SCG_028

SCG_028
Bab 28. Melakukan Misi (2)
Saat itu subuh, tapi plaza lantai pertama Zona Netral masih
penuh sesak dengan orang. Sejak kelas semua orang 'terbangun', misi menjadi
jauh lebih bisa untuk dilakukan. Demikian juga, tingkat kelangsungan hidup juga
telah meningkat pesat.
Sebelum Kebangkitan, tak banyak yang berani mencoba misi
kesulitan 'Normal'. Tapi sekarang, selama komposisi party dipikirkan dengan
baik, misi semacam itu dapat diselesaikan, tanpa mengambil risiko terlalu
banyak. Seseorang bahkan dapat mendengar desas-desus ysng beredar, jika sebuah
party berhasil menyelesaikan misi 'Hard'.
Ada tiga faktor pendorong yang memaksa para peserta untuk
menjadi lebih proaktif.
Dan mereka 'berhasil dalam lebih banyak misi', 'mendapatkan
lebih banyak Poin Survival', dan kemudian 'membeli skill atau peralatan yang
lebih baik'. Semua orang bisa melihat jika mereka terlihat semakin kuat, dengan
menghabiskan SP mereka. Tentunya ini membuat para peserta benar-benar tenggelam
dalam melakukan misi.
Orang bisa mengatakan, jika ini seperti jalur Möbius yang
terkenal.
Cinzia telah menyerang sasaran yang satu ini.
"Huaaam..."
Seorang pria yang duduk di dalam rest area di lantai pertama,
membuka mulutnya lebar-lebar dan menguap dengan keras. Dia menjilat bibirnya
dan mengamati sekelilingnya. Seolah-olah dia sedang menunggu seseorang.
Dia mengangkat kepalanya sedikit, ketika dia mendengar
langkah kaki yang mantap berjalan mendekat. Matanya tumbuh sedikit lebih besar,
sebagai antisipasi saat dia melihat ke atas tangga. Tapi, kaingin-tahuannya
hanya berlangsung sesaat. Dia meletakkan dagunya di sikunya dan dengan tak
tertarik mengamati orang yang menuruni tangga.
Itu adalah seorang pria muda yang memegang tombak. Semua
orang tahu siapa pria ini. Peserta yang duduk di posisi pertama, yang juga
menanggung semua sorotan, setelah dia solo bisa membersihkan misi tingkat
kesulitan 'Hard'.
Tentu saja, itu di masa lalu. Dua bulan telah berlalu sejak
itu. Dan sekarang, orang tak lagi menganggapnya sebagai seseorang yang
istimewa.
Tindakan pemuda yang menggunakan tombak itu nyaris tak masuk
akal. Dia tak melakukan misi nyata apa pun. Dia hanya mengulangi misi pelatihan
dasar yang sama, yang tak menghasilkan hadiah sama sekali. Itu wajar, bagi
semua orang untuk menemukan perilakunya agak aneh.
Banyak desas-desus berputar-putar di sekitar pemuda itu, dan
cara-caranya yang tak bisa dijelaskan. Tapi, bahkan itu hanya berlangsung
sebentar, sebelum akhirnya benar-benar mati. Karena dia tak menghalangi siapa
pun, semua orang kehilangan minat. Tambahkan fakta jika dia punya banyak poin
Survival saat kemari, semua orang akan mengerti, jika tak ada alasan baginya,
untuk melakukan apa pun.
Pikiran Cinzia di ruang tunggu itu tiba di sini, dan dia
menarik perhatiannya sepenuhnya.
‘Apa yang menyenangkan
dari berlari sepanjang waktu?… Hah?'
Pria di ruang tunggu itu tiba-tiba menyadari, ada perubahan
kecil dalam cara anak muda itu bertingkah, hari ini.
Biasanya, dia akan merobek perkamen misi berlari di trek,
begitu dia sampai di alun-alun dan menghilang dari pandangan. Namun untuk
beberapa alasan, dia berdiri di depan papan pengumuman untuk sementara waktu.
Bahkan, di mana dia berdiri sedikit berbeda dari kebiasaannya.
Dia akhirnya memilih perkamen dan dengan hati-hati
merobeknya menjadi dua. Dia pergi detik berikutnya.
'Tapi, misi berlari tak
ditemukan di bagian papan itu kan?'
‘Mungkinkah?’
Pria di ruang tunggu itu terbangun. Matanya tak meninggalkan
layer kaca, ketika pemuda itu berdiri dan berlari ke sana, seolah-olah dia
menumbuhkan sepasang sayap.
"Dia mengambil yang ini, di sini."
Baris kedua dari bawah, di paling kanan. Pria itu mengambil
perkamen misi dan melihatnya.
[Bertahan dari Serangan Ape Dog! (Jumlah misi yang tersisa:
2/30)
Perangi tiga Ape Dog di hutan dan selamat!
Kesulitan: Easy
Ketika berhasil: +40 SP
Ketika tidak berhasil: Kematian
* Party dimungkinkan (hingga 2 orang)]
Alis pria itu berkerut, saat dia membaca detail misi.
***
Tempat Seol berakhir adalah, hutan yang dipenuhi tanaman
merambat, dan pohon-pohon besar yang menghalangi langit di atasnya.
Dia mengeluarkan kantong kecil dari tasnya. Dia mengangkat
itu di atas kepala dan mengguncangnya. Menyebabkan bubuk merah muda tumpah dan
menyebar di udara.
Nama kantong itu adalah 'bau daging'. Dijual di toko-toko
Zona Netral. Itu memiliki efek menarik monster. Itu salah satu hal yang menurut
Agnes harus ia beli.
Masalahnya adalah, misi di mana seseorang diminta untuk
'Bertahan di alam liar'. Sebenarnya, lebih cepat untuk membunuh setiap binatang
buas dan monster yang ditemukan di area misi, daripada mencoba menghindarinya
selama dua jam ke depan, atau berapa pun batas waktunya.
Misi itu tak termasuk misi yang tak menampilkan pertempuran
apa pun, seperti ‘Temukan jalan yang benar’ atau ‘Keluar dari labirin’, Seol
berencana untuk setidaknya mencoba setiap satu jenis misi yang tersedia di
papan pengumuman. Jadi, 'bau daging' ini adalah barang yang sangat diperlukan,
jika dia ingin mempercepat proses pembersihan.
Sambil menunggu, Seol meminum semua botol Kompetensi yang ia
beli dari toko VIP. Jadi, dia hanya bisa membeli botol baru dari toko biasa.
Dia berpikir, jika efisiensi pelatihan empat kali lebih baik, daripada tak
memilikinya.
Ape Dog memiliki indra penciuman yang sangat luar biasa,
sehingga mereka segera tiba di lokasi Seol. Benar saja, suara semak berdesir
mulai menggelitik telinganya.
Arahnya dari sampingnya. Seol membuang botol dan memegang
tombaknya dengan erat. Semak belukar berdesir lembut beberapa kali, sebelum dua
Ape Dog perlahan-lahan muncul dari sana.
Tercakup seluruhnya dalam bulu hitam, monster-monster itu
memiliki ukuran yang cukup besar. Bukan hanya anggota tubuhnya, tapi seluruh tubuh
monster itu menonjol dengan otot-otot yang bergerak. Mereka mengingatkan Seol
pada gorila, tapi sedikit lebih kecil. Moncongnya yang seperti taring, menjadi
perbedaan utama.
Salah satu dari dua Ape Dog memposisikan dirinya di depan
Seol. Yang lain perlahan-lahan berputar ke sisinya, ke arah yang berlawanan
dengan arah jarum jam. Seolah-olah, dia menggoda Seol untuk melihatnya.
Seol menelan ludahnya, sambil terus melirik monster. Punggungnya
berkeringat, dan tetesan keringat tebal terbentuk di dahinya. Dia tak merasa
takut, ketika menghadapi puluhan skeleton. Tapi sekarang, dia menjadi tegang
tak tertahankan, sambil menghadapi dua monster seperti anjing.
Itu adalah perubahan yang nyata dalam pola pikirnya,
dibandingkan dengan bagaimana saat dia di dua bulan lalu.
Meskipun dia merasakan kecemasan yang besar, otaknya tak
pernah berhenti bekerja. Mana yang beredar di seluruh tubuhnya, pada saat yang
sama ditransmisikan ke tombak juga. Dan senjata itu mulai bersenandung dengan
sangat lembut, di tangannya.
"Apakah aku harus menunggu mereka bergerak?"
‘Tidak, seharusnya
tidak. Jika dibiarkan, kedua makhluk ini akan segera saling berhadapan.’
Itu berarti, dia harus bersaing dengan musuh di depan dan
belakang pada saat yang sama. Dalam hal itu, dia mungkin juga…
"Yang pertama menyerang, memenangkan pertempuran."
Ketika dia membidik dengan tombak, Ape Dog yang berjalan
santai, berhenti di jalurnya.
Tepat sebelum dia bergerak, Seol mengatur napasnya.
‘Apakah ini sulit untuk
mengambil langkah pertama?’
Dalam hati dia heran.
Seol bahkan tak berpikir untuk memiliki pertempuran yang
spektakuler, seperti yang ia saksikan berkali-kali di dalam mimpinya. Tidak,
dia hanya ingin bertarung sesuai dengan pelatihan yang diterimanya sampai
sekarang.
'Mari kita lakukan.'
Dia sudah mendapatkan posisi yang benar. Matanya mendapatkan
fokus baru.
Saat dia memutuskan, kaki kirinya mendorong dari tanah
dengan keras, sambil mendorong lengannya.
Ape Dog dengan cepat mengelak ke samping. Dan kemudian,
dengan kejam dia menerkam ke depan. Monster itu juga mengawasi tombak milik
Seol.
Tombak akan meleset di lintasan ini, tanpa diragukan lagi. Tapi,
Seol tak menunggu untuk tidak melakukan apa-apa. Begitu dia melihat monster itu
menghindar ke samping, dia menggeser cengkeramannya pada tombak.
Serangannya berubah dari 'Thrust' menjadi 'Cut'.
Ujung tombak yang menyodok tiba-tiba menggambar lengkungan
tajam, dan memotong melewati tenggorokan Ape Dog. Rasanya, seperti dia memotong
balok tahu yang keras. Melihat darah menyembur keluar dari luka, dia dengan
cepat melompat ke punggungnya. Cakar yang berusaha menyergapnya, nyaris mengenainya
dan meleset.
Serangan menyelinap Ape Dog gagal, karena seutas rambut. Monster
itu meluncur melintasi tanah, sebelum memutar tubuhnya. Seolah-olah itu adalah
master yang melayang, meninggalkan jejak cakar di tanah. Sayang sekali, pada
saat dia mencoba melihat manusia, sebuah benda tajam sudah menggali kepalanya.
Tombak tertanam jauh di dalam otak monster itu. Tubuh Ape
Dog bergetar ketika roboh.
Seol telah merawat dua Ape Dog dalam sekejap mata, tapi itu
belum berakhir. Dia menarik tombaknya, sekarang meneteskan darah, dan berputar
seperti gerobak dan menebas.
'Serang!'
Membanting!
Mulut terbuka dari Ape Dog yang tersisa mengarah ke
punggungnya, memuntahkan darah seperti air mancur di udara. Makhluk itu
berputar di udara beberapa kali, sebelum mendarat pertama kali di tanah dengan
bunyi ‘buukk’. Monster itu bergoyang-goyang seperti cacing sekarat, sebelum
akhirnya benar-benar lemas.
Seol menatap monster mati itu dengan ekspresi tercengang di
wajahnya.
Dia menebak jika Ape Dog ketiga bersembunyi. Karena ada
tertulis di perkamen misi, jika mereka bertiga.
Yang mengejutkannya adalah kekuatan serangnya yang tinggi.
Untuk pertarungan yang membuatnya sangat kesal, itu berakhir
dengan tangisan musuh. Saat ini, dia tak bisa menahan diri untuk menganggapnya
lucu. Mengingat kembali, bagaimana dia harus terus mendorong dirinya, untuk
mengambil langkah pertama.
"Dan mereka bahkan tak terlihat begitu lemah."
Sebelum dia menyadarinya, lingkungan sekitar berubah.
Itu adalah kemenangan yang layak disebut 'sempurna', tapi
Seol tak senang sama sekali.
"Apakah ada kebutuhan bagiku untuk mundur, dan kemudian
mendorong ke depan?"
Dia memutar ulang pertempuran di kepalanya, langkah demi
langkah.
‘Ketika aku beralih
dari Thrust ke Cut… Aku bisa merawat mereka berdua, secara bersamaan.’
Agnes mengatakan jika misi ini juga merupakan bentuk
pelatihan. Pelatihan teknik dasar saja tak bisa mengisi celah tertentu,
katanya.
Sekarang, saatnya untuk melalui berbagai jenis situasi
pertempuran, dan mendapatkan pengalaman berharga, katanya juga. Poin Survival
yang didapat hanya akan menjadi lapisan gula pada kue, tambahnya.
'Sekali lagi.'
Seol mengambil perkamen misi terakhir yang tersisa, dengan
wajah bersemangat dan merobeknya menjadi dua.
Akhirnya, kunci kontak dihidupkan.
***
Saat ini, peserta yang memegang pengaruh paling besar di
dalam Zona Netral adalah, tanpa diragukan lagi, Odelette Delphine. Tak hanya
dia yang sangat disukai dari kelas 'Mage', tapi SP awal 7.500 juga telah
memberinya sepasang sayap bantuan yang menjulang tinggi.
Dia mulai membeli beberapa skill dan equipment, segera
setelah Kebangkitan-nya selesai. Segera, dia mendapati dirinya diangkat ke
status yang paling banyak dibicarakan di Zona Netral. Mungkin cocok dengan
kepribadiannya, dia kemudian memilih untuk membentuk party-nya sendiri,
daripada memasuki party orang lain.
Peserta dari daerah yang sama dengannya, Leorda Salvatore,
dan daerah Hao Win memasuki party-nya. Yang berarti, menyebut kelompoknya sebagai
party teratas dalam Zona Netral tak berlebihan. Itu hanya fakta.
"Siapa?"
"Orang itu. Peringkat teratas. "
Odelette Delphine menatap Leorda yang sangat bersemangat,
dengan wajah penasaran. Hanya apa yang bisa mengacaukan pemegang kelas Archer,
yang biasanya pendiam seperti ini?
"Ah... Apakah itu sejak kemarin? Aku memang mendengar, jika
dia mulai melakukan misi lagi. ”
"Tapi, itu…"
"Tapi, bukankah itu hal yang baik?"
"Maaf?"
“Aku mengharapkan dia untuk mulai bergerak segera, lagipula…
Bagaimanapun juga, Aku pribadi akan pergi dan berbicara dengannya. Orang itu…
Jujur, dia adalah orang nomor satu yang ingin aku rekrut, Kamu tahu. ”
Leorda hanya bisa merasakan rasa frustrasi, ketika dia
mendengarkan cetak biru masa depan yang cerah, yang datang dari gadis remaja
yang masih naif, yang belum tahu apa yang sedang terjadi.
"Bukan itu masalahnya di sini."
“…? Lalu, apa itu? ”
“Dua hari yang lalu, setiap misi ‘Easy’ dan ‘Little Easy’ di
papan menghilang. Orang itu membersihkan mereka semua. Sendirian."
"Hmm… Kedua kesulitan itu tak banyak untuk memulai, kan?"
Hao Win bergumam di antara rokoknya, sambil bersandar di
kursinya, kedua kakinya di atas meja. Dia sepertinya menyiratkan jika tak perlu
repot tentang hal-hal.
Ada total 9 tingkat kesulitan berbeda, yang ditemukan di
papan pengumuman.
'Basic'.
‘Very Easy’, ‘Easy’, dan ‘Little Easy’.
'Normal.'
‘Little Hard’, ‘Hard’, dan ‘Very Hard’.
Dan terakhir, ‘Impossible’.
Jumlah misi yang tersisa yang tersedia, untuk misi yang
diberi peringkat ‘Very Easy’, ‘Easy’, dan ‘Little Easy’, hampir semuanya
selesai sekarang. Karena, para peserta berbondong-bondong untuk membersihkan
mereka, selama bulan pertama mereka di Zona Netral. Tak lupa, jumlah upaya
rendah untuk memulai, sehingga mereka menghilang sepenuhnya. Itu pasti terjadi,
cepat atau lambat.
Setelah Pekerjaan mereka selesai, para peserta kini
berbondong-bondong ke misi 'Normal' dan 'Little Hard'. Namun, itu masih
baik-baik saja, karena jumlah misi mereka telah meningkat secara dramatis, saat
bertepatan dengan Kebangkitan mereka.
Jumlah misi yang tersedia untuk tingkat kesulitan berikutnya,
jauh lebih rendah dibandingkan tingkat bawahnya. Tentu saja, pihak-pihak yang
mencoba kesulitan 'Hard' jumlahnya juga cukup sedikit.
Tidak, masalah sebenarnya adalah…
"Lihat, sepertiga dari misi 'Normal' yang tersisa, juga
telah menghilang sejak semalam."
"Apa?"
Kedua mata Odelette Delphine terangkat. Jika itu tadi malam,
dia berada di tengah-tengah misi untuk membersihkan tingkat ‘Hard’ dengan party-nya.
"Bukan hanya itu. Aku pribadi pergi ke sana dan
mengkonfirmasi itu… Bahkan misi 'Little Hard', menurun dengan kecepatan yang
menakutkan. "
"Apa katamu?!"
Hao Win harus menurunkan kakinya dan duduk tegak.
"Bukankah aku sudah memberitahumu hal ini? Seluruh
plaza gempar. "
"Ayo pergi."
"Ayo pergi dan lihatlah!"
Laki-laki dan perempuan itu berdiri dari kursi masing-masing,
secara bersamaan.
Odelette Delphine bergegas ke lantai pertama, hanya bertemu
dengan tontonan yang tak segera ia pahami.
Lusinan peserta mengelilingi satu orang sambil saling
berbisik. Di tengah kerumunan itu, Seol sibuk merobek selembar kertas menjadi
dua.
"Apa yang sedang terjadi…"
Odelette Delphine menjadi bingung, ketika dia melihat Seol
menghilang. Dia akan mendorong tubuh yang menghalanginya, dan bergegas menuju
papan pengumuman. Itu hanya untuk berhenti, di tempatnya.
"Apa?!"
Gadis remaja itu tak bisa membantu, tapi berseru dengan
kaget, ketika Seol muncul kembali di alun-alun.
Apakah itu sekitar satu menit? Itu pasti tak lebih dari dua
menit…
Dia bahkan merasa takut, setelah melihat wajah tanpa
ekspresi yang ia miliki, ketika lelaki itu berjalan ke papan dan merobek
perkamen lain.
"Apa yang dia pilih?"
Ketika Seol menghilang lagi, Odelette buru-buru memeriksa
papan misi.
[Bertahan melawan Wendigo! (Jumlah misi yang tersisa: 14/60)
Melawan Wendigo di dalam hutan dan bertahan hidup!
Kesulitan: Little Hard
Ketika berhasil: +450 SP
Ketika tidak berhasil: Kematian.
* Party dimungkinkan (hingga 4 orang)]
"Aku baru saja mendengar, jika ini adalah kali
keenamnya melakukan misi itu."
Leorda berdiri di sisinya, sebelum dia sempat menyadarinya.
Dia menggelengkan kepalanya, saat tawa pahit keluar dari mulutnya.
Odelette menghitung di kepalanya.
‘Satu, dua, tiga,
empat…’
Ketika dia menghitung sampai 57, Seol kembali ke alun-alun. Pemuda
itu kemudian melanjutkan untuk memilih misi lain.
Jarang sekali, dia mencoba misi hanya sekali. Sebagian besar
waktu, dia mengulanginya dua atau tiga kali, sebelum melanjutkan. Beberapa misi,
dia mencobanya lebih dari lima kali.
Sebelum dia menyadarinya, bahkan dia menjadi salah satu
penonton yang terpana. Dalam kurun waktu 20 menit, dia dapat mendengar suara
perkamen yang terbelah dua belas kali. Setiap misi terkait dengan pertempuran.
Tak peduli bagaimana orang mengatakannya, lelaki itu membersihkan setiap misi
dengan kecepatan yang menakutkan.
Dua pria yang menonton dari lounge, hanya bisa mengklik
lidah mereka dengan takjub.
"Wow…. Apakah itu mungkin manusia? ”
"Tidak tahu. Tapi lihat dia. Dia melakukannya lagi.
"
"Betapa irinya diriku, menjadi Tanda Gold dan
semuanya."
"Hah. Dan di sinilah diriku, bertanya-tanya mengapa dia
tak melakukan apa pun sampai sekarang. Ini seperti semuanya adalah hiburan
baginya, bukan? "
‘Tanda Gold? Hiburan?’
Agnes mendengus mengejek, ketika dia mendengarkan dari sudut
ruang tunggu.
"Betapa bodohnya orang itu."
Keduanya tak pernah bisa melihat cahaya kebenaran, bahkan
jika mereka dikirim ke neraka dan kembali. Sementara mereka jatuh cinta pada
trik Cinzia, dan berkonsentrasi pada menyelesaikan misi, Seol sendiri harus
menanggung pelatihan keji yang tak kenal ampun.
Apakah Seol tak ingin menyelesaikan misi dan mendapatkan SP?
Tentu saja tidak. Dia benar-benar ingin menyelesaikannya
juga. Tapi, dia hanya bertahan. Skill dan kemampuan yang ia kumpulkan selama
dua bulan terakhir tanpa mengeluh, akhirnya menghasilkan buah yang lezat
sekarang.
Seolah-olah dia punya sesuatu untuk dibuktikan, Seol terus
muncul dan kemudian menghilang untuk waktu yang sangat lama.
Senyum lembut dan halus melayang di bibir Agnes.
***
[Menembus pengepungan dan bertahan hidup! (Jumlah misi yang
tersisa: 11/15)
Selamat dari pengepungan kelompok skeleton!
Kesulitan: Hard
Ketika berhasil: +1000 SP.
Ketika tidak berhasil: Kematian
* Party dimungkinkan (hingga 6 peserta)]
'Akhirnya.'
Seol sudah menjalankan misi 'Little Hard' yang tersedia
dalam empat hari. Dan sekarang, dia akan mencoba misi ‘Hard’ pertama. Dia sudah
memutuskan mana yang ia pilih. Jadi, tak ada keraguan.
Tempat dia diteleportasi adalah gua bawah tanah. Menatap
langit-langit rendah itu, perasaan aneh deja vu membanjiri.
"Sudah lama."
Lusinan skeleton memelototinya, seperti sebelumnya. Seol
menyeringai sedikit, sebelum pandangan fokus yang tegas kembali ke wajahnya,
sementara tubuhnya beralih ke kuda-kuda yang benar.
Arena pertempuran itu kecil dan terbatas, tak ada ruang
untuk mundur. Jawaban yang benar di sini adalah untuk tak mundur, tapi
mendorong maju.
Saat skeleton yang mengenakan helm di belakang, membuka
rahang tulangnya, Seol menerkam ke depan seperti macan tutul.
Ketika dia dengan kuat mendorong maju ke daerah dengan kerumunan
besar skeleton, suara retak yang membosankan memenuhi gua, dan serpihan-serpihan
tulang yang beterbangan. Dia menampar pedang yang mencoba memotongnya dari
samping, dan menusukkan tombaknya ke celah yang terbuka.
Dengan celah kepala terbuka, Skeleton itu berguncang dengan
lucu sebelum ambruk.
Dia mengamankan ruang untuk dirinya sendiri dengan cara ini.
Kemudian, dia melanjutkan untuk dengan cepat membunuh skeleton satu per satu,
ketika mereka berusaha untuk bergegas ke posisinya.
Gaya pertempuran Seol sederhana namun efektif.
Dia pertama-tama menggunakan serangan menusuk dan mengandalkan
‘Thrust’, untuk menghancurkan kepala musuh. Jika serangan lain datang padanya
pada saat yang sama, dia dengan cepat menghindar kembali. Kemudian, ketika
serangan itu meleset, dia menusuk ke depan. Dia hanya membidik skeleton yang spesifik
menunjukkan celah.
Pergeseran antara ‘Strike’ dan ‘Thrust’ sama mulusnya dengan
aliran air yang mengalir. Kecepatan tangannya benar-benar cepat, ketika dia
terus memegang tombak tanpa henti.
Pengalaman yang ia dapatkan melalui ratusan misi, membantu
Seol tumbuh lebih jauh dari sebelumnya.
Dalam sekejap, garis depan skeleton hancur. Dan saat baris
kedua mulai dikalahkan juga…
Seperti yang ia harapkan…
Mengaum!
Skeleton dengan helm melepaskan raungan keras dari belakang.
Monster itu meraih kapak besar dan mulai berlari dengan gila ke arah Seol.
Pada saat itulah, jantung Seol bergetar dan berteriak.
Berapa lama…
Berapa lama… dia menunggu saat ini?
Jumlah simulasi yang ia jalankan di dalam kepalanya,
berjumlah puluhan. Dia tak akan membuat kesalahan tunggal di sini.
Dia menepis serangan masuk goreng kecil, dan mengambil empat
langkah cepat kembali. Pada saat yang sama, skeleton berhelm melompat di udara.
Kapak itu ditarik kembali. Dan kemudian, kapak itu turun ke kepala Seol. Saat
itu, matanya bersinar dengan kilatan berbahaya.
'Serang!'
Kapak yang jatuh dan tombak yang berputar, dan bertabrakan
dengan keras di udara.
Denng!
Pekikan logam yang merobek telinga, memantul di sekitar gua.
Kapak itu tak bisa turun lebih jauh, dan tombak tak bisa
menangkisnya. Namun, ada sesuatu yang berubah dibandingkan sebelumnya.
Kiik, Kiiiik!
Percikan api terbang, ketika bilah kapak dan ujung tombak
saling bertabrakan. Persaingan kekuatan yang pendek segera berkembang, ketika
Seol menanggung beban terbesar dari serangan skeleton itu.
Woong !!
Kekuatan besar monster itu, ditingkatkan oleh kejatuhannya,
menghilang dengan cepat. Namun, Mana Seol terus berkembang seperti pegas tanpa
dasar, dan menambah kekuatan fisiknya.
"Kuuuuuek!"
Seol berhasil mendorong kapak dan dengan cepat merebut celah
yang telah ia buat. Ketika serangan besar itu gagal, celah yang terbuka akan
sama besar.
Skeleton itu jatuh dari udara, setelah kehilangan
keseimbangan. Dan Seol dengan cepat menusuk tombaknya ke depan, ke salah satu
rongga mata kosong skeleton itu.
Kreakk!
Helm yang terbuat dari tulang terlempar pergi, setelah
tombak menghantamnya. Skeleton itu memulai sebuah tarian mabuk, saat dia jatuh
ke tanah, setelah lebih dari setengah kepalanya hancur.
"Aku melakukannya!"
Seol jarang berteriak. Tapi sekarang, dia melakukannya
karena kegembiraan.
Mengayunkan dan menikam skeleton. Peristiwa yang hanya bisa
diimpikannya untuk dilakukan, akhirnya dia melakukannya juga.
Tubuhnya dipenuhi dengan kebahagiaan, saat dia melihat
tumpukan tulang yang tak bergerak di tanah. Rasa prestasi, kemenangan yang
diperoleh dengan baik, menggelembung di dalam hatinya. Dia berpikir, jika dia tak
akan pernah jatuh sakit dan bosan dengan kegembiraan ini, selama sisa hidupnya.
'Tunggu sebentar.'
Tiba-tiba, dia merenungkan apa yang mungkin terjadi, jika
dia memilih metode yang berbeda untuk melawan. Karena dia mengetahui lawan menggunakan
serangan lompatan, tak bisakah dia mencoba hal lain selain 'memukul dan
menusuk'? Dan masih menang dengan cara yang sederhana dan efisien?
Beberapa kemungkinan terus masuk dan keluar dari otaknya.
Dia perlu mencobanya terlebih dahulu untuk melihat apa itu.
'Sekali lagi!'
Keinginan untuk cepat melawan skeleton berhelm membuatnya
dipenuhi motivasi. Jadi, dia dengan cepat mengacungkan tombaknya ke monster
yang tersisa. Namun, senyum ceria tak pernah meninggalkan wajahnya.
***
Seol terus menyerang misi pengepungan ‘Hard’ berulang kali.
Dia mempertimbangkan posisi para peserta lainnya dan meninggalkan
jumlah misi yang cukup untuk misi lain. Tapi untuk misi skeleton ini, pemikiran
untuk bersikap sopan tak sekali pun memasuki pikirannya. Setiap kali dia
mengalahkan skeleton berhelm, dia merasa seolah-olah beban berat yang tak
terlihat membebani pundaknya terangkat. Dia akhirnya merasa seperti bisa
bernapas lagi.
Sayangnya, masalah yang tak terhindarkan itu akhirnya
memunculkan kepalanya. Karena dia sangat antusias dalam menyelesaikan misi,
jumlah misi yang tersisa juga berkurang dengan cepat.
Tak ada yang Seol bisa lakukan, karena hanya ada 12 misi
yang tersisa. Tapi, dia masih belum puas. Sebaliknya, dia berpikir jika dia
perlu melakukan, setidaknya 50 kali lebih banyak, sebelum ia puas.
Tentu, Seol mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan.
Kemudian, pada upaya terakhir yang tersisa, dia melakukan sesuatu yang sama
sekali tak pernah terjadi.
Dia mengalahkan setiap skeleton kecil yang ditemukan dalam
misi super cepat, sambil meninggalkan skeleton bos berhelm sendirian. Ada
banyak kesempatan untuk membunuhnya, tapi Seol memastikan untuk tak melukainya
dengan fatal.
"Bangun, Kau bajingan."
Seol memelototi skeleton yang tergeletak di lantai. Di
tangannya ada tombak dan kapak skeleton itu. Dia menemukan kondisi monster itu
tak sesuai dengan harapannya. Jadi, dia menggunakan ujung tombaknya untuk
mengetuk kepala skeleton berhelm itu beberapa kali, mencoba membuatnya berdiri.
"Berdirilah, Skellie."
(Skellie= plesetan skeleton)
Ketika dia menendang agak keras, skeleton itu berguling
dengan berisik. Helmnya hilang dan tak bisa ditemukan lagi. Tak sulit
membayangkan tingkat penyiksaan yang harus dilalui monster itu, hanya dengan melihat
tulang selangka yang tak selaras, atau beberapa tulang rusuk yang retak.
Skeleton itu tersentak dan mulai bergerak-gerak. Dia mencoba
mendorong ke tanah dengan tulang-belulangnya yang gemetar. Begitu berdiri,
kakinya bergoyang dengan lemah.
Seol kemudian melemparkan kapak ke sana dan berjalan menjauh,
memperlebar jarak di antara mereka. Ekspresi masamnya menunjukkan betapa
dirinya tak puas, ketika dia terus menatap tajam pada skeleton yang agaknya
bisa runtuh kapan saja.
Gagasan one by one yang ia inginkan adalah ide yang
cemerlang, jika dia bisa mengatakannya sendiri. Sekarang, dia dapat terus
berjuang untuk isi hatinya, tanpa jumlah misi yang menghambatnya.
Untuk tigapuluh kali pertama mereka bertarung, skeleton itu
tampaknya menertawakan tingkah Seol. Tapi saat melewati ke-50 kalinya, rasanya skeleton
itu mulai mati-matian melawannya. Melewati 60, monster itu jelas kehilangan
semua motivasinya untuk bahkan bertarung.
Seol juga telah melakukan beberapa kesalahan, dengan
menyesuaikan kekuatannya selama pertarungan dan akhirnya menyerang skeleton di
sana-sini. Bahkan mempertimbangkan itu, kekecewaan yang ia rasakan dan sulit
untuk dijelaskan hanya dengan kata-kata.
"Aku mohon! Lakukan satu lagi serangan melompat! Kamu
tahu, serangan melompat itu sudah kamu lakukan bukan? Bisakah kamu mengerti
diriku? ”
Tak diketahui apakah skeleton itu mendengarkannya atau
tidak. Monster itu hanya mengangkat kapak. Tapi kemudian, salah satu tulang
bahunya patah dan jatuh. Skeleton itu akhirnya menyerah, setelah penganiayaan
berulang yang harus ia alami.
Skeleton itu membeku di tempat. Rongga matanya yang kosong
melirik sekilas ke arah Seol.
"Yah, kamu masih memiliki lengan kananmu."
Clack, clack, clack,
clack…
Skeleton itu tanpa daya menggertakkan giginya. Tak ada yang
tahu, apa yang ingin dikatakannya. Tapi, itu masih terdengar seperti
permohonan.
"Ayo, mari kita bertarung. Cepatlah.”
Pada akhirnya, skeleton itu berhasil menggenggam kapak, saat
tulangnya mencicit dan berderit berisik. Seolah-olah, monster itu memaksa
dirinya sendiri untuk mengatasi batas-batasnya. Meskipun itu hanya skeleton
yang sangat kecil…
"Baik. Datang kepadaku. Aku mendengar jika monster undead
sepertimu membawa kebencian tanpa syarat untuk semua makhluk hidup. Jadi,
tunjukkan padaku. ”
Seol menggunakan tombaknya untuk memanggil monster itu.
"Aku akan mengakhiri ini, setelah dua puluh kali lagi,
oke?"
Saat itulah, Seol sejenak berpikir jika dia bisa melihat
tulang belulang skeleton yang terbuka itu tersentak.
Skeleton yang sedari tadi berdiri di depannya dan tak
melakukan apa pun. Akhirnya menggerakkan kakinya. Dia mengangkat kapak tinggi
dan mulai terburu-buru.
Namun, serangannya tak memiliki kekejaman atau keyakinan
sama seperti sebelumnya. Tidak, itu hanya tampak menyedihkan. Seol menjilat
bibirnya dan menyiapkan kuda-kuda untuk 'Strike'.
Maka, skeleton itu dengan terhuyung-huyung 'berlari' ke arah
Seol, dan mengangkat lengan yang tersisa di atas kepalanya. Saat dia
bersiap-siap untuk menampar kapak yang jatuh…
Skeleton itu melepaskan kapak begitu lengannya jatuh.
Perhatian Seol dicuri oleh kapak yang terbang melewatinya.
Pada saat itu dia tak melihat, skeleton itu menggenggam ujung tombak sekencang
mungkin. Kemudian, monster itu memanggil kekuatan tersisa yang masih bisa
dihasilkannya. Monster itu membanting kepalanya sendiri ke ujung tombak.
Tulangnya hancur dan sisanya jatuh ke tanah.
Cara penumpukan pecahan tulang tetap seperti itu, tak ada
yang bisa ia lakukan, selain merasa jika dia sampai kasihan kepada monster
malang itu.
Semuanya terjadi dalam sekejap mata.
[Kamu telah berhasil menyelesaikan misi kesulitan 'Hard'.]
[1.000 poin Survival telah ditambahkan ke penghitunganmu.]
[SP Saat Ini: 85.280 SP]
Seol hanya berdiri di sana dengan tercengang, matanya
berkedip tanpa henti.
"Hah."