Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_266

gambar


SL 266

Suho melihat sekeliling, setelah kegelapan panjang yang seperti terowongan.
Itu sama seperti berada di dalam koridor bangunan yang sangat tua.
Satu-satunya cahaya yang menerangi lingkungan, adalah obor di satu dinding.
‘Apa-apaan ini?’
Cahaya gelap membuatnya melihat sekeliling dengan mata sipit.
‘Pintu keluar… ‘
‘Tertutup.’
Suho yang meraba-raba dinding keras yang menghalangi di belakangnya, menggelengkan kepalanya.
‘Tak ada ruang lain di balik dinding.’
“Tak ada pilihan lain, selain terus maju.”
Api obor terus berkedip-kedip.
Suho lalu mengambil obor yang ada di dinding dan melihat ke depan.
Kemudian…
 “Wow.”
Dia melihat senjata di kedua dinding yang tertata dengan sangat rapi.
Pedang panjang, Dagger, busur, tombak, dll.
Ada begitu banyak senjata yang berbeda di sana. Mereka berbaris tanpa henti. Seolah-olah menunggu tuan, yang akan menggunakan mereka dalam kegelapan.
Saat Suho terus melihat-lihat senjata itu, dia menelan ludahnya tanpa sadar.
‘Mengapa senjata-senjata ini ada di sini? ‘
Pikirnya.
‘Itu sudah jelas.’
“Untuk dipakai …”
Mata Suho menjadi lebih berhati-hati daripada sebelumnya. Dia tak tahu mengapa dipindahkan ke sini. Tapi jika ada jalan keluar di ujung jalan ini. Senjata yang ia ambil di sini, mungkin akan menjadi penjaga hidupnya.
Tapi dia juga merasa aneh.
‘Perasaan apa yang membangkitkan semangatku ini?’
Jantungnya yang tak menggila saat bermain dengan teman-temannya, atau ketika dia memainkan permainan yang mereka rekomendasikan, mulai berdebar saat ini.
Matanya juga berkilau, karena kegembiraan saat dia menatap senjata.
‘Bagus …’
Setelah memeriksa senjata yang tertata, dia berbalik ke arah yang berlawanan. Dan melihat lagi dengan hati-hati lagi.
Ada beberapa yang cocok dengannya, tapi tak ada yang lebih baik daripada ‘itu’. Dengan obor di dinding belakang Suho sangat berhati-hati saat mengenakan ‘itu’ di kedua tangannya.
Klik..
 Sarung baja pas dengan tangannya, seolah itu memang sengaja dibuat untuknya sejak awal.
Tak seperti senjata lain yang membutuhkan kemahiran, kedua tangan merupakan senjata yang paling akrab dan paling kuat bagi Suho.
‘Ini dia.’
Suho melipat jarinya satu per satu, untuk melihat apakah Gauntlet-nya sudah pas atau belum.
Kemudian..
“…!”
Obor di depannya semuanya menyala. Dan itu menunjukkan lorong yang sangat panjang.
Jalan itu, seperti jalan rahasia di sebuah kastil tua, membentang terus kedepan tanpa henti.
‘Sesuatu akan segera dimulai setelah ini.’
Suho menenangkan jantungnya dan hendak melangkah maju. Tapi tiba-tiba, dia memerhatikan Dagger yang ditempatkan di sebelah gauntlet. Tapi itu hanya sesaat.
‘Siapa yang menggunakan senjata yang terlihat sangat lemah itu?’
Sepasang Dagger itu ditinggalkan olehnya.
***

Suho berjalan dengan sangat hati-hati saat menyusuri lorong.
“Apa ada orang di sana?”
Dia memanggil, tapi tak ada jawaban.
‘Tidak, bahkan tak ada tanda-tanda mahluk hidup di sini.’
‘Berapa lama aku sudah berjalan?’
Meskipun lelah, Suho masih tetap sadar dan tak menurunkan penjagaannya.
Obor yang berkilau terus menerangi bangunan kuno, dan patung dekorasi full armor yang memenuhi dinding dengan erat.
‘Kastil macam apa ini?’
Suho menjadi semakin ingin tahu, tentang di mana dan mengapa ia dipanggil ke sini.
 Tapi…
‘Tunggu.’
Suho merasakan sesuatu, dia berbalik lalu berdiri di depan dekorasi full armor.
Anehnya, postur patung yang memakai full armor ini tampak sedikit berbeda, dari saat dia baru saja lewat.
‘Apa ini… bukankah dia tak mengangkat pedangnya seperti ini, sebelumnya?’
 Ujung pedang itu menghadap ke lantai saat ini.
Suho memiringkan kepalanya dan mengambil langkah ke depan. Dan pedang itu jatuh lurus ke hadapannya.
Clang !
Jika dia tak menahan pedang dengan Gauntlet-nya, pedang itu pasti akan membelah kepala Suho menjadi dua bagian.
“Apa ini?”
Tanpa kesempatan untuk terkejut, prajurit yang menjatuhkan pedang itu segera mengarahkan pedangnya ke leher Suho.
 Clang ! Clang ! Clang !
Benturan pedang dan Gauntlet membuat suara dentingan logam.
Setelah helmnya hancur, prajurit itu berhenti bergerak.
“Huh, huh, huh.”
Suho terengah-engah, dan mengunakan jari-jarinya untuk mendorong armor jatuh.
Untungnya, dia tak terluka. Tapi, jantungnya seakan bisa meledak kapan saja saat ini.
‘Tunggu.’
‘Bagaimana jika ini bukan satu-satunya yang bisa bergerak?’
‘Dan jika mereka semua memusuhiku?’
Patung prajurit yang mengenakan armor yang telah dilewati Suho sebelumnya, menatapnya.
‘Ini ternyata bukan satu-satunya yang bisa bergerak.’
Dan para prajurit itu sekarang berada di hadapan Suho.
Suho penasaran kenapa ini terjadi.
Creack, Creack, Creack
Dengan derit dari setiap sendi di armor-nya. Satu per satu, patung prajurit mulai turun dari tempatnya. Senjata di tangan mereka juga bersinar terang.
 “Oh….”
‘Aku seharusnya memilih senjata yang bagus tadi.’
Suho menelan sedikit penyesalan di benaknya, dan meremas tinjunya. Baru setelah itu, patung armor berlari menuju Suho.
***

 Bang !
5Suho merobohkan prajurit armor terakhir, dan suara itu datang lagi.
[Level-Up!]
[Level saat ini: 19]
“Huh-huh.”
Suho yang sedang membungkuk untuk mengatur pernapasannya, mendongak. Setelah pesan terdengar. Dan anehnya, kelelahannya hilang saat itu.
Bukan hanya itu saja.
Suho yang telah mengatur napasnya, juga merasakan sensasi aneh.
Whoosh !
“….!”
Tinjunya ditembakkan seperti peluru.
Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan kekuatan misterius.
“Aku mengerti.”
‘Sederhana saja.’
‘Aku akan lebih kuat, saat aku naik level. Setelah mengalahkan patung armor hidup ini.’
‘Tentu saja, lebih mudah untuk menjatuhkan monster.’
‘Latihan yang sangat berguna.’
Suho melihat kembali ke lorong yang telah dilaluinya.
Dan di sana, ada tumpukan armor yang sudah rusak. Hingga sulit untuk mengenali wujud awal mereka.
Suho merasa bersalah untuk itu.
“Maafkan aku …”
Walau begitu, Suho berharap dia bisa menaikkan levelnya sedikit lagi. Dia ingin menjadi sedikit lebih kuat.
‘Tapi…’
‘ Setiap jalan pasti memiliki ujung.’
Suho menatap pintu besar di depannya.
Saat level naik, dia sudah merasakan kehadiran yang kuat dari balik pintu ini. Itulah sebabnya, pertumbuhan bahkan lebih mengecewakan baginya.
Seperti yang telah ia pelajari, Suho memejamkan mata dan mengambil napas dalam-dalam, dan segera mendorong pintu dengan kedua tangannya.
Creack..
Pintu yang berat bergerak terbuka.
Di dalamnya ada ruangan besar, yang terlihat seperti singasana dalam istana. Ketika dia mengikuti pilar-pilar yang berjajar di sisi ruangan, dia lalu mengarahkan pandangannya, ke tahkta yang berada di tengah.
Saat itu Suho menjadi tegang.
Dia melihat monster armor sedang duduk di atas takhta.
Dia juga merasakan kekuatan yang berbeda dari monster itu.
 ‘Itu dia …’
 Ini adalah sumber dari sensasi menakutkan, yang bisa dirasakan Suho dari luar pintu.
Monster itu lalu bangkit perlahan dan berjalan menuruni tangga.
Seorang Knight hitam.
Itu seorang Knight hitam dengan hiasan bulu merah di helmnya.
Energi yang Suho rasakan pada pandangan pertama, membuatnya tubuhnya terasa bergetar.
Tapi…
Entah bagaimana, dia juga tertawa.
Suho merasa sangat senang, dan seakan tak bisa menahannya lagi.
Slash !
Knight itu mulai menghunus pedangnya. Sebelum pedang itu keluar, dia juga sudah berlari.
Saat Suho mencoba lari.
Knight hitam sudah lebih dekat dengannya.
Pedangnya melintas dan bersinar.
“Hah?”
Cahaya yang terang, lalu menyinari penglihatannya.
***

“Huck!”
Suho melompat.
Dia melihat sekeliling dengan gugup, tapi tak ada Knight hitam di sana.
‘Tidak, ini bahkan bukan ruangan tempat dia berada sebelumnya.’
Suho kembali pada titik, di mana dia mulai bergerak.
‘Apa ini?’
Suho kehilangan kekuatan pada kakinya, dan kemudian terduduk.
Masih menyeramkan baginya, saat mengingat Knight itu menghunus pedangnya.
‘Aku pikir, aku akan mati tadi.’
 “Jadi, apa aku harus pergi ke sana lagi?”
Suho yang bangun dengan keluhan, menyadari apa yang harus ia lakukan. Kemudian, dia melihat obor di titik awal. Tapi ada yang berbeda di sana.
Salah satu dari tiga obor biru mati saat ini.
‘Apakah ini suatu kebetulan?’
‘Tidak.’
Senjata yang ada sebelum titik awal, level yang naik dengan menangkap monster, dan tubuh yang menjadi sekuat jumlah level.
Tak ada kebetulan dalam bentuk apa pun.
Sebuah pencerahan kecil melewati pikiran Suho.
‘Aku pikir, aku tak akan mati di sini …’
‘Di tempat yang aneh ini, tak ada konsep rasa sakit atau kematian. Dan nyala obor yang menunjukkan kesempatan.’
‘Ketika ketiga api mati… ‘
‘Aku bahkan tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi.’
Kemudian.
‘Aku harus lebih hati-hati.’
Mata Suho menjadi jauh lebih menakutkan, daripada ketika pertama kali ia memulainya. Sekali lagi, dia bertekad untuk tak melewatkan kesempatan kali ini.
Bang !
Suho bersumpah untuk menerbangkan monster armor yang datang padanya.
***

“Aaaaaaaaa.”
Suho yang kembali ke titik awal, berguling-guling di lantai.
Bukan karena itu menyakitkan. Itu karena dia tak puas, setelah membuang kesempatan lain.
Air mata turun dari mata Suho yang menghadap lantai.
Dia sangat kesal.
Setelah beberapa menit, dia mendongak. Sekali lagi, jumlah api biru berkurang lagi.
‘Hanya ada satu obor biru yang tersisa.’
 “Knight hitam itu, bukankah dia terlalu kuat!”
Ada celah yang begitu besar, hingga dia selalu membuat kesalahan. Keseimbangan yang tak adil.
Suho tak pernah bisa mengalahkannya, jika seperti ini.
“Aaaaaaaaaaa.”
Suho berguling-guling di lantai lagi.
Untuk waktu yang lama, dia menatap ke arah lorong, di mana para prajurit armor sudah berkumpul lagi. Dari mana mereka berasal, armor itu muncul lagi dan kembali ke tempatnya.
 “Apakah kamu tak lelah?”
Ini adalah ketiga kalinya dia melihatnya. Dan sekarang ini, saat yang tepat untuknya menyadari sesuatu.
 “Haa…”
Suho mendesah saat para prajurit itu turun.
“Oh?”
Sesuatu muncul di kepalanya.
Kepala Suho kembali ke monster-monster armor.
‘Kapan mereka kembali?’
Awalnya, dia mengira jika monster ini akan kembali, karena dia telah kembali ke titik awal.
‘Tapi, bagaimana jika itu diregenerasi pada waktu tertentu?’
Suho tiba-tiba menjadi sangat senang.
Ba bump ba bump ba bump
Sinar cahaya mulai muncul dari matanya.
‘Ayo selesaikan ini.’
Suho memukul monster-monster di pintu masuk dan menghancurkan mereka. Lalu, dia kembali ke titik awal dan menunggu.
Dia duduk bersandar ke dinding dan menyaksikan perubahan pada monster.
Setelah sedikit menunggu.
Srrrrp.. Srrrrrp…–
Monster armor yang mati berubah menjadi pasir satu per satu, dan terserap ke tanah.
Dan…
Mata Suho melebar.
“…!”
Pasir ditumpuk lagi di tempat mereka berdiri sebelumnya. Dan setelah itu, monster baru diciptakan.
“Baiklah!”
Suho mengangkat tinjunya.
Ini jawaban yang ia cari.
‘Makhluk-makhluk yang dapat membantu naik level ini, sepertinya sangat membantuku menjadi kuat. Setelah periode waktu tertentu.’
‘Yang harus aku lakukan adalah, mengalahkan orang-orang ini dan mencapai gerakan Knight hitam yang mengerikan.’
Suho tersenyum, dan berdiri.
Di matanya, percikan api berkobar, dan monster armor bergidik karena itu.
***

 Level 70.
Tak peduli berapa banyak lagi dia mengulangi perburuan, levelnya tak naik lagi. Tapi itu sudah cukup.
Perlahan, kabut hitam naik dari pundak Suho.
Suho belum tahu identitas kabut hitam, tapi dia bisa menyadari sesuatu darinya.
Energi kabut hitam ini melimpah dan sulit dikendalikan, adalah sebuah fakta.
Suho membuka pintu ruangan tempat Knight hitam menunggu. Berbeda dengan dua pertempuran sebelumnya, kali ini seorang Knight hitam telah menyambutnya di dekat pintu.
Suho tersenyum.
 “Kamu sudah menunggu lama?”
Knight hitam itu menghunus pedang bukannya menjawab.
‘Kenapa tidak?’
Knight hitam itu tampak tersenyum.
Suho yang memiliki kekuatan level 70, melepaskan tenaga yang berkumpul di tubuhnya ke setiap arah sejenak. Tanah berguncang dan batu melompat dari tanah.
Dia lalu berkata.
“Ini giliranku.”




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_266"