ARK_V02E03P01 Nodelesse, Kota di Dasar Lautan
3. Nodelesse, Kota di Dasar Lautan (1)
Ark melangkah dengan riang gembira.
Hal ini dikarenakan oleh telepon yang diterimanya pagi ini.
"Apakah ini wali dari Nyonya Park Somi?"
Saat itu, dia ketakutan mendapatkan telepon dari rumah
sakit.
Sejak ibunya sakit, Ark selalu mendapatkan kabar buruk dari
rumah sakit. Mulai dari berita ibunya mengalami kejang, atau telepon yang
mengingatkan untuk membayar tagihan. Semuanya, bagi dirinya adalah berita
buruk.
Tanpa sadar, Hyun Woo menjadi grogi menjawab telepon itu.
"Y-ya, kenapa?"
"Akhir-akhir ini, kondisi dari nyonya Park Somi
meningkat. Oleh sebab itu, dokternya menganjurkan jika mulai saat ini akan
lebih baik, kalau terapi rehabilitasi dimulai."
"I-ibu sudah baikan?"
"Ya, prosedur semacam ini membutuhkan persetujuan dari
keluarganya. Aku menelepon untuk mengetahui keputusanmu, mengenai penanganan
Nyonya Park Somi selanjutnya."
"Jika terapi rehabilitasi adalah yang terbaik maka
lakukan saja."
"Baik, untuk melanjutkannya kehadiran Anda diperlukan
di rumah sakit, untuk menanda-tangani beberapa berkas persetujuan. Aku juga
akan menerangkan mengenai program rehabilitasi yang nanti akan dilakukan
beserta biayanya."
Itu adalah berita terbaik yang diterimanya sepanjang tahun
ini.
Sudah lima tahun semenjak ibunya dirawat di rumah sakit.
Setelah menjalani operasi di sekujur tubuhnya, termasuk otaknya, ibunya
mengalami koma selama dua tahun. Setelah tersadar, dia sama sekali tak bisa
menggerakkan anggota badannya.
Lebih parah lagi, ibunya beberapa kali mengalami kejang,
hingga tak sadarkan diri selama beberapa hari. Ketika itu terjadi, Hyun Woo
akan memegang tangan ibunya sepanjang malam, dan akan selalu terjaga hingga
ibunya tersadar.
"Penyebabnya adalah stress karena trauma mental."
Dokter hanya menjelaskan semacam itu mengenai kejang-kejang
ibunya.
Stress, untuk dokter adalah kata yang sangat banyak
fungsinya. Karena, hal itu bisa dihubungkan dengan segala jenis gejala
penyakit.
"Tak banyak yang bisa dilakukan sekarang, kita hanya
bisa menanti hingga kondisinya membaik."
Dokter hanya menyarankan untuk menunggu ibunya, mencapai
kondisi yang lebih baik. Walau hanya menunggu saja, biaya yang dikeluarkan Hyun
Woo mencapai 3 hingga 4 juta Won per bulannya. Meski begitu, demi ibunya, Hyun
Woo tetap bisa bertahan.
Ketika kondisi ibunya memburuk, dokter hanya bilang untuk
bersiap-siap untuk yang terburuk. Hyun Woo hanya bisa menggeram dalam hati,
karena memang tak banyak yang bisa ia lakukan, untuk membuat kondisi ibunya
membaik.
Di rumah sakit, seorang pasien dan keluarganya tak mempunyai
banyak pengaruh.
Tiap kali ibunya kejang dan kesakitan, Hyun Woo hanya bisa
memegang erat tangan ibunya, sambil menangis dan berdoa kepada Tuhan yang ia
sendiri tak percayai.
Dia tak tahu apakah doanya manjur atau tidak, tapi setelah 4
tahun hal ini berlangsung akhirnya muncul harapan akan kondisi ibunya. Sejak
tahun lalu, kondisi ibunya berangsur-angsur membaik.
Bagi ibunya, mengangkat posisi tubuhnya dari berbaring ke
duduk, membutuhkan usaha besar. Tapi, karena usahanya sekarang, dia bisa duduk
dan makan sendiri.
Dan lagi, sejak tahun lalu, ibunya tak lagi kesulitan untuk
berbincang-bincang dengan Hyun Woo. Dokter yang sebelumnya mengandalkan
alasan-alasan umum untuk kondisi ibunya pun sekarang sudah mengatakan, jika
kondisi ibunya sudah siap untuk direhabilitasi.
Hal ini menunjukkan, jika kesehatan ibunya sudah berubah
drastis ke arah yang lebih baik.
Hyun Woo sangat riang hatinya. Dengan semangat, dia berjalan
ke rumah sakit sambil membawa keranjang buah ke ruangan ibunya.
"Ah, Hyun Woo."
Begitu memasuki ruangan, ada pria paruh baya yang berdiri di
samping ibunya dan menyapanya.
"Halo, Detektif Gwon."
"Ya, sudah cukup lama semenjak terakhir kita bertemu.
Bagaimana kabarmu?"
"Baik seperti biasa."
"Hari ini adalah jadwal rutinku memeriksakan diri ke
rumah sakit, jadi aku sekalian mampir."
"Tak apa-apa detektif, Anda tak butuh alasan apapun
untuk berkunjung."
Detektif Gwon langsung memerah karena malu dan dia sedikit
terbatuk.
"Ahem, silahkan kalian mengobrol, aku akan keluar
sebentar."
Pria paruh baya bernama Detektif Gwon ini keluar ruangan, walau
dengan terpincang-pincang.
Hyun Woo tertawa sembari memegang tangan ibunya.
"Ibu, aku sudah mendengar dari dokter, katanya
akhir-akhir ini kondisimu meningkat pesat ya."
"Ya, kondisi tubuhku sudah lebih baik. Aku juga merasa
lebih baik sekarang."
Hyun Woo merasakan jika ibu memaksakan dirinya untuk
tersenyum riang, untuk menyenangkan dirinya. Tapi, kerut di wajahnya tak bisa
menyembunyikan rasa sakitnya.
Melihat penampilan ibunya saat ini, hati Hyun Woo menjadi
sedih. Umur ibunya sudah 40 lebih, tapi sebelum terjadi kecelakaan, banyak
orang memuji ibunya sangat cantik. Akan tetapi, setelah lima tahun
sakit-sakitan dan dirawat di rumah sakit, penampilannya sudah sangat jauh dari
pesonanya dulu.
'Tak peduli apapun
caranya, aku harus mengembalikan kondisi ibuku seperti sedia kala.'
Hyun Woo bersumpah dalam hatinya, bahkan jika hal itu
meminta nyawanya, dia akan dengan senang hati menukarnya.
Melihat ekspresi Hyun Woo yang sedikit tertekan, ibunya
merasa sedih dan berkata,
"Aku minta maaf, seharusnya ibulah yang merawatmu nak,
bukan sebaliknya..."
Ibunya selalu mengucapkan hal ini, tiap kali Hyun Woo
menjenguknya.
Hyun Woo tak pernah mengatakan apapun masalah yang
dihadapinya, kepada ibunya. Namun ibunya tahu, betapa berat usaha dan
penderitaan yang dijalani anaknya selama ini.
Setelah dia dirawat di rumah sakit, kerabatnya hanya
menjenguk satu-dua kali saja. Mereka juga cuma mengobrol mengenai sulitnya
kehidupan di masa sekarang dan hal-hal yang tak masuk akal lainnya, sebelum
pergi.
Ibu Hyun Woo tahu, jika tak mungkin kerabatnya mau
menanggung biaya perawatannya yang besar. Kerabat itu pula yang membuat anaknya
menjadi orang yang tertutup seperti sekarang.
Akhirnya, semua beban itu jatuh ke pundak Hyun Woo.
Ibu Hyun Woo juga pura-pura tak tahu mengenai hal ini. Dia tak
ingin membuat anaknya lebih sedih lagi, karena mengetahui, jika ibunya sedih
melihat dirinya berkorban untuknya.
"Sudahlah bu, jangan khawatir. Ibu hanya perlu berkonsentrasi
untuk menyembuhkan diri. Lagi pula, aku sudah bukan anak kecil lagi. Aku sudah
22 tahun. Aku bahkan sudah punya penghasilan sendiri."
"Kamu benar, kamu bukan anak kecil lagi."
Sembari mengelus pipi Hyun Woo, suara ibunya menjadi serak
dan matanya basah karena emosi.
Lima tahun...
Bagi orang setuanya yang merasa hari ini sama saja dengan
kemarin, waktu ini tidaklah lama. Tapi bagi anaknya yang sebelumnya masih SMA,
5 tahun adalah waktu di mana dirinya mengalami perubahan paling besar sebagai remaja
menjadi dewasa.
Dia merasa pilu, melihat anaknya menanggung beban kehidupan
sedini itu, dan terus menjaganya selama 5 tahun terakhir ini.
Hyun Woo lalu tersenyum dan mencoba mengganti topik.
"Sepertinya Detektif Gwon rutin datang kemari."
"Benar, aku sangat berterima kasih padanya. Sudah lima
tahun semenjak kejadian itu..."
"Ya, aku juga akan sangat kesulitan tanpa kehadiran
Detektif Gwon saat itu."