Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SCG_025

gambar

Bab 25. Potensi Tersembunyi (2)



Pada pagi hari ke-30.
Sesuai rencana, Cinzia mengumumkan tenggat waktu diperpanjang dua bulan lagi. Dia terdengar seperti bermurah hati terhadap semua orang, dan itu membuat banyak peserta menghembuskan napas lega. Lagi pula, kebanyakan dari mereka gagal mengumpulkan 1.000 poin sampai sekarang.
Tentu saja, tak semua orang menampilkan reaksi yang sama.
"Ada apa, Hao Win?"
Cinzia tahu jika Hao Win menatapnya untuk waktu yang lama. Tapi, dia memutuskan untuk membalas sekarang, dan mengalihkan pandangannya sendiri, ke arah pria berjaket hitam.
Alis Hao Win sedikit terangkat.
"Tak apa-apa, sungguh. Hanya itu… "
"Hanya itu?"
"Ini berbeda dari apa yang aku dengar."
"Bukankah dari semula, tiga bulan adalah waktu untuk memulainya?"
Hao Win tampaknya telah menemukan cara untuk menyiratkan kata-kata itu, tanpa mengucapkannya dengan keras. Tentu saja, dia tak punya alasan nyata, untuk mengungkapkan kebenaran dan mendapatkan sisi buruk Cinzia.
"Apakah begitu? Sayang sekali. Aku tak tahu orang bodoh mana yang memberi tahumu hal-hal itu. Tapi, kamu pasti belum pernah mendengar jika aku adalah manajer umum kali ini. "
"Jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu. Maka, aku kira tak ada lagi yang bisa dikatakan."
Hao Win mengangkat bahu dan berbalik, memutus kontak mata. Cinzia lalu dengan santai menyapu pandangannya ke seluruh peserta.
"Jadi, bagaimana bulan pertama kamu tinggal di Zona Netral?"
Pertanyaannya disambut dengan keheningan.
Kenyataan dari situasi para penyintas adalah jika tak peduli berapa banyak dari mereka yang berkumpul untuk membentuk sebuah party, tak ada yang bisa memecahkan satu misi kesulitan 'Normal'.
"Kecuali kamu benar-benar tolol, aku cukup yakin, kamu mulai menyadari kebenaran yang keras sekarang. ‘Ah, aku benar-benar tak berharga. Jika aku meninggalkan tempat ini sekarang, aku akan langsung mati ’. Kamu pasti sudah memikirkan hal-hal seperti itu, bukan? Tidakkah begitu, burrito? "
Pria Meksiko kekar yang mengeluh tak diizinkan, masuk ke Lost Paradise dan menghindari pertemuan dengan tatapan malu.
"Sepertinya, kamu sudah bangun sekarang."
Cinzia tampak puas dengan reaksi mereka, ketika nada suaranya melunak sedikit.
"Sekarang setelah kamu menyadari kekuatanmu sendiri. Tentunya, kamu lebih bersedia untuk mendengarkan, daripada sebelumnya kan? Sebagian besar dari kalian mungkin telah mengumpulkan, setidaknya beberapa Survival Point(SP) sekarang, benar? ”
Memang itulah yang terjadi. Hampir semua orang tak melakukan apa pun, kecuali menyelesaikan misi seperti orang gila. Bahkan mereka yang memasuki Zona Netral dengan 0 poin, telah mengumpulkan beberapa ratus poin pada saat ini.
"Yah, aku sudah menyiapkan hadiah untuk kalian semua."
Hanya dengan menyebutkan 'hadiah', mata para peserta terbuka lebar.
“Untuk besok saja, Ruang Kebangkitan akan terbuka untukmu. Dan di dalam Ruang Kebangkitan ini, kamu akan bertemu dengan tujuh dewa yang memerintah dunia ini. Tak hanya itu, kamu akan menerima 'kelas' yang paling sesuai dengan Temperamen dan watak-mu. Sederhananya, kamu akan dapat menggunakan mana, sejak saat itu. "
Bisikan, bisikan
Aula yang sunyi senyap itu, menjadi riuh dalam sekejap.
“Setelah kamu menerima kelas, itu akan menjadi lebih mudah bagimu untuk mencari tahu, misi seperti apa yang harus kamu ambil, atau peran apa yang harus kamu mainkan selama misi party. Juga…"
Mata Cinzia melengkung ke atas.
"…Poin Survival yang kamu dapatkan sejauh ini, akan menjadi lebih berharga."
Beberapa pertanyaan datang padanya dari kursi penonton. Berbeda dengan hari pertama, Cinzia dengan sabar menjawab semuanya.
Sementara itu, Agnes mendesah pelan di sela-sela. Dia sudah tahu apa yang akan terjadi di Zona Netral, setelah Kebangkitan.
Seperti yang disarankan Cinzia, saat kelas seseorang diberikan, seseorang akan bisa menggunakan ‘Mana’. Secara alami, itu berarti seseorang harus belajar, bagaimana memanfaatkannya dan menerima pelatihan khusus yang disesuaikan dengan kelas baru mereka. Hal ini bisa diselesaikan dengan mudah melalui SP.
Satu hanya perlu membeli 'Kemampuan' dan 'Aplikasi Mana' dari toko.
Tapi itulah inti dari masalah ini.
Para peserta akan menjadi lebih kuat terlalu mudah. Tapi, mereka akan mencapai batas pertumbuhan mereka secepat itu. Akan lebih benar untuk mengatakan jika seseorang akan selamanya terjebak pada tingkat tertentu dan tak pernah membaik, dengan mengandalkan metode ini.
Kesenjangan antara mengandalkan hanya pada apa yang ditampilkan di Stats Window dan memahami 'kebenaran' sendiri, sangat besar. Dan celah itu hanya akan tumbuh semakin luas, seiring dengan meningkatnya level seseorang.
Mungkin, Cinzia bertujuan untuk ini.
Untuk mengubah mereka yang menghabiskan SP segera setelah Kebangkitan, dapat diselesaikan menjadi kekuatan tempur yang bisa digunakan, sesegera mungkin. Dengan kata lain, mereka yang 'tahu apa yang mereka lakukan' akan dibiarkan sendirian. Sementara, mereka yang tak tahu sama sekali akan, yah, diantar berkeliling seperti itu.
Metode Cinzia dalam melakukan sesuatu, terlalu ambigu untuk benar-benar menyebutnya salah. Dan juga, Agnes tak bisa secara pasti mengambil kesalahan, dengan proses pengambilan keputusannya. Lagipula, semuanya bermuara pada masalah pendapat yang berbeda.
Lebih penting lagi, karena Cinzia adalah manajer umum Zona Netral kali ini, itu adalah hak prerogative-nya, tentang bagaimana dia 'membesarkan' kawanan muda ini.
***

Seol senang mendengar tentang perpanjangan tenggat waktu dua bulan lagi. Sekarang, dia dapat menggunakan semua Kompetensi yang telah ia beli, tanpa merasakan keterdesakkan.
Dia bisa menggunakan barang apa pun yang dibelinya di sini, di Lost Paradise.
Zona Netral dibangun semata-mata dengan tujuan untuk memastikan kelangsungan hidup para pemula dan pelatihan para Warrior masa depan. Tak ada tempat yang lebih baik untuk menggunakan Kompetensi daripada di sini.
"Kelasmu akan ditentukan besok di Ruang Kebangkitan."
Agnes berbicara, ketika dia memotong sepotong steak Tulang berair. Seol telah menyetujui sarannya, dan berhenti makan makanan cepat saji yang jauh dari toserba. Dia sekarang makan makanan yang layak dari restoran.
Melakukan hal itu menyebabkan dia merasa sangat menyesal atas dua hal. Penyesalan pertama adalah, karena dia tak datang ke sini lebih awal.
Tak hanya rasanya makanan yang luar biasa, tapi mereka juga menyediakan jumlah nutrisi yang tepat. Itu tak hanya mengisi perutnya, dia merasa tubuhnya terlihat lebih sehat. Tentu saja, lebih enak makanannya, semakin mahal harganya. Tapi hal-hal seperti itu sama sekali tak masalah bagi Seol.
Yang kedua adalah jika dia tak boleh main-main dengan Agnes dalam hal makanan. Ada satu waktu yang lalu, ketika Seol secara tak sengaja melanggar janji untuk membelikannya, makanan sekali setiap hari.
Dia dengan dingin mengatakan kepadanya, “Kamu makan sendiri, aku mengerti. Mengapa kita tak segera memulai pelatihan? "
Kemudian, dia melanjutkan untuk tak berbicara dengannya, selama empat hari berikutnya. Ketika dia berpikir tentang dirinya harus berkeringat, sambil mencoba menenangkan amarahnya yang dingin dan mendidih, yah…
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Yah, uh, masalahnya adalah aku sudah memutuskan, tentang kelas mana yang aku inginkan."
Seol dengan cepat memberi jawaban. Agnes menghela nafas pelan.
“Kamu tak bisa memilih kelas-mu. Itu dipilih untukmu. "
"Oh, begitu?"
"Tujuh dewa yang memerintah atas dunia ini, akan berdebat di antara mereka sendiri, sebelum memberikan kelas dari empat kelas pemula ini. Archer, Mage, Priest, dan Warrior."
Mendengar ini, Seol memiringkan kepalanya sedikit.
"Hanya empat? Itu tak sebanyak yang aku harapkan. "
"Itu hanya di awal. Bergantung pada bagaimana levelmu berkembang, jalur kelas lain yang tak terhitung jumlahnya, akan tersedia untukmu. ”
Agnes mengunyah daging dengan elegan dan menelannya, sebelum melanjutkan.
“Misalnya, katakanlah Warrior level 1 menggunakan pedang, sebagai senjata utamanya. Kemudian, dia naik level ke 2. Kelas-nya akan berubah menjadi 'Swordman' mulai saat itu. Jika dia menggunakan kapak, maka dia akan menjadi 'Marceman'. Itu sama untuk kelas Archer. Jika kamu mengandalkan pedang pendek atau belati sebagai senjata serangan utamamu, maka ketika kamu mencapai level 2, kelasmu akan menjadi 'Assassin'. "
Dengan kata lain, hanya tahap awal yang akan sama. Dan evolusi kelas, sepenuhnya tergantung pada bagaimana seseorang mengembangkan diri. Setelah dengan hati-hati memikirkan beberapa hal, Seol tak bisa menahan diri untuk tidak menjadi penasaran.
"Apa yang akan terjadi ,ketika kamu dipilih sebagai Mage, tapi kamu naik level menggunakan pedang sepanjang waktu?"
"Kamu akan menjadi Magic swordman level 2. Tapi, aku tak akan merekomendasikan rute itu. Sangat sulit untuk menggali satu kelas saja. ”
Memang, menaikkan statistik seseorang harus sesuai dengan kelas yang diberikan, itu masuk akal. Tidak ada gunanya, menjadi jack-of-all-trade yang tak bagus dalam satu hal. Seol mengangguk setuju, sementara Agnes melanjutkan penjelasannya.
“Juga, ketika kamu naik level hingga 5, ada garis pemisah yang memisahkan Warrior kelas bawah dan kelas yang lebih tinggi. Kamu akan diminta untuk memilih, dewa mana yang ingin kamu layani. Itulah saat, ketika jalur kelas yang kamu pilih menjadi sangat penting. Ini adalah cerita yang sama, ketika kamu mencapai Level 7. "
"Aku harus memilih dewa?"
"Mm… Pikirkan seperti ini. Kelas-mu akan berevolusi atau menjadi lebih terspesialisasi, untuk menyesuaikan dengan kekuatan para dewa yang kamu pilih. Untuk saat ini, informasi sebanyak ini sudah cukup. ”
Alis Seol berkerut sedikit. Dia pikir seluruh situasi 'kelas' ini akan menjadi sesuatu yang sedikit lebih sederhana. Tapi ternyata, itu jauh lebih kompleks daripada yang ia kira.
"Adapun jadwal pelatihan kita di masa depan…"
Seol berpikir jika apa pun masalahnya, dia akan bisa mengetahuinya, saat ia melanjutkan ini. Namun, begitu dia mendengar Agnes, dia menjadi sangat tegang. Kapan pun Agnes menyebut 'pelatihan', tubuhnya otomatis bereaksi dengan cara ini.
“Kamu harus segera memberitahuku, begitu kelasmu telah dipilih. Kami perlu menyesuaikan pelatihanmu, agar sesuai dengan itu. "
"Apakah kamu berbicara tentang pelatihan khusus kelas, serta pelatihan mana?"
"Ya. Kamu sudah tahu tentang mereka. ”
“Aku mendengarnya hari ini. Jika itu hanya itu…"
"Aku sangat tak merekomendasikan membeli Aplikasi dari toko, untuk tujuan itu."
Seol sedikit ditarik kembali oleh nada suaranya, yang lebih keras dari biasanya.
“Mempelajari cara menggunakan Mana dan basic skill yang terkait dengan kelas-mu. Itu bisa dipelajari melalui pelatihan reguler. Skill itu sama sekali tak sulit. Jadi, tak ada gunanya membuang-buang SP-mu pada mereka. Belum lagi, kamu juga memiliki Kompetensi Khusus, sehingga kamu pasti akan mempelajari semuanya, dalam waktu singkat. "
"…."
Rasanya, ada alasan lain bagi dirinya untuk melarangnya membeli Aplikasi, tapi Seol memutuskan untuk tak melanggarnya. Salah satu hal yang ia pelajari selama beberapa minggu terakhir di bawah pengawasan Agnes adalah, jika dia akan berakhir dengan emas di sakunya, jika dia hanya mendengarkan pelayan ini.
“Mulai sekarang, latihan kebugaranmu hanya akan berlangsung di pagi hari. Pada sore hari, kamu akan belajar cara menggunakan mana. "
Seol hendak bertanya, kapan dia akan mulai melakukan misi. Tapi, dia berhenti.
Dia sudah memutuskan hanya akan melakukannya, begitu kepercayaan dirinya yang hilang, kembali dengan sendirinya. Meskipun ada perasaan cemas, dia bertahan dan berkata pada dirinya sendiri untuk menunggu sebentar lagi.
‘Aku tak akan bisa kembali ke sini lagi, ingat itu.’
Seharusnya ada alasan bagus, mengapa Agnes memerintahkannya seperti itu. Karena Seol hampir tak tahu apa-apa tentang dunia luar. Jadi, tak bijaksana untuk mengabaikan rekomendasi Agnes sama sekali.
Perlahan Seol menjilat bibirnya, sebelum menurunkan garpunya.
"AKu rasa, kita hanya akan memutuskan, setelah kelas-ku dipilih besok."
Agnes menganggukkan kepalanya, seolah dia puas dengan jawaban itu.
***

Pagi berikutnya, Ruang Kebangkitan dibuka.
Setiap peserta disuruh datang ke lantai delapan, dan berdiri dalam antrian. Koridor itu tidak cukup panjang untuk mengakomodasi semua orang. Jadi, antrian juga harus turun tangga.
Prosesnya tampak agak sederhana. Orang yang masuk pertama kali, muncul dari Ruang. Bahkan setelah 30 detik berlalu, dia berjalan sambil tampak agak tersesat dan linglung. Meskipun ada beberapa perbedaan di antara para peserta, waktu tersingkat adalah 15 detik. Sementara yang terpanjang membutuhkan waktu sekitar satu menit.
Akibatnya, antrian itu menurun cukup cepat. Yi Seol-Ah sangat khawatir tak menerima kelas, tapi begitu dia muncul dari Ruang itu, dia tampaknya berada dalam keadaan aneh, sama seperti orang lain sebelum dirinya.
"Aku seorang Archer sekarang."
"Seorang Archer?"
Saat Seol mengobrol dengannya, lebih dari setengah dari peserta telah menerima kelas mereka. Itu bukan hal yang pasti, tapi dari apa yang Seol dengar, kebanyakan dari mereka telah menerima kelas yang menyukai pertarungan jarak dekat. Dengan kata lain, kelas Warrior.
Selanjutnya adalah kelas Archer. Ada beberapa peserta dengan kelas Priest yang ditugaskan juga. Namun, Seol belum pernah mendengar tentang seorang Mage sejauh ini.
Jika ada satu hal aneh tentang keseluruhan proses ini, itu adalah kelas berbeda, yang disamakan dengan reaksi yang berbeda, ketika keluar dari Ruang. Sementara mereka yang memiliki kelas Warrior kelihatannya baik-baik saja, mereka yang memiliki kelas Archer seperti Yi Seol-Ah tampak sangat terganggu oleh sesuatu.
Dalam kasus Shin Sang-Ah, yang menerima kelas Priest, dia tampak dalam keadaan menyesal, saat dia keluar dari Ruang.
“Bagaimana dengan Mana? Bisakah kamu merasakannya? ”
"Uhm, belum yakin… Rasanya, tubuhku sedikit lebih hangat dari sebelumnya, tapi…"
Yi Seol-Ah menggosok dadanya, sambil memiringkan kepalanya ke sana-sini. Dia tampak agak tak percaya. Pada titik inilah, Seol tersentak oleh pembukaan pintu yang keras dan tiba-tiba dan suara seseorang jatuh dalam lemah.
Ketika dia mengangkat pandangannya untuk melihat apa yang terjadi, Seol melihat seorang wanita muda yang hampir tak berdiri dengan kedua kakinya, keluar dari Ruang. Dia tak bisa berjalan dengan baik dan berayun dengan gelisah, sebelum jatuh berlutut dengan tangannya. Dia mulai terengah-engah tak terkendali. Seluruh punggungnya basah oleh keringat.
"Haa, haa…"
Dia membutuhkan sedikit waktu. Tapi akhirnya, Odelette Delphine berhasil bangkit. Dia menyandarkan kepalanya sedikit, dan meletakkan tangannya di dada dan perutnya. Seolah-olah, dia berdiri di sana merenungkan sesuatu.
‘Mungkinkah dia punya…’
Sementara Seol merenungkan tentang kelas Odelette yang berpotensi menjadi Mage, gilirannya akhirnya tiba.
Sebelum dia memasuki Ruang, matanya bertemu Odelette. Keingintahuannya yang memenuhi pandangan matanya, sepertinya itu seolah mendesaknya untuk masuk. Odelette sepertinya menunggu untuk mencari tahu, kelas seperti apa yang akan berakhir dengan Seol.
"Apakah kamu baik-baik saja?"
Seol bertanya dengan sopan. Odelette Delphine terkikik.
"Sepertinya, aku hamil atau apalah."
Seol balas tersenyum dan memasuki Ruang.
Segera setelah dia menutup pintu di belakangnya dan berbalik…
'Hah?!'
Interior Ruang berubah.
Semuanya putih.
Tidak, itu lebih tepat untuk mengatakan jika ruang ini tak mengandung warna sama sekali. Ruangan itu membawanya ke titik, di mana dia tak bisa tahu, apakah dia berdiri di atas sesuatu atau mengambang di udara kosong.
Karena dia berteleportasi berkali-kali berkat perkamen misi, Seol bisa terbiasa dengan perubahan mendadak ini dengan cukup cepat. Tapi, dia tak bisa menghilangkan keheranan yang ia rasakan saat ini. Masih memegang pegangan pintu dengan satu tangan, dia perlahan mengamati sekelilingnya. Tiba-tiba, beberapa makhluk besar muncul di ruang ini, dan memasuki pandangannya.
Dan itu adalah patung batu. Pintu itu tepat di tengah-tengah pengepungan tujuh batu, setinggi tujuh meter.
[Dia akhirnya di sini.]
[Mari kita mulai dengan Kebangkitannya terlebih dahulu.]
Ketika suara-suara yang kuat ini bergema di kepalanya, Seol merasa, seolah-olah ada tangan raksasa yang beristirahat di atas kepalanya. Dia tersentak karena semua sarafnya terasa seperti ditusuk. Semua rambut di kulitnya berdiri.
"Ah!"
Apakah ini rasanya disedot oleh penyedot debu?
Seol bisa merasakan pori-porinya terbuka satu per satu.
Sensasi disedot hanya berlangsung sesaat.
Sesuatu berubah dalam dirinya.
Entah kenapa, tempat tepat di bawah pusarnya menjadi sangat gatal. Rasanya, seperti semai energi perlahan-lahan mekar di sana, sebelum mendidih dengan cepat, dan mulai memperbesar ukurannya. Bahkan tak butuh lima detik, bagi pohon muda untuk berubah menjadi pohon anggur yang tebal.
[Ho? Dengan banyak mana… dia setidaknya harus 'High-Intermediate', bukan?]
[Dia memiliki Skill Basic.]
[Begitu… Aku mengerti sekarang!]
[Dia pasti membuka matanya, saat dia masih muda.]
[Ada jejak dia kehilangan kekuatannya, setidaknya sekali sebelumnya.]
[Betapa menyesal, betapa menyesalnya…]
Beberapa suara yang berbeda bergema di kepalanya. Suara yang terdengar sangat arogan. Suara gemuruh yang tampaknya dipenuhi amarah. Suara malas diisi dengan jengkel. Suara sensual yang membangkitkan hasrat tersembunyi seseorang…
Namun, Seol bahkan tak memiliki cukup waktu, untuk memikirkan suara-suara itu. Energi itu naik seperti cacing yang bergerak-gerak, dan melanjutkan ke setiap sudut dan celah tubuhnya.
Ketika sensasi yang tak dikenal dari energi yang tak dikenal menyerbu setiap lubang dan kedalaman tersembunyi di seluruh tubuhnya, dia bahkan tak bisa berpikir jernih.
[Memang, itu sia-sia. Selama waktu dia kehilangan kemampuannya, MP-nya juga mengalami kemunduran besar. Kalau saja itu tak terjadi…]
[Dia mungkin telah melampaui 'Basic-High' sekarang.]
[Itu tak dapat membantu. Dia bahkan tak mengetahui Mana di planetnya itu.]
[Mari kita segera mengambil keputusan. Tanpa ragu, itu adalah Mage, kan?]
[Benar. Tak perlu diperdebatkan.]
[Dua Mage berturut-turut …. Hasil panen yang melimpah. Hasil panen yang melimpah, memang…]
Rasanya, seperti dunia di sekitar Seol berputar tanpa henti. Namun, meskipun kepalanya terasa seperti terjebak dalam lingkaran yang memusingkan, dia masih dengan jelas mendengar kata 'Mage'. Dia memanggil sedikit kemauan yang ia bisa, dan mencubit pahanya dengan keras.
"Tombak…"
Ketika dia berhasil mengeluarkan suara, lingkungan sekitar terdiam untuk sementara waktu.
[Tombak?]
[Apa pria yang aneh. Dia ingin menjadi Warrior.]
[Sekarang, setelah aku melihat lagi. Dia memang memiliki potensi besar sebagai seorang Warrior. Aku tak mau menyerah pada jalan ini.]
[Mmm. Tentu saja…. Aku bisa melihat kecocokannya. Lagipula dia mungkin tak cocok dengan kelas 'Mage'.]
[Apa yang kalian bicarakan? Dengan bakatnya, dia bisa menjadi Ranker Unik dalam waktu singkat!]
[Sulit. Ini benar-benar sulit…]
‘Persetan. Aku tak peduli apa itu, mereka sudah memutuskan!’
Seol dengan sungguh-sungguh berdoa di kepalanya. Dia ingin keluar dari tempat ini sesegera mungkin. Tubuhnya tak merasa Lelah. Namun, semakin lama dia tetap di sini, semakin sulit untuk berdiri tegak. Seperti, dia berada di bawah semacam hipnotis atau sesuatu.
[Mengapa kalian semua tak berhenti? Apakah kalian lupa jika semakin lama tinggal, semakin tinggi biaya kontribusinya?]
[Mengapa kita tak memberikan kelas yang diinginkan anak ini?]
[Tidak!]
[Itu cukup. Kita akan memutuskan dengan suara.]
Seol memaksa matanya untuk membuka, setelah menyadari jika mereka akan mengambil keputusan. Penglihatannya kabur seolah cairan itu masuk ke matanya.
['Mage.']
['Mage.']
['Warrior.']
['Mage.']
['Warrior.']
['Warrior.']
Tiga ‘suara Mage’, dan tiga ‘suara Prajurit’.
[…Gula. Mengapa kamu tak mengatakan apa-apa?]
Gula? Meskipun dia nyaris tak berdiri di sana, Seol mencoba menyisir ingatannya. Nama itu terdengar terlalu familiar…
[Aku…]
Ketika Seol mendengar sisa suara itu, dia secara naluriah tahu jika akhirnya suara itu sudah berakhir. Dia meraih pegangan pintu dan nyaris tak berhasil memutarnya.
***

Udara dingin di luar, mendinginkan tubuhnya dengan cepat. Dia tak tahu, jika Zona Netral sedingin ini sampai sekarang. Seol bersandar di dinding dan tersentak kaget, setelah merasakan keringat dingin di punggungnya. Seluruh tubuhnya basah oleh keringat.
Dia merasa terbebani.
Sementara itu, energi yang mengaduk dan berkeliaran liar di dalam tubuhnya, menetap di tempat di antara jantung dan di bawah pusarnya. Dia merasa mengantuk juga, tapi hanya karena mampu bernapas lega, kondisinya berangsur membaik.
"Fwuooo…"
Seol membuka matanya, untuk menemukan puluhan pasang mata dengan bingung menatapnya. Sekarang dia memikirkannya, kepergiannya dari Ruang itu tak berbeda, dengan bagaimana Odelette Delphine membuatnya.
"Aku tahu ini akan terjadi."
Odelette Delphine sedang menunggu Seol sambil duduk di lantai.
"Aku menduga, kamu sekarang juga seorang Mage."
Mungkin dia merasa jauh lebih baik sekarang, karena dia bisa bertanya kepadanya, sambil membentuk ekspresi yang mengatakan, ‘Aku tahu itu’.
Seol dengan hati-hati mengatur pernapasannya, dan dengan tenang membuka mulutnya untuk berbicara.



< Prev  I  Index  I  Next >