SL_262
SL 262
Ada seorang detektif di Departemen Kepolisian Pusat yang
disebut Ghost.
Lee Sehwan, seorang detektif baru yang melamar ke departemen
kriminal melalui lamaran umum tahun ini. Dia sudah sangat penasaran dengan
‘Ghost’ sejak awal.
Tingkat penangkapan yang ia lakukan, adalah 200 persen.
Walau tak bisa dibandingkan dengan ‘Ghost’, yang bisa
membuat para penjahat terlihat seperti domba kecil di hadapannya. Kinerjanya
masih bisa dibilang layak.
Bagi petugas polisi di sekitar sini,’Ghost’ adalah subjek
kerinduan dan legenda.
‘Apa benar dikatakan, meskipun
dia dapat promosi. Dia menolak dipromosikan, agar bisa berkonsentrasi pada
pekerjaan ini?’
‘Walau tak ada yang
akan menolak untuk dipromosikan, tapi itu bukan untuknya. ‘
‘Tapi, jika hanya
setengah dari rumor itu benar, itu pasti detektif yang hebat.’
Lee Sehwan yang datang karena iri pada detektif bernama
‘Ghost’ itu, menelan ludahnya. Ketika dia melihat-lihat kantor, untuk melihat
siapa yang menjadi detektif yang dikabarkan.
Orang-orang yang memiliki kesan kuat, seperti para detektif
yang hidup dengan para penjahat yang kejam. Dan para prajurit mengirimkan
pandangan tajam kepada Lee Sehwan saat itu.
Dan Lee Sehwan merasa tak akan aneh, jika salah satu dari
mereka adalah seseorang yang disebut ‘Ghost’.
‘Tapi, mata semua
orang …’
Daripada khawatir tentang para veteran itu, Lee Sehwan lebih
khawatirkan, apakah bisa bertahan atau tidak di sini.
“Uh… apa kamu masih baru hari ini?”
Lee Sehwan yang melompat karena suara yang terdengar dari belakangnya
tanpa peringatan, memberi hormat dengan pandangan tergesa-gesa.
“Ya, Tuan!”
“Oh, kamu tak perlu gugup. Kita semua dalam satu keluarga
sekarang.”
Seorang pria paruh baya yang memegang dua cangkir kopi,
menyerahkan salah satunya pada Lee Sehwan.
“Ini adalah layanan anggota baru.”
“Ah, terima kasih, terima kasih!”
Lee Sehwan menerima kopi dengan kepala tertunduk.
Saat itu, dia merasa seperti menerima panggilan telepon dari
keluarga, setelah dia mengatakan ingin tinggal sendiri di tempat terpencil.
‘Apa karena aku merasa
sedikit santai dengan secangkir kopi hangat?’
Lee Sehwan yang sedang menyeruput kopi dan menatap matanya, bertanya
kepada seniornya yang baru saja membagikan kopi padanya.
“Aku… senang berkenalan denganmu. Mohon bantuannya di masa depan.”
“Oh, itu milik ’Ghost’ itu?”
“Puhhhh!”
Lee Sehwan nyaris tak bisa menahan dengan kopi yang akan
keluar dari mulut dan hidungnya.
“Dia seorang pemula, dan kita memberinya nama panggilan. Tapi
siapa sangka yang nama itu akan menjadi terkenal. Dan kamu sepertinya pernah
mendengarnya, bukan?”
“Ya ya.”
Melihat Lee Sehwan yang menganggukkan kepalanya
berkali-kali, seniornya tertawa.
“Kopi yang aku berikan padamu, sebenarnya untuknya.”
Senior yang pergi ke dalam lorong tertawa dan mengangguk
padanya.
“Harimau itu berkata dia akan datang, jika kamu memintanya.”
Lee Sehwan yang tak mengatasi rasa penasarannya, bergegas
keluar dari lorong dan memutar kepalanya ke arah yang ditunjuk seniornya.
Lalu di sana, dia melihat seorang pria datang mendekat
perlahan dari ujung aula.
‘Dia adalah orang yang
…’
Pria itu jelas tak tergesa-gesa. Tapi ketika Lee Sehwan
tersadar, pria itu sudah ada di depannya. Dan dia merasakan perasaan tertekan.
Lee Sehwan kemudian terus menatap seorang detektif senior,
yang satu kepala lebih tinggi dari dirinya yang setinggi rata-rata seorang pria
Korea. Dan dia merasakan tekanan aneh, yang sepertinya membuatnya tersedak.
‘Jadi ini ‘Ghost’ dari
Divisi Pusat.’
Lee Sehwan menjadi sangat yakin jika rumor yang beredar
adalah kebenaran. Dia juga merasa, jika nama panggilan itu bukan sekedar nama
yang diberkan bagi pendatang baru saja.
“T-Tuan.”
“Oh, ya. Apa kamu bekerja di sini?”
“Siapa, apa dia orang baru?”
“Ya, ya, dia adalah Lee Sehwan.”
Jin Woo yang menyapa seniornya yang ada di sebelah Lee Sehwan.
Dengan celah pendek, dia melewati Lee Sehwan yang membeku, dan meletakkan
tangannya di pundaknya.
“Kamu bisa memberinya pelajaran, nanti.”
Orang yang membeku mengangguk dengan satu senyuman, saat
mendengar seniornya berkata seperti itu.
“Oh, aku pergi, aku
pergi.”
Jin Woo yang merasa bersalah, karena melupakan seniornya, mulai
berjalan dan meninggalkan junior barunya yang masih membeku.
‘Dia tak marah, karena
aku sudah minum kopinya, bukan?’
Ketika ide seperti itu terlintas di kepalanya, Lee Sehwan bertanya
dengan mendesak.
“T-tuan! Kemana kamu
akan pergi?”
Tapi alih-alih menjawab, pertanyaan lain muncul.
“Kenapa kamu menjadi polisi?”
“Oh, aku….”
Lee Sehwan yang ragu-ragu, teringat mimpinya berjuang dengan
para survivor di bumi selama beberapa tahun.
“Aku ingin menangkap
orang jahat.”
“Ya?”
Jin Woo yang mendengarnya melambat saat bertukar pertanyaan
dengan pendatang baru itu, dan akhirnya berhenti.
“Aku ingin melakukan itu.”
Ketika Lee Sehwan mengangkat kepalanya, Jin Woo menunjukkan
senyum yang unik.
‘Apa itu?’
‘Itu senyum yang bisa
menghibur hanya dengan melihatnya saja.’
Jin Woo yang menatap yang juniornya, tertawa dan
melanjutkan.
“Itu alasan yang bagus untuk menjadi polisi.”
Kata itu membuat hati Lee Sehwan berdenyut.
‘Aku senang.’
‘Untuk pertama
kalinya, aku berpikir jika waktu yang dihabiskan di bumi bukanlah pemborosan
hingga saat ini.’
‘Aku harus belajar
cara menangkap penjahat.’
‘Bagaimana mungkin
seorang petugas polisi tak dapat melakukannya?’
“Kamu mau pergi?”
Lee Sehwan menjawab dengan wajah bersemangat, terhadap
pertanyaan yang ia tunggu.
“Tentu saja, Tuan!”
***
Lee Sehwan yang kelelahan sepanjang hari untuk menangkap
para penjahat, tertidur di mejanya. Walau dia masih harus menulis laporan,
tentang para penjahat yang ia tangkap.
Tlak..
Jin-woo menghentikan tangannya menulis buku itu, dan menatap
kembali Lee Sehwan, yang sedang tidur dengan mengantuk.
“Kamu menangkap perampokan bersenjata dengan tangan kosong, itu
menakjubkan.”
Setelah sekian lama, Jin Woo alami tersenyum mendengar itu.
“Hhhh.”
‘Bagaimana bisa,
seorang yang melawan penjahat menakutkan seperti itu, bisa tersenyum?’
Wajah Jin Woo lalu mengeras, setelah mendengar pertanyaan
juniornya.
“Mengapa kamu tertawa?”
“Maaf, maaf.”
“Lalu lain kali…”
Saat jari-jari Jin Woo naik ke keyboard lagi.
‘Tuan, Anda harus menyerahkan pekerjaan seperti itu kepada
kami …’
Jin Woo mendengar suaranya dari dalam bayangan.
Sangat mudah untuk menggunakan Shadow Army. Tanpa mengajari
anggota baru dan menyuruh mereka menangkap penjahat. Dia mungkin bisa membersihkan
seluruh Korea sekaligus, dengan melepaskan hampir 10 juta Shadow Army dan menangkap
semua penjahat.
‘Tapi, bagaimana
dengan kekacauan dan ketakutan yang mengikutinya?’
‘Semuanya harus seimbang.’
Jadi, Jin Woo menggunakan kekuatannya sebanyak mungkin, agar
tak akan ada kejutan bagi masyarakat. Dan karenanya, kejahatan yang
terorganisir di Korea hampir menghilang.
Dan juniornya juga masih belum bisa keluar dari mimpinya.
Jin Woo lalu mendengar suara lain yang berasal dari satu
sisi kantor.
“Detektif, bukankah ini kasus bunuh diri?”
“Tidak, aku tahu pikiranmu, temanku. Tapi aku sudah
menjelaskannya padamu! Semua buktinya… ”
“Lihat, teks ini! Apa kamu pikir itu adalah teks yang akan
dikirimkan seseorang yang akan bunuh diri dalam tiga jam?”
“Ha?”
‘Apakah namanya mirip
dengan nama saudaranya?’
Jin Woo prihatin tentang percakapan antara dua orang yang
belum terjadi sama sekali. Detektif yang bekerja terlalu keras bereaksi dengan
gugup.
“Hei, teman. Bukankah bunuh diri yang asli itu tak
direncanakan, tapi spontanitas…”
“Dapatkah aku melihatnya?”
Detektif itu terkejut pada Jin Woo yang datang dari belakang
tanpa ragu-ragu.
Detektif ini adalah orang-orang yang dapat melihat, apakah
orang tersebut telah melakukan kejahatan. Bahkan, jika mereka bertemu sekali
atau belum pernah sama sekali.
Dan karena para detektif tak bisa mengenali pendekatannya, mereka
selalu menjuluki Jin Woo sebagai ‘Ghost’.
“Detektif Sung…”
Si detektif membalikkan punggungnya dengan malu, dan melihat
kembali harapan yang datang ke wajah temannya yang datang.
“Ah…”
Seorang detektif memiliki intuisi, jika posisinya akan
menjadi sulit setelah kedatangan Jin Woo. Dia lalu menyerahkan file terkait ke
Jin Woo dan mengeluarkan rokoknya.
“Detektif Sung, jangan
buat aku menjadi lebih berantakan.”
“….”
Namun, Jin Woo tak peduli dengan permintaannya dan
membalikkan file.
Si Detektif yang akan menyalakan sebatang rokok, melangkah
mundur dengan perasaan kaget, saat melihat Jin Woo sangat fokus.
“Dia seperti orang yang berbeda, ketika dia fokus pada
sesuatu … ”
Seolah-olah untuk menenangkan dadanya yang gemetar, detektif
itu mengisap asap rokok yang telah dibakar.
Wanita yang ditemukan di bak mandi meninggal, karena
pendarahan luka besar, akibat luka di pergelangan tangannya.
Pisau yang digunakan untuk menyayat pergelangan tangan,
ditemukan di kamar mandi. Dan sama seperti biasa, hanya ada sidik jarinya yang
tersisa, tanpa ada sidik jari orang lain.
‘Korban tewas, sepertinya
seseorang yang cerdas, yang juga menderita depresi.’
‘Bukan hal yang aneh
bagi detektif, untuk mengkonfirmasinya sebagai kasus bunuh diri.’
Jin Woo lalu mengembalikan file itu kepada seniornya.
“Tak ada yang aneh.”
“Ya, kan?”
Detektif itu mengambil file itu dengan semacam kegembiraan.
“Tapi…”
“Tapi?”
JIn Woo menunjukkan ekspresi serius kepada wajah seniornya
yang bertanya dengan hati-hati.
“Aku akan mengeceknya.”
“Oh….”
‘Ghost’ mencium
sesuatu yang salah.’
Melihat bagian belakang Jin Woo yang berjalan menuju teman
orang yang terbunuh, menunggu dengan gugup. Detektif itu menggaruk punggungnya
dan bergumam pada dirinya sendiri.
‘Bukankah dia bilang
sudah benar-benar lelah tadi?’
Seorang teman almarhum yang menjatuhkan pandangannya ke
lantai, mengangkat kepalanya, saat mendengar suara Jin Woo.
“Aku Detektif Sung Jin Woo. Bisakah aku berbicara denganmu
sebentar?”
Teman itu mengangguk dengan wajah seram, yang merupakan
campuran dari harapan dan kesedihan.
“Ya!”
***
Di rumah yang tenang,
kosong tanpa kehadiran seseorang.
Bayangan hitam bangkit dari lantai.
Itu adalah Jin Woo.
Saat ini, dia berada di apartemen yang terlihat sedikit
lebih besar, untuk hidup sendiri.
‘Masih ada kehangatan
di apartemen ini.’
Saat ini masih larut malam.
Itu gelap, tapi tak perlu menyalakan lampu. Semua karena Jin
Woo bisa melihat dengan jelas, tak peduli siang atau malam hari.
Jin Woo lalu pergi ke kamar mandi, tempat yang merupakan
alasan kedatangannya. Bau darah tebal yang tak bersih, menusuk hidungnya.
Berdiri di depan tempat, di mana seseorang bertekad untuk
mati, Jin Woo terus menatap bak mandi. Darah di sekitarnya begitu tebal, hingga
dia merasakan sakitnya orang yang mati di sana.
Tapi…
JIn Woo hanya bisa membayangkan rasa sakit, dan tak bisa
merasakannya.
‘Bagaimana orang hidup
memilih untuk mati? Apa mereka tak tahu betapa menyakitkan kematian itu?’
‘Yah, semuanya tak
tahu.’
‘Kebanyakan dari
mereka tak tahu itu…’
Jin Woo yang membungkuk menatap darah, mengingat surat
terakhir yang orang ini kirim ke temannya.
Surat itu penuh antisipasi, untuk pertemuan dengan seorang
teman yang akan segera datang. Seperti kata temannya, itu tak dilihat sebagai
pesan seseorang yang akan segera mati.
‘Mungkin dia juga
ingin percaya, jika dia tak mau memilih untuk mati, tanpa kata perpisahan kepada
teman dekatnya.’
‘Pasti seperti itu.’
‘Kita semua tidak tahu
apa yang ingin dikatakan orang mati.’
‘Yah, sebagian besar.’
Tapi…
Jin Woo punya cara untuk mendengar suara orang mati.
Lagipula, dia adalah King of Death.
Jin Woo lalu memberi perintah.
Darah yang telah mengeras, berubah menjadi cairan merah
gelap dan mulai mengalir.
Jejak darah yang hanya jejak. Kini berkumpul dan menjadi
genangan darah yang mendidih. Darah bergerak sendiri seolah-olah itu hidup, dan
itu berkumpul dan membentuk sesuatu.
King of Dead, Monarch of Shadow, telah memberikan perintah
absolut yang tak bisa untuk tidak dituruti oleh mereka.
Ya, itu adalah…
“Bangkitlah.”
Post a Comment for "SL_262"
comment guys. haha