SCG_025
Bab 25. Potensi Tersembunyi (2)
Pada pagi hari ke-30.
Sesuai rencana, Cinzia mengumumkan tenggat waktu
diperpanjang dua bulan lagi. Dia terdengar seperti bermurah hati terhadap semua
orang, dan itu membuat banyak peserta menghembuskan napas lega. Lagi pula,
kebanyakan dari mereka gagal mengumpulkan 1.000 poin sampai sekarang.
Tentu saja, tak semua orang menampilkan reaksi yang sama.
Cinzia tahu jika Hao Win menatapnya untuk waktu yang lama. Tapi,
dia memutuskan untuk membalas sekarang, dan mengalihkan pandangannya sendiri,
ke arah pria berjaket hitam.
Alis Hao Win sedikit terangkat.
"Tak apa-apa, sungguh. Hanya itu… "
"Hanya itu?"
"Ini berbeda dari apa yang aku dengar."
"Bukankah dari semula, tiga bulan adalah waktu untuk
memulainya?"
Hao Win tampaknya telah menemukan cara untuk menyiratkan
kata-kata itu, tanpa mengucapkannya dengan keras. Tentu saja, dia tak punya
alasan nyata, untuk mengungkapkan kebenaran dan mendapatkan sisi buruk Cinzia.
"Apakah begitu? Sayang sekali. Aku tak tahu orang bodoh
mana yang memberi tahumu hal-hal itu. Tapi, kamu pasti belum pernah mendengar jika
aku adalah manajer umum kali ini. "
"Jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu. Maka, aku
kira tak ada lagi yang bisa dikatakan."
Hao Win mengangkat bahu dan berbalik, memutus kontak mata.
Cinzia lalu dengan santai menyapu pandangannya ke seluruh peserta.
"Jadi, bagaimana bulan pertama kamu tinggal di Zona
Netral?"
Pertanyaannya disambut dengan keheningan.
Kenyataan dari situasi para penyintas adalah jika tak peduli
berapa banyak dari mereka yang berkumpul untuk membentuk sebuah party, tak ada
yang bisa memecahkan satu misi kesulitan 'Normal'.
"Kecuali kamu benar-benar tolol, aku cukup yakin, kamu
mulai menyadari kebenaran yang keras sekarang. ‘Ah, aku benar-benar tak
berharga. Jika aku meninggalkan tempat ini sekarang, aku akan langsung mati ’.
Kamu pasti sudah memikirkan hal-hal seperti itu, bukan? Tidakkah begitu,
burrito? "
Pria Meksiko kekar yang mengeluh tak diizinkan, masuk ke Lost
Paradise dan menghindari pertemuan dengan tatapan malu.
"Sepertinya, kamu sudah bangun sekarang."
Cinzia tampak puas dengan reaksi mereka, ketika nada
suaranya melunak sedikit.
"Sekarang setelah kamu menyadari kekuatanmu sendiri. Tentunya,
kamu lebih bersedia untuk mendengarkan, daripada sebelumnya kan? Sebagian besar
dari kalian mungkin telah mengumpulkan, setidaknya beberapa Survival Point(SP)
sekarang, benar? ”
Memang itulah yang terjadi. Hampir semua orang tak melakukan
apa pun, kecuali menyelesaikan misi seperti orang gila. Bahkan mereka yang
memasuki Zona Netral dengan 0 poin, telah mengumpulkan beberapa ratus poin pada
saat ini.
"Yah, aku sudah menyiapkan hadiah untuk kalian
semua."
Hanya dengan menyebutkan 'hadiah', mata para peserta terbuka
lebar.
“Untuk besok saja, Ruang Kebangkitan akan terbuka untukmu.
Dan di dalam Ruang Kebangkitan ini, kamu akan bertemu dengan tujuh dewa yang
memerintah dunia ini. Tak hanya itu, kamu akan menerima 'kelas' yang paling
sesuai dengan Temperamen dan watak-mu. Sederhananya, kamu akan dapat
menggunakan mana, sejak saat itu. "
Bisikan, bisikan
Aula yang sunyi senyap itu, menjadi riuh dalam sekejap.
“Setelah kamu menerima kelas, itu akan menjadi lebih mudah
bagimu untuk mencari tahu, misi seperti apa yang harus kamu ambil, atau peran
apa yang harus kamu mainkan selama misi party. Juga…"
Mata Cinzia melengkung ke atas.
"…Poin Survival yang kamu dapatkan sejauh ini, akan
menjadi lebih berharga."
Beberapa pertanyaan datang padanya dari kursi penonton.
Berbeda dengan hari pertama, Cinzia dengan sabar menjawab semuanya.
Sementara itu, Agnes mendesah pelan di sela-sela. Dia sudah
tahu apa yang akan terjadi di Zona Netral, setelah Kebangkitan.
Seperti yang disarankan Cinzia, saat kelas seseorang diberikan,
seseorang akan bisa menggunakan ‘Mana’. Secara alami, itu berarti seseorang
harus belajar, bagaimana memanfaatkannya dan menerima pelatihan khusus yang
disesuaikan dengan kelas baru mereka. Hal ini bisa diselesaikan dengan mudah
melalui SP.
Satu hanya perlu membeli 'Kemampuan' dan 'Aplikasi Mana'
dari toko.
Tapi itulah inti dari masalah ini.
Para peserta akan menjadi lebih kuat terlalu mudah. Tapi,
mereka akan mencapai batas pertumbuhan mereka secepat itu. Akan lebih benar
untuk mengatakan jika seseorang akan selamanya terjebak pada tingkat tertentu
dan tak pernah membaik, dengan mengandalkan metode ini.
Kesenjangan antara mengandalkan hanya pada apa yang
ditampilkan di Stats Window dan memahami 'kebenaran' sendiri, sangat besar. Dan
celah itu hanya akan tumbuh semakin luas, seiring dengan meningkatnya level
seseorang.
Mungkin, Cinzia bertujuan untuk ini.
Untuk mengubah mereka yang menghabiskan SP segera setelah
Kebangkitan, dapat diselesaikan menjadi kekuatan tempur yang bisa digunakan,
sesegera mungkin. Dengan kata lain, mereka yang 'tahu apa yang mereka lakukan'
akan dibiarkan sendirian. Sementara, mereka yang tak tahu sama sekali akan,
yah, diantar berkeliling seperti itu.
Metode Cinzia dalam melakukan sesuatu, terlalu ambigu untuk
benar-benar menyebutnya salah. Dan juga, Agnes tak bisa secara pasti mengambil
kesalahan, dengan proses pengambilan keputusannya. Lagipula, semuanya bermuara
pada masalah pendapat yang berbeda.
Lebih penting lagi, karena Cinzia adalah manajer umum Zona
Netral kali ini, itu adalah hak prerogative-nya, tentang bagaimana dia
'membesarkan' kawanan muda ini.
***
Seol senang mendengar tentang perpanjangan tenggat waktu dua
bulan lagi. Sekarang, dia dapat menggunakan semua Kompetensi yang telah ia beli,
tanpa merasakan keterdesakkan.
Dia bisa menggunakan barang apa pun yang dibelinya di sini,
di Lost Paradise.
Zona Netral dibangun semata-mata dengan tujuan untuk
memastikan kelangsungan hidup para pemula dan pelatihan para Warrior masa
depan. Tak ada tempat yang lebih baik untuk menggunakan Kompetensi daripada di
sini.
"Kelasmu akan ditentukan besok di Ruang Kebangkitan."
Agnes berbicara, ketika dia memotong sepotong steak Tulang
berair. Seol telah menyetujui sarannya, dan berhenti makan makanan cepat saji
yang jauh dari toserba. Dia sekarang makan makanan yang layak dari restoran.
Melakukan hal itu menyebabkan dia merasa sangat menyesal
atas dua hal. Penyesalan pertama adalah, karena dia tak datang ke sini lebih
awal.
Tak hanya rasanya makanan yang luar biasa, tapi mereka juga
menyediakan jumlah nutrisi yang tepat. Itu tak hanya mengisi perutnya, dia
merasa tubuhnya terlihat lebih sehat. Tentu saja, lebih enak makanannya,
semakin mahal harganya. Tapi hal-hal seperti itu sama sekali tak masalah bagi
Seol.
Yang kedua adalah jika dia tak boleh main-main dengan Agnes
dalam hal makanan. Ada satu waktu yang lalu, ketika Seol secara tak sengaja
melanggar janji untuk membelikannya, makanan sekali setiap hari.
Dia dengan dingin mengatakan kepadanya, “Kamu makan sendiri,
aku mengerti. Mengapa kita tak segera memulai pelatihan? "
Kemudian, dia melanjutkan untuk tak berbicara dengannya,
selama empat hari berikutnya. Ketika dia berpikir tentang dirinya harus
berkeringat, sambil mencoba menenangkan amarahnya yang dingin dan mendidih,
yah…
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Yah, uh, masalahnya adalah aku sudah memutuskan,
tentang kelas mana yang aku inginkan."
Seol dengan cepat memberi jawaban. Agnes menghela nafas
pelan.
“Kamu tak bisa memilih kelas-mu. Itu dipilih untukmu. "
"Oh, begitu?"
"Tujuh dewa yang memerintah atas dunia ini, akan
berdebat di antara mereka sendiri, sebelum memberikan kelas dari empat kelas
pemula ini. Archer, Mage, Priest, dan Warrior."
Mendengar ini, Seol memiringkan kepalanya sedikit.
"Hanya empat? Itu tak sebanyak yang aku harapkan.
"
"Itu hanya di awal. Bergantung pada bagaimana levelmu
berkembang, jalur kelas lain yang tak terhitung jumlahnya, akan tersedia
untukmu. ”
Agnes mengunyah daging dengan elegan dan menelannya, sebelum
melanjutkan.
“Misalnya, katakanlah Warrior level 1 menggunakan pedang,
sebagai senjata utamanya. Kemudian, dia naik level ke 2. Kelas-nya akan berubah
menjadi 'Swordman' mulai saat itu. Jika dia menggunakan kapak, maka dia akan
menjadi 'Marceman'. Itu sama untuk kelas Archer. Jika kamu mengandalkan pedang
pendek atau belati sebagai senjata serangan utamamu, maka ketika kamu mencapai
level 2, kelasmu akan menjadi 'Assassin'. "
Dengan kata lain, hanya tahap awal yang akan sama. Dan
evolusi kelas, sepenuhnya tergantung pada bagaimana seseorang mengembangkan
diri. Setelah dengan hati-hati memikirkan beberapa hal, Seol tak bisa menahan
diri untuk tidak menjadi penasaran.
"Apa yang akan terjadi ,ketika kamu dipilih sebagai Mage,
tapi kamu naik level menggunakan pedang sepanjang waktu?"
"Kamu akan menjadi Magic swordman level 2. Tapi, aku tak
akan merekomendasikan rute itu. Sangat sulit untuk menggali satu kelas saja. ”
Memang, menaikkan statistik seseorang harus sesuai dengan
kelas yang diberikan, itu masuk akal. Tidak ada gunanya, menjadi
jack-of-all-trade yang tak bagus dalam satu hal. Seol mengangguk setuju,
sementara Agnes melanjutkan penjelasannya.
“Juga, ketika kamu naik level hingga 5, ada garis pemisah
yang memisahkan Warrior kelas bawah dan kelas yang lebih tinggi. Kamu akan
diminta untuk memilih, dewa mana yang ingin kamu layani. Itulah saat, ketika
jalur kelas yang kamu pilih menjadi sangat penting. Ini adalah cerita yang sama,
ketika kamu mencapai Level 7. "
"Aku harus memilih dewa?"
"Mm… Pikirkan seperti ini. Kelas-mu akan berevolusi
atau menjadi lebih terspesialisasi, untuk menyesuaikan dengan kekuatan para
dewa yang kamu pilih. Untuk saat ini, informasi sebanyak ini sudah cukup. ”
Alis Seol berkerut sedikit. Dia pikir seluruh situasi 'kelas'
ini akan menjadi sesuatu yang sedikit lebih sederhana. Tapi ternyata, itu jauh
lebih kompleks daripada yang ia kira.
"Adapun jadwal pelatihan kita di masa depan…"
Seol berpikir jika apa pun masalahnya, dia akan bisa
mengetahuinya, saat ia melanjutkan ini. Namun, begitu dia mendengar Agnes, dia
menjadi sangat tegang. Kapan pun Agnes menyebut 'pelatihan', tubuhnya otomatis
bereaksi dengan cara ini.
“Kamu harus segera memberitahuku, begitu kelasmu telah
dipilih. Kami perlu menyesuaikan pelatihanmu, agar sesuai dengan itu. "
"Apakah kamu berbicara tentang pelatihan khusus kelas,
serta pelatihan mana?"
"Ya. Kamu sudah tahu tentang mereka. ”
“Aku mendengarnya hari ini. Jika itu hanya itu…"
"Aku sangat tak merekomendasikan membeli Aplikasi dari
toko, untuk tujuan itu."
Seol sedikit ditarik kembali oleh nada suaranya, yang lebih
keras dari biasanya.
“Mempelajari cara menggunakan Mana dan basic skill yang
terkait dengan kelas-mu. Itu bisa dipelajari melalui pelatihan reguler. Skill
itu sama sekali tak sulit. Jadi, tak ada gunanya membuang-buang SP-mu pada
mereka. Belum lagi, kamu juga memiliki Kompetensi Khusus, sehingga kamu pasti
akan mempelajari semuanya, dalam waktu singkat. "
"…."
Rasanya, ada alasan lain bagi dirinya untuk melarangnya
membeli Aplikasi, tapi Seol memutuskan untuk tak melanggarnya. Salah satu hal
yang ia pelajari selama beberapa minggu terakhir di bawah pengawasan Agnes adalah,
jika dia akan berakhir dengan emas di sakunya, jika dia hanya mendengarkan
pelayan ini.
“Mulai sekarang, latihan kebugaranmu hanya akan berlangsung
di pagi hari. Pada sore hari, kamu akan belajar cara menggunakan mana. "
Seol hendak bertanya, kapan dia akan mulai melakukan misi. Tapi,
dia berhenti.
Dia sudah memutuskan hanya akan melakukannya, begitu
kepercayaan dirinya yang hilang, kembali dengan sendirinya. Meskipun ada
perasaan cemas, dia bertahan dan berkata pada dirinya sendiri untuk menunggu
sebentar lagi.
‘Aku tak akan bisa kembali
ke sini lagi, ingat itu.’
Seharusnya ada alasan bagus, mengapa Agnes memerintahkannya
seperti itu. Karena Seol hampir tak tahu apa-apa tentang dunia luar. Jadi, tak
bijaksana untuk mengabaikan rekomendasi Agnes sama sekali.
Perlahan Seol menjilat bibirnya, sebelum menurunkan garpunya.
"AKu rasa, kita hanya akan memutuskan, setelah kelas-ku
dipilih besok."
Agnes menganggukkan kepalanya, seolah dia puas dengan
jawaban itu.
***
Pagi berikutnya, Ruang Kebangkitan dibuka.
Setiap peserta disuruh datang ke lantai delapan, dan berdiri
dalam antrian. Koridor itu tidak cukup panjang untuk mengakomodasi semua orang.
Jadi, antrian juga harus turun tangga.
Prosesnya tampak agak sederhana. Orang yang masuk pertama
kali, muncul dari Ruang. Bahkan setelah 30 detik berlalu, dia berjalan sambil tampak
agak tersesat dan linglung. Meskipun ada beberapa perbedaan di antara para peserta,
waktu tersingkat adalah 15 detik. Sementara yang terpanjang membutuhkan waktu
sekitar satu menit.
Akibatnya, antrian itu menurun cukup cepat. Yi Seol-Ah
sangat khawatir tak menerima kelas, tapi begitu dia muncul dari Ruang itu, dia
tampaknya berada dalam keadaan aneh, sama seperti orang lain sebelum dirinya.
"Aku seorang Archer sekarang."
"Seorang Archer?"
Saat Seol mengobrol dengannya, lebih dari setengah dari peserta
telah menerima kelas mereka. Itu bukan hal yang pasti, tapi dari apa yang Seol
dengar, kebanyakan dari mereka telah menerima kelas yang menyukai pertarungan
jarak dekat. Dengan kata lain, kelas Warrior.
Selanjutnya adalah kelas Archer. Ada beberapa peserta dengan
kelas Priest yang ditugaskan juga. Namun, Seol belum pernah mendengar tentang
seorang Mage sejauh ini.
Jika ada satu hal aneh tentang keseluruhan proses ini, itu
adalah kelas berbeda, yang disamakan dengan reaksi yang berbeda, ketika keluar
dari Ruang. Sementara mereka yang memiliki kelas Warrior kelihatannya baik-baik
saja, mereka yang memiliki kelas Archer seperti Yi Seol-Ah tampak sangat
terganggu oleh sesuatu.
Dalam kasus Shin Sang-Ah, yang menerima kelas Priest, dia
tampak dalam keadaan menyesal, saat dia keluar dari Ruang.
“Bagaimana dengan Mana? Bisakah kamu merasakannya? ”
"Uhm, belum yakin… Rasanya, tubuhku sedikit lebih
hangat dari sebelumnya, tapi…"
Yi Seol-Ah menggosok dadanya, sambil memiringkan kepalanya
ke sana-sini. Dia tampak agak tak percaya. Pada titik inilah, Seol tersentak
oleh pembukaan pintu yang keras dan tiba-tiba dan suara seseorang jatuh dalam lemah.
Ketika dia mengangkat pandangannya untuk melihat apa yang
terjadi, Seol melihat seorang wanita muda yang hampir tak berdiri dengan kedua
kakinya, keluar dari Ruang. Dia tak bisa berjalan dengan baik dan berayun
dengan gelisah, sebelum jatuh berlutut dengan tangannya. Dia mulai
terengah-engah tak terkendali. Seluruh punggungnya basah oleh keringat.
"Haa, haa…"
Dia membutuhkan sedikit waktu. Tapi akhirnya, Odelette
Delphine berhasil bangkit. Dia menyandarkan kepalanya sedikit, dan meletakkan
tangannya di dada dan perutnya. Seolah-olah, dia berdiri di sana merenungkan sesuatu.
‘Mungkinkah dia
punya…’
Sementara Seol merenungkan tentang kelas Odelette yang
berpotensi menjadi Mage, gilirannya akhirnya tiba.
Sebelum dia memasuki Ruang, matanya bertemu Odelette.
Keingintahuannya yang memenuhi pandangan matanya, sepertinya itu seolah
mendesaknya untuk masuk. Odelette sepertinya menunggu untuk mencari tahu, kelas
seperti apa yang akan berakhir dengan Seol.
"Apakah kamu baik-baik saja?"
Seol bertanya dengan sopan. Odelette Delphine terkikik.
"Sepertinya, aku hamil atau apalah."
Seol balas tersenyum dan memasuki Ruang.
Segera setelah dia menutup pintu di belakangnya dan berbalik…
'Hah?!'
Interior Ruang berubah.
Semuanya putih.
Tidak, itu lebih tepat untuk mengatakan jika ruang ini tak
mengandung warna sama sekali. Ruangan itu membawanya ke titik, di mana dia tak
bisa tahu, apakah dia berdiri di atas sesuatu atau mengambang di udara kosong.
Karena dia berteleportasi berkali-kali berkat perkamen misi,
Seol bisa terbiasa dengan perubahan mendadak ini dengan cukup cepat. Tapi, dia
tak bisa menghilangkan keheranan yang ia rasakan saat ini. Masih memegang
pegangan pintu dengan satu tangan, dia perlahan mengamati sekelilingnya.
Tiba-tiba, beberapa makhluk besar muncul di ruang ini, dan memasuki
pandangannya.
Dan itu adalah patung batu. Pintu itu tepat di tengah-tengah
pengepungan tujuh batu, setinggi tujuh meter.
[Dia akhirnya di sini.]
[Mari kita mulai dengan Kebangkitannya terlebih dahulu.]
Ketika suara-suara yang kuat ini bergema di kepalanya, Seol
merasa, seolah-olah ada tangan raksasa yang beristirahat di atas kepalanya. Dia
tersentak karena semua sarafnya terasa seperti ditusuk. Semua rambut di
kulitnya berdiri.
"Ah!"
Apakah ini rasanya disedot oleh penyedot debu?
Seol bisa merasakan pori-porinya terbuka satu per satu.
Sensasi disedot hanya berlangsung sesaat.
Sesuatu berubah dalam dirinya.
Entah kenapa, tempat tepat di bawah pusarnya menjadi sangat
gatal. Rasanya, seperti semai energi perlahan-lahan mekar di sana, sebelum
mendidih dengan cepat, dan mulai memperbesar ukurannya. Bahkan tak butuh lima
detik, bagi pohon muda untuk berubah menjadi pohon anggur yang tebal.
[Ho? Dengan banyak mana… dia setidaknya harus 'High-Intermediate',
bukan?]
[Dia memiliki Skill Basic.]
[Begitu… Aku mengerti sekarang!]
[Dia pasti membuka matanya, saat dia masih muda.]
[Ada jejak dia kehilangan kekuatannya, setidaknya sekali sebelumnya.]
[Betapa menyesal, betapa menyesalnya…]
Beberapa suara yang berbeda bergema di kepalanya. Suara yang
terdengar sangat arogan. Suara gemuruh yang tampaknya dipenuhi amarah. Suara
malas diisi dengan jengkel. Suara sensual yang membangkitkan hasrat tersembunyi
seseorang…
Namun, Seol bahkan tak memiliki cukup waktu, untuk
memikirkan suara-suara itu. Energi itu naik seperti cacing yang bergerak-gerak,
dan melanjutkan ke setiap sudut dan celah tubuhnya.
Ketika sensasi yang tak dikenal dari energi yang tak dikenal
menyerbu setiap lubang dan kedalaman tersembunyi di seluruh tubuhnya, dia
bahkan tak bisa berpikir jernih.
[Memang, itu sia-sia. Selama waktu dia kehilangan
kemampuannya, MP-nya juga mengalami kemunduran besar. Kalau saja itu tak
terjadi…]
[Dia mungkin telah melampaui 'Basic-High' sekarang.]
[Itu tak dapat membantu. Dia bahkan tak mengetahui Mana di
planetnya itu.]
[Mari kita segera mengambil keputusan. Tanpa ragu, itu
adalah Mage, kan?]
[Benar. Tak perlu diperdebatkan.]
[Dua Mage berturut-turut …. Hasil panen yang melimpah. Hasil
panen yang melimpah, memang…]
Rasanya, seperti dunia di sekitar Seol berputar tanpa henti.
Namun, meskipun kepalanya terasa seperti terjebak dalam lingkaran yang
memusingkan, dia masih dengan jelas mendengar kata 'Mage'. Dia memanggil
sedikit kemauan yang ia bisa, dan mencubit pahanya dengan keras.
"Tombak…"
Ketika dia berhasil mengeluarkan suara, lingkungan sekitar
terdiam untuk sementara waktu.
[Tombak?]
[Apa pria yang aneh. Dia ingin menjadi Warrior.]
[Sekarang, setelah aku melihat lagi. Dia memang memiliki
potensi besar sebagai seorang Warrior. Aku tak mau menyerah pada jalan ini.]
[Mmm. Tentu saja…. Aku bisa melihat kecocokannya. Lagipula
dia mungkin tak cocok dengan kelas 'Mage'.]
[Apa yang kalian bicarakan? Dengan bakatnya, dia bisa
menjadi Ranker Unik dalam waktu singkat!]
[Sulit. Ini benar-benar sulit…]
‘Persetan. Aku tak
peduli apa itu, mereka sudah memutuskan!’
Seol dengan sungguh-sungguh berdoa di kepalanya. Dia ingin
keluar dari tempat ini sesegera mungkin. Tubuhnya tak merasa Lelah. Namun,
semakin lama dia tetap di sini, semakin sulit untuk berdiri tegak. Seperti, dia
berada di bawah semacam hipnotis atau sesuatu.
[Mengapa kalian semua tak berhenti? Apakah kalian lupa jika
semakin lama tinggal, semakin tinggi biaya kontribusinya?]
[Mengapa kita tak memberikan kelas yang diinginkan anak
ini?]
[Tidak!]
[Itu cukup. Kita akan memutuskan dengan suara.]
Seol memaksa matanya untuk membuka, setelah menyadari jika
mereka akan mengambil keputusan. Penglihatannya kabur seolah cairan itu masuk
ke matanya.
['Mage.']
['Mage.']
['Warrior.']
['Mage.']
['Warrior.']
['Warrior.']
Tiga ‘suara Mage’, dan tiga ‘suara Prajurit’.
[…Gula. Mengapa kamu tak mengatakan apa-apa?]
Gula? Meskipun dia nyaris tak berdiri di sana, Seol mencoba
menyisir ingatannya. Nama itu terdengar terlalu familiar…
[Aku…]
Ketika Seol mendengar sisa suara itu, dia secara naluriah
tahu jika akhirnya suara itu sudah berakhir. Dia meraih pegangan pintu dan
nyaris tak berhasil memutarnya.
***
Udara dingin di luar, mendinginkan tubuhnya dengan cepat.
Dia tak tahu, jika Zona Netral sedingin ini sampai sekarang. Seol bersandar di
dinding dan tersentak kaget, setelah merasakan keringat dingin di punggungnya.
Seluruh tubuhnya basah oleh keringat.
Dia merasa terbebani.
Sementara itu, energi yang mengaduk dan berkeliaran liar di
dalam tubuhnya, menetap di tempat di antara jantung dan di bawah pusarnya. Dia
merasa mengantuk juga, tapi hanya karena mampu bernapas lega, kondisinya
berangsur membaik.
"Fwuooo…"
Seol membuka matanya, untuk menemukan puluhan pasang mata
dengan bingung menatapnya. Sekarang dia memikirkannya, kepergiannya dari Ruang
itu tak berbeda, dengan bagaimana Odelette Delphine membuatnya.
"Aku tahu ini akan terjadi."
Odelette Delphine sedang menunggu Seol sambil duduk di
lantai.
"Aku menduga, kamu sekarang juga seorang Mage."
Mungkin dia merasa jauh lebih baik sekarang, karena dia bisa
bertanya kepadanya, sambil membentuk ekspresi yang mengatakan, ‘Aku tahu itu’.
Seol dengan hati-hati mengatur pernapasannya, dan dengan
tenang membuka mulutnya untuk berbicara.