ARK_V04E02P03
2. Bounty Hunter (3)
Tentu saja, Skull sama sekali tak membantu. Tik mungkin
Skull yang berguling di tanah, bisa merangkak naik ke atas pohon, yang bahkan
Ark tak bisa panjat. Skull juga tak bisa menahan panah untuk melindungi Ark.
Pada akhirnya, tak ada perbedaan, apakah Skull ada di sana atau tidak.
Mungkin karena alasan itu, para bandit tak memperhatikan
Skull. Sementara Ark dan Skull berlari-lari dalam kebingungan seperti itu, HP-nya
dipangkas sedikit demi sedikit, dan dia jatuh ke dalam kondisi kritis.
Kekhawatiran memenuhi wajah Ark.
Lawannya bukanlah monster biasa. Jika dia mati di tangan NPC
bandit, ada kemungkinan 60% jika dia akan menjatuhkan equipment-nya.
"Aku marah, tapi bertahan hidup adalah prioritas
utama!"
"Skull Unsummon!"
Ark mengembalikan Skull kembali ke Netherworld dan mulai
melarikan diri.
"Kamu pikir kami akan kehilangan seekor ikan yang sudah
ditangkap?"
Para bandit benar-benar tak bisa dianggap enteng. Mereka
menggunakan tanaman merambat yang tergantung di mana-mana untuk bergerak dari
cabang ke cabang seperti Tarzan, saat mereka menembakkan panah.
Ark menyelinap di antara pohon-pohon sambil menghindari
panah. Tapi pada akhirnya, dia tertembak panah lagi di lututnya dan roboh.
"Dapatkan dia!"
"Selesaikan itu!"
'Arghh, sial... Apakah
aku benar-benar akan mati dari bandit level 70? '
Ark menggertakkan giginya, saat melihat para bandit mendekat,
ketika dia tiba-tiba melihat benda yang dikenalnya di salah satu cabang pohon.
Itu adalah benda cokelat yang tampak seperti bola rugby, yang tergantung
terbalik di cabang pohon. Ark tahu benda apa itu.
Mereka adalah lebah madu yang mendiami hutan New World,
sarang lebah Lebah Merah.
Pada masa-masa awal perjuangannya di Pegunungan Argus, ada
saat ketika dia hampir mati setelah mengetahui jika bahan tingkat atas, madu,
dapat diperoleh dari sarang Lebah Merah. Dan dia dengan gegabah masuk.
"Bagus, dengan ini semua atau tak sama sekali!"
"Panggil Skull! Pada akhirnya, aku hanya bisa
bergantung padamu!"
Ark meraih Skull dan melemparkannya dengan seluruh
kekuatannya. Skull terbang dalam garis lurus dan menabrak sarang lebah. Sarang
lebah bergetar hebat, dan kemudian Lebah Merah mulai mengalir keluar berbondong-bondong.
Berdengung dengan agresif, para Lebah Merah mulai menyebar, wajah para bandit
menjadi pucat.
"Sial, Lebah Merah!"
"L-lari! Ini akan berakhir, jika kamu tertangkap!"
"Aaaaah!"
Ketika Lebah Merah bergegas masuk, para bandit berteriak sambil
melarikan diri ke segala arah. Salah satunya diserang oleh Lebah Merah dan
jatuh ke tanah. Kemudian Lebah Merah mengerumuni awan seperti dan menurunkan HP-nya
ke bawah dalam sekejap.
Sementara itu, Ark mengirim Skull kembali ke Netherworld dan
berlari ke hutan. Terlambat menemukan Ark, Lebah Merah mengerumuninya.
Ark telah jatuh ke dalam kondisi kritis, sehingga skill
gabungan Indomitable Will dan Body, Adrenaline diaktifkan. Berkat itu, Movement
speed-nya telah meningkat secara dramatis. Tapi, dia tak bisa lari dari Lebah
Merah sepenuhnya. Suara mendengung mendekatinya, sampai tepat di belakangnya.
‘Itu ada di sekitar
sini, bukan? '
Ark berlari di hutan seperti orang gila. Setelah beberapa
menit berlalu seperti itu, hutan tiba-tiba menghilang dan sebuah danau yang
luas muncul. Itu adalah danau yang ia temukan, tak lama setelah memasuki Hutan
Tua.
"Itu dia!"
Ark segera melompat ke danau.
"Wah …!"
Lebah Merah berseliweran di atas permukaan selama 10 menit,
sebelum pergi. Jika tak ada danau di dekatnya dan jika dia tak memiliki Mermaid
Scale, dia akan mati tenggelam.
Pertama, Ark memulihkan HP-nya sambil membuat dan memakan
makanan menggunakan Cooking Survival.
"Sialan! Itu menyakitkan. Itu sangat sakit! Bajingan
itu! Aku tak akan memaafkan mereka!"
Di-summon kembali, Dedric terbang dengan marah.
Ark merasakan hal yang sama.
Memikirkan pertempuran barusan, dia tiba-tiba teringat
memori yang tak menyenangkan, ketika dia masih muda. Kenangan ketika dia
memasuki sekolah dasar. Ark adalah anak yang sangat pendiam. Dan pada usia itu,
selalu ada anak nakal yang menggertak anak-anak seperti itu. Ada juga preman
seperti itu di kelas Ark.
Anak nakal itu melecehkan Ark, kapan pun mereka bisa.
Sebagian besar hanya menyembunyikan sepatu atau bekal makan siang miliknya. Tapi
ada satu lelucon yang membuatnya marah, bahkan ketika dia memikirkannya
sekarang.
Itu adalah lelucon, di mana 3-4 anak akan mencuri tasnya dan
menyebarkan isinya, sambil mengejeknya untuk mengambilnya kembali. Jika dia
berlari ke arah satu anak itu akan diteruskan ke anak lain, dan jika dia
berlari untuk mendapatkannya sekali lagi, itu terus berulang...
Seseorang yang belum mengalaminya, tak akan tahu perasaan
itu.
Dia merasa persis seperti itu, ketika dia dipermainkan oleh
NPC bandit. Perasaan yang benar-benar tak tertandingi!
'Bajingan itu... Aku
akan memusnahkan mereka, tak peduli apa yang diperlukan! '
Ark menggertakkan giginya erat, dengan mata yang menakutkan.
Saat melihat itu, Dedric dan Skull menjadi takut dan menjauh.
"Ha, a-ada apa? Aku melakukan apa yang kamu suruh, Master!"
*Cla-clack, clack clack clack!*
"Aku tahu, jangan menyerah dan diamlah!"
Ketika Ark berteriak pada mereka, Dedric dan Skull
menyelinap pergi dengan hati-hati, dan berdiam diri di sudut.
Dia ingin meluapkan amarahnya pada para summon, tapi Ark
tahu itu bukan kesalahan mereka. Dia tak cukup dermawan untuk melemparkan
kesalahan pada orang lain. Tapi, dia juga tak berpikiran sempit, untuk
menyalahkan orang lain atas kesalahannya. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya
sendiri, atas penghinaan yang tak tertahankan dari pertempuran ini.
‘Aku tak punya alasan.
'
Sebenarnya, Ark agak sombong selama ini. Setelah mengubah
profesinya, Ark selalu bertarung dengan musuh dengan level yang lebih tinggi
darinya. Level 5-10 adalah yang biasa, dan kadang-kadang dia bahkan memburu
monster 20 level lebih tinggi darinya.
Selain itu, dia menurunkan monster bos yang seharusnya tak
bisa ia sentuh di level-nya. Selain itu, dia mendapat peringkat #1 dalam event
quest di level 70.
Saat melakukan semua hal yang ia ingin lakukan, Ark telah
melupakan hal yang paling penting.
Itu bukan hal yang baru. Di New World, level bukanlah segalanya.
Kompetensi player yang mengendalikan karakter, lebih penting
daripada level. Alasan mengapa Ark tumbuh lebih cepat daripada yang lain adalah,
karena dia menyadari itu sejak awal. Dia telah memperbaiki dan memoles dirinya
sendiri tanpa istirahat. Karena dia juga tak mengabaikan untuk memanfaatkan
realisasi dari kehidupan nyata dalam game.
Tapi pada titik tertentu, dia mulai mengabaikan upaya itu.
Bukannya dia tak bekerja keras untuk berolahraga. Seperti sebelumnya, dia masih
berolahraga selama dua jam setiap hari, hingga mendapatkan nyeri otot.
Masalahnya adalah jika dia telah lupa untuk mencari tahu,
bagaimana dia bisa menerapkan hasil latihan itu kepada Ark. Dia juga
mengabaikan penelitian, tentang cara belajar atau menggunakan skill baru. Puas dengan
dirinya saat ini, dia tak kunjung membaik.
‘Aku terlalu santai.
Karena monster yang aku lawan sampai sekarang mudah, aku pikir itu akan tetap
seperti itu. Tapi itu adalah game. Aku tak bisa melawan monster yang sama
selamanya. '