SL_263

SL 263
Shadow seorang wanita dewasa yang belum melepas masa
gadisnya bangkit dari genangan darah.
“Erm..”
Bayangan wanita yang darahnya menetes dari ujung rambutnya
yang panjang, melihat sekeliling. Seolah-olah, situasinya membingungkan dan dia
mengerang kesakitan.
“Aaaaah.”
Dan itu terasa menyakitkan, karena ingatan akan kematiannya
masih tetap utuh.
Jin Woo lalu menenangkan Shadow sekali lagi, dengan
otoritasnya sebagai seorang Monarch of Shadow.
“Jangan takut.”
‘Kamu sekarang keluar
dari tali kekang kehidupan dan penderitaan.’
Suara hangat Monarch, membuat wanita itu berangsur-angsur
menjadi tenang. Untuk bayangan seorang wanita telanjang, sama seperti dia
ketika dia meninggal.
Jin Woo membuat pakaian untuk menutupi dirinya, dengan
menggunakan aura kegelapan.
“Ah!”
Bayangan wanita itu lalu memeluk bajunya dengan hati-hati,
dari atas bahunya.
‘Namanya Seo Jinyi.’
Jin Woo yang memberinya nama menggunakan nama aslinya,
setelah dihidupkan kembali sebagai Shadow. Dan dia mulai mengajukan pertanyaan.
“Apa kamu… apa kamu
bunuh diri?”
Shadow atau Seo Jinyi, mengangguk.
Jin Woo yang membungkuk untuk menyamai ketinggiannya, menatap
wajah Shadow itu dan bertanya dengan pelan.
“Mengapa?”
Kemudian…
Bibirnya bayangan wanita yang seolah-olah itu adalah es, terbuka.
“Aku…”
***
Ding dong.
Dengan bel pintu di larut malam, seorang pria paruh baya,
mengembalikan bingkai foto putrinya ke meja.
‘Siapa yang berkunjung
pada jam sepert ini?’
Pikir pria paruh baya itu.
Dia lalu memiringkan kepalanya dan berdiri di depan
interkom.
Pada layar dari luar pintunya, ada seorang pria berpakaian
jas rapi. Jika dia ditanya apa yang aneh darinya, itu adalah sarung tangan
hitam yang hanya dikenakan di tangan kirinya.
Pria paruh baya itu lalu menekan tombol panggil tanpa ragu.
Pria di balik pintu mengeluarkan ID Card-nya dan
menunjukkannya pada pria paruh baya.
“Detektif, Sung Jin Woo. Aku perlu menanyakan sesuatu
tentang putrimu. Bisakah kamu memberiku waktu sekarang?”
‘Gambar di ID Card dan
wajah di layar sangat cocok.’
Pria paruh baya yang sadar jika pemuda itu detektif. Lupa jika
ini sudah terlambat baginya untuk menerima tamu. Dan dia segera membuka pintu.
“Apa kamu sudah mendapatkan hasilnya? Bagaimana putriku
mati?”
Jin Woo yang menatap ayah Seo Jinyi, Seo Gyunam menggelengkan
kepalanya.
“Belum ada kesimpulan yang bisa ditarik. Tapi, aku memiliki
beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan tentang putrimu.”
Kepada ayah Seo Jinyi yang sedikit kecewa dengan kenyataanm jika
tak ada yang terungkap.
Jin Woo bertanya padanya dengan tenang.
“Maukah kamu ikut
denganku?”
Seo Gyunam yang tampaknya khawatir untuk sementara waktu, membuat
pandangan sedih sebelum menjawab.
“Ya, tentu saja. Jika aku dapat membantumu mencari tahu,
alasan kematian putriku.”
Dia keluar, mengunci pintu dan berbalik ke Jin Woo dan
berkata.
“Ayo pergi.”
Jin Woo mengangguk sebentar dan berbalik.
“Ya.”
***
Tak seperti Seo Gyunam yang mengira dia akan pergi ke kantor
polisi, keduanya ternyata pergi ke kafe terdekat.
Ketika ditanya mengapa kafe, Detektif muda di depannya hanya
samar-samar mengatakan,
“Aku butuh tempat untuk berbicara dengan tenang.”
Dan seperti itu.
Jin Woo dan Seo Gyunam duduk saling berhadapan di tengah
meja. Jin Woo lalu bertanya pada Seo Gyunam,yang memiliki ekspresi berat.
“Seseorang seperti apa dia itu?”
“Ya?”
“Siapa yang dendam pada putrimu?”
Seo Gyunam yang memahami maksud dari pertanyaan itu
terlambat, melambaikan tangannya.
“Tidak tidak.”
Seo Gyunam menundukkan kepalanya, dan mulai menangis saat
menjawab.
‘Setelah… entah berapa
lama?’
Seo Gyunam yang pundaknya berhenti gemetaran, perlahan
mendongak.
“Maaf, Detektif, aku
masih tak percaya putriku pergi ke sana…”
“Kamu sangat membantu nona Jinyi.”
“Ya, kamu tahu, dia bukan putriku sendiri. Tapi aku lebih
sayang dan cinta kepadanya, daripada pada putriku sendiri.”
Pria itu menelan kesedihannya dengan tatapannya yang jatuh.
“Jika kamu bisa
mengatakan kepadaku, jika itu menyakitkan. Itu sulit untuk dilakukan.”
Tak seperti Seo Gyunam yang menunjukkan ekspresi emosional
yang kuat. Jin Woo menatapnya dengan mata dingin dari awal hingga akhir. Lalu
mengeluarkan ponselnya.
“Aku sedang mencari barang-barang putrimu, ketika aku
menemukan file suara ini.”
“Ya?”
“Dengarkan.”
Jin Woo menekan tombol putar dan suara bayangan yang telah
direkamnya keluar.
“Aku…”
Itu adalah bukti pelecehan mengerikan yang diterimanya dari
ayah tirinya, sejak kecil.
Di sepanjang kesaksiannya.
Mata Seo Gyunam yang baru saja bertindak sebagai ayah yang
sedih akan kehilangan putrinya sampai sekarang, terus-menerus bergetar.
Dia percaya jika dia dengan sengaja memasukkannya ke sebuah
universitas di daerah terpencil, agar lolos dari kasus pelecehan yang ia
lakukan. Tapi, ketika dia mulai percaya itu bisa berhasil, saat dia ingin
melihatnya lagi, anak tirinya itu malah memilih kematian.
Dia bunuh diri.
Dan dia adalah pria yang telah mendorongnya, hingga sejauh
ini.
Beep..
Ketika file suara yang diputar berakhir, Seo Gyunam
mengangkat wajahnya yang mengeras.
“Kenapa … kenapa kamu memberitahuku?”
Seo Gyunam adalah pria yang terlihat lebih cepat mengerti
daripada yang lain.
Jika…
‘Jika tujuannya untuk
menangkapku, Detektif ini pasti akan membawa beberapa petugas polisi lagi dan
memborgolku segera.’
‘Tapi, kenapa detektif
ini datang dan membawaku ke kafe dan mengatakan, ‘
‘Jika dia membutuhkan
tempat yang tenang untuk berbicara alih-alih langsung menahanku.’
Tentunya, ada sesuatu yang aneh dari detektif di depannya
ini, itulah yang Seo Gyunam rasakan. Dan si detektif yang tanpa ekspresi seolah
merespons intuisi pria paruh baya itu, akhirnya tersenyum.
“Kamu punya dua pilihan.”
‘Aku punya pilihan!’
Dalam kata-kata Jin Woo yang memberikan harapan dalam krisis
keputusasaan, Seo Gyunam memegang tinjunya.
Jin Woo lalu melanjutkan.
“Yang satu adalah
mengakui semua dosa dan menyerahkan diri.”
“Dan … yang satunya?”
“Kamu bisa membayar harga yang wajar, alih-alih mengakuinya.”
Seo Gyunam
mengertakkan giginya untuk menahan tawa yang akan meledak keluar dari lubuk
hatinya.
‘Ya Tuhan.’
‘Pasti ada lubang
langit runtuh, apa yang sebenarnya aku harapkan ini.’
Dia mulai bersyukur, saat detektif mulai menunjukkan sisi
buruknya sebagai seorang manusia!
Dia telah menjalani kehidupan sebagai dokter. Dia juga bisa
membayar polisi, agar mereka melakukan apa pun yang ia inginkan.
Tanya Seo Gyunam yang berusaha menyembunyikan senyumnya.
“Berapa banyak yang
kamu inginkan?”
“Cukup.”
Jin Woo tertawa getir dan memasukkan ponselnya kembali ke
sakunya. Jin Woo yang tahu berapa banyak orang yang telah menyesali pilihan
ini, tersenyum pada orang di hadapannya.
Tapi, ekspresi Jin Woo berubah dalam sekejap.
“Dengarkan aku.”
Wajah Jin Woo yang tak memiliki senyum, mengeluarkan energi
yang mengerikan.
“Sebenarnya ini bukan dunia yang kamu tinggali, tapi dunia
lain yang baru saja aku buat.”
Tanah orang mati yang mana orang hidup tanpa izin dari tuan
tanah, tak bisa masuki.
‘Area sabatikal/ dunia
bayangan.’
“Mulai sekarang, itu adalah nama penjara yang akan memenjaramu.”
Jin Woo menambahkan dengan tenang.
Tiba-tiba, sikap Jin Woo dan penjelasannya yang sulit
dimengerti, membuat Seo Gyunam takut.
“Tidak, Detektif. Apa-apaan itu…”
“Pikirkan tentang itu.”
Di mata penuh tekanan Jin Woo, Seo Gyunam mulai bernapas
kasar.
“Bisakah kamu ingat, bagaimana kamu sampai kemari?”
Dan pria itu akhirnya mengerti.
Dengan rasa dingin di bagian belakangnya, Seo Gyunam
memperhatikan keanehan di sekitarnya.
‘Bagaimana ?’
‘Mengapa kafe yang
terang ini, tak ada orang yang terlihat, kecuali dirinya dan detektif yang tak
dikenal ini?’
‘Jika detektif ini
pemiliknya, atau bahkan jika tidak ada pemiliknya. Bukankah seharusnya ada
orang yang lewat di jalan, di luar?’
Tapi tak ada tanda-tanda seseorang di dalam gedung atau di
balik dinding kaca.
“Oh…”
Ketika dia baru saja memperhatikan apa yang terjadi padanya.
Segalanya telah berlalu, dan kegelapan mulai menyebar. Yang tersisa dalam
kegelapan hanyalah sebuah meja dan dua kursi. Dan hanya dirinya dan detektif
yang duduk di kursi.
“Oh, aah!”
Seo Gyunam yang berdiri dari kursinya, melangkah mundur
dengan wajah biru.
“Apakah kamu! Apakah ini mimpi? Mimpi?”
Seo Gyunam berjuang melawan Jin Woo. Namun langkah mundurnya
tak berlangsung lama.
Took…
Dia menoleh dan merasakan kengerian sesuatu yang keras, seperti
dinding di belakangnya. Dinding itu bergerak.
Tidak, itu semut raksasa yang berdiri kokoh, seperti dinding
tak bergerak.
Semut meletakkan wajahnya di depan mulutnya dengan tenang, mengangkat
jarinya dan…..
“Shh…”
Pada saat itu.
“Eup! Eup! ”
Lusinan lengan semut, terulur dari dalam kegelapan. Semua
itu menangkapnya dan menyeretnya ke suatu tempat.
Dia mungkin akan menderita kematian yang mengerikan, tapi
dia tak akan bisa menutup matanya dengan mudah.
Hukumannya akan terus berlanjut, karena keberadaan Algojo
dan Healer terbaik.
-Kieeeeek!
‘Ber’ membungkuk kepada Tuan-nya dengan cara picik, dan
kembali ke kegelapan.
“….”
Jin Woo yang menatap diam-diam ke arah hilangnya Seo Gyunam,
perlahan bangkit.
Kali ini bukan di depan, tapi di belakang.
Sosok lain yang bersembunyi di kegelapan dan mengawasi
semuanya berjalan keluar.
Itu adalah Jinyi.
Jin Woo tahu jika rasa sakit korban tak akan hilang. Bahkan,
jika dia memberikan rasa sakit kepada pelakunya.
‘Tapi jika ini bisa
sedikit menghibur …’
Jin Woo mendekatinya dan meletakkan ujung jari di kepalanya,
dan menghapus ingatan akan ayah tirinya.
“Terima kasih, Tuan.”
Shadow itu menundukkan kepalanya ke Jin Woo beberapa kali.
***
Keesokan harinya.
Jin Woo memanggil teman Jinyi.
“Keadaan menunjukkan, jika kemungkinan pembunuhan itu tipis.
Dan penyelidikan akan segera berakhir.”
Temannya yang menatap Jin Woo dengan tatapan keras, bertanya
lagi dengan perasaan sedih.
“Apakah benar, tak ada kemungkinan lain 1 persen saja?”
Alih-alih menjawab, Jin Woo menggerakkan kepalanya ke kiri
dan kanan dalam diam.
Kepala teman Jinyi jatuh. Dia menelan kata-katanya yang
ingin dikatakan, dengan wajah sedih.
“Lalu Jinyi…”
Jin Woo yang menatapnya sebentar, kemudian menunjukkan
padanya hadiah yang dibungkus kertas kado yang lucu.
“Apa?”
“Apa ini namamu?”
“Ya.”
Hadiah yang dipersiapkan korban untuk teman ulang tahunnya.
Dan hadiah yang tak bisa ia berikan ke temannya. Kini itu telah disampaikan.
“Apakah ini benar-benar….”
“Ya, aku pikir Jinyo ingin hadiah itu sampai kepadamu.”
“Oh terima kasih.”
Teman Jinyi menangis, dan dengan tulus berterima kasih
kepada Jin Woo. Itu adalah hadiah yang disiapkan Jinyi, satu jam sebelum
menyayat pergelangan tangannya.
‘Jika ayah tiri-nya tak
memberinya kabar, bisakah mereka menikmati pesta ulang tahun seperti yang
direncanakan?’
Jin Woo yang bingung oleh berbagai pemikiran itu, mengalihkan
pandangannya, dan merasakan getaran dari dalam sakunya.
“Tunggu sebentar.”
Begitu Jin Woo berbalik dan menjawab telepon, dia meminta
teman Jinyi untuk menunggu.
“Hyung-nim!”
Suara yang bagus terdengar dari penerima.
“Aku, Yoo Jin Ho!”
Post a Comment for "SL_263"
comment guys. haha