol untuk kembali mengingat.
Setidaknya untuk satu orang saja.
“Bukankah lebih baik untuknya, mengetahui bagaimana Tuan telah menyelamatkan dunia ini?”
Suara Ygritte terdengar sedikit sedih. Tapi Jin Woo menggelengkan kepalanya.
“Mereka mengatakan, melupakan sesuatu adalah berkat yang diberikan Tuhan kepada manusia.”
Bahkan jika itu adalah hasil buatan dari ‘Artefak Dewa’.
Jin Woo telah memutuskan, jika dia tak punya hak untuk menanamkan kembali sebuah kenangan kelam kepada seseorang.
‘Ini urusan Tuhan.’
Itulah alasan kenapa Woo Jincheol, dikirim Jin Woo kembali.
“Benar.”
“Ya.”
Tiba-tiba Jin Woo menatap tangan kirinya.
Bekas serangan Monarch of Dragon. Yang meninggakan luka bakar di tangan kirinya itu, tak bisa kembali ke semula.
‘Kenangan tak terlupakan yang mirip dengan bekas luka tangan ini. ‘
‘Adalah luka yang tak akan terhapuskan.’
‘Aku harus minta maaf, aku tak mau Woo Jincheol mendapatkan kenangan buruk itu.’
Tak ada jejak penderitaan dari Dungeon dan Monarch dalam ingatan siapa pun sekarang. Jadi Jin Woo juga tak ingin meninggalkan kenangann tentangnya di kepala Woo Jincheol.
“Oke, Tuan.”
Dia kembali ke bayangan, seolah-olah dia telah diyakinkan oleh Jin Woo.
Jin Woo yang melihat ke bawah tangga untuk waktu yang lama, berbalik untuk memasuki kelas.
***

 Ketika tiba waktunya untuk beristirahat, perhatian anak-anak terfokus pada Jin Woo. Anak-anak seperti apa yang akan diam saja, setelah melihat situasi seperti drama. Di mana detektif masuk ke kelas selama kelas?
Jadi, wajar jika semua perhatian diberikan pada karakter utama saat ini.
Gadis-gadis yang mulai tertarik pada Jin Woo berkumpul sekaligus. Dan daerah sekitar Jin Woo menjadi lebih ramai dari biasanya.
“Apa itu?”
“Kenapa dia mencarimu, Jin Woo?”
Jin Woo yang mendengarkan minat teman-temannya ini, hanya tersenyum saja.
 “Aku ingin tahu apa itu.”
“Wow, sayang.”
“Apa kamu dekat dengan detektif?”
“Aku ingin menjadi seperti Jin Woo.”
Ketika minat anak-anak berlanjut ke arah yang tak terbayangkan, Jin Woo mulai kesulitan untuk menahan tawa.
‘Kenapa matamu bersinar di sana, Younggil?’
Namun, terima kasih atas kunjungannya, tembok-tembok tak kasat mata dari anak-anak yang mengalami kesulitan berteman dengan Jin Woo, telah sedikit rusak.
Pada saat ini, para gadis mulai mengatakan kata-kata yang ingin mereka tanyakan.
“Anak-anak bilang kamu sangat kuat?”
“Apa kamu yakin? Jin Woo, apa kamu selalu berlatih?”
“Oh, aku melihat Jin Woo berlari dengan kakak kelas di klub atletik.”
“Wow, lihat pundaknya yang lebar.”
Jin Woo dikelilingi oleh wanita, sedang berjuang untuk mencari cara diam-diam kembali ke kursinya.
Bahkan 4 orang yang mengganggunya kembali lagi.
“Hei, bagaimana kabarmu? Kenapa kamu didatangi polisi.”
Keempat orang itu kembali mendekati Jin Woo. Dan karenanya, para gadis mulai melangkah mundur dengan tenang.
Nam Junsik, peringkat tertinggi di antara empat orang itu, menepuk bahu Jin Woo yang telah disentuh para gadis, dan mengangkat mulutnya.
 “Apa aku harus melakukan permainan kekasaran, atau kamu akan menjawab?”
‘Teruslah memukul dan itu hanya akan melukai tanganmu.’
Jin Woo menatapnya dengan sangat menyedihkan.
Tangan kawan yang memukul Jin Woo mulai terasa sakit. Dan karena reaksi Jin Woo juga masam, itu membuat wajah Nam Junsik berangsur-angsur memerah.
“Oh, tapi mengapa mata bayi ini begitu besar?”
Tangan Nam Junsik menyapu meja Jin Woo.
Buku teks, catatan, kotak pensil, dll.
Berjatuhan di lantai karena itu.
Sepuluh juta Shadow Army yang telah menyaksikan gangguan ini dari balik bayangan, mulai menjadi tak sabar.
Nam Junsik melihat Jin Woo yang wajahnya mengeras saat ini, dan kemudian meraih lehernya.
 “Apa? Cobalah. Membuat kesan yang baik.”
Kemudian..
Lengan besar yang datang dari atas melilit leher Nam Junsik.
 “Puff!”
Dan wajah yang dikenalinya Nam Junsik muncul..
“Apa yang kamu inginkan dengan Ace kami ini?”
Itu adalah siswa sekolah menengah pertama yang berada di kelas tiga, Choi Taewoong, yang berada di kelas tiga klub atletik.
Empat orang yang mengelilingi Jin Woo kini memucat.
Jin Woo yang berdiri diam, mengambil kotak pensil yang telah terbang sebelumnya. Jika ada noda pada kotak pensil yang Jin Ah berikan sebagai hadiah masuk SMA. keempatnya mungkin tak akan aman saat ini.
Jin Woo bertanya,
“Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan di sini?”
“Apa yang aku lakukan di sini?”
“Aku datang untuk menghentikan empat orang idiot sebelum Ace-ku membunuh mereka.”
“Jangan bercanda.”
“Ha ha ha ha!”
Choi Taewoong yang tubuhnya sangat besar, tertawa.
“Aku lupa memberitahumu, jika kamu mulai latihan hari ini. Dan aku yakin, kamu dan aku akan bersenang-senang hari ini.”
Jin Woo menoleh ke Younggil, dan Younggil mengangguk.
“Ya.”
“Lalu aku akan menunggu kalian berdua sepulang sekolah.”
Jin Woo memanggil para senior yang ingin meninggalkan kelas tertawa.
“Kemana kamu akan membawa mereka?”
“Ha ha, orang-orang ini?”
Choi Taewoong bertukar pandang dengan Jeonggu.
“Yah, apa yang kamu lakukan?”
“Apa kamu ingin aku sedikit bermain denganmu?”
“Oke…gg!”
Dalam waktu singkat, suara mereka mulai menjauh dari ruang kelas.
***

 Ding Dong Ding Dong Ding Dong.
Sepulang sekolah, setelah beberapa deringan bel terdengar. Jin Woo bergegas pergi menuju gerbang dengan klub atletik. Dan berkat dukungan Jin Woo, Younggil telah terbiasa berlatih dan telah belajar kesenangan berkeringat.
Jin Woo lalu mengobrol dengan pria muda yang keluar dari gerbang, dengan berbagai saran kepada seniornya.
Itu adalah rutinitas yang damai seperti biasa.
Nam Jungsik yang ada di depan, menoleh ke Jin Woo.
 “Apa yang mereka lakukan hari ini? Apa aku harus dengan serius mengingatkan mereka, untuk tak mencari masalah padamu?”
Jin Woo menjawab dengan wajah yang tenang.
 “Tak masalah.”
“Aku khawatir, mereka akan melukaimu sebelum pergi ke kompetisi.”
Jin Woo tersenyum.
 “Aku akan memastikan itu tak akan menjadi masalah.”
Kemudian..
Seseorang yang berada di luar gerbang tiba-tiba memanggil Jin Woo.
“Hunter Sung Jin Woo.”
Karena waktu telah berhenti.
Jin Woo berdiri dan perlahan-lahan berbalik ke arah di mana suara itu terdengar. Dan di sana, ada Detektif Woo Jincheol yang telah menunggu Jin Woo.
Suara Jin Woo bergetar.
“Bagaimana kamu…”
 Setelah mendengar jawaban Jin Woo, mata Woo Jincheol yang yakin, memerah.
“Kamu dulu... kamu Hunter, juga.”



< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_253"