Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

TPS_140

gambar
To Be a Power in the Shadows


TPS_140

Bab 140 - Gettan…


Gerakan Gettan menjadi jauh lebih cepat dari yang sebelumnya.

Ketika dia berpikir jika salju sedang bertiup, sebelum dia menyadarinya, Gettan sudah berada di depan John Smith.

“AAAOOOOOOOOOO!!”

Gettan mendatanginya sambil menangis.

Jari John Smith bergerak dan senar baja memotong langit.

“——– Hou”

Naginata dan senar saling bentrok, yang didorong mundur adalah John Smith.

Beberapa senar baja jatuh dari jari John Smith.

Gettan tak berhenti.

Seperti binatang buas, Dia terus mengejar John Smith yang mundur.

Naginata itu sekali lagi memotong senar John Smith.

Naginata Gettan menyapu dan senar baja John Smith menari.

Bentrokan keduanya berlanjut untuk sementara waktu, dan akhirnya John Smith kehilangan semua kekuatannya.

“AAAAaaaaaaaaaaa!!”

Untuk dia yang kehilangan senjatanya, Gettan mendekatinya dengan senyum kegilaan di wajahnya.

Namun, John Smith hanya menghela nafas dan berhenti bergerak.

“Lagi pula, itu hanya senar ya….”

Dia berbisik begitu membosankan dan melihat Gettan yang mendekat.

Keduanya sekali lagi bentrok.

Menanggapi tebasan berat Gettan, John Smith mengambil satu langkah, dan menghindari serangan itu.

Naginata meluncur di sepanjang pipinya dan udara hitamnya bergetar di udara.

Penghindarannya dilakukan dengan gerakan minimal.

Langkah yang diambilnya adalah langkah terpendek dan tercepat, untuk menghindari serangan.

Itu adalah langkah yang juga bersamaan dengan dia yang menghindari serangan. Langkah yang ideal.

Dengan kata lain, itu adalah seni perang.

“Apa !?”

Saat Gettan membuka matanya lebar-lebar karena terkejut, siku John Smith sudah menuju ke rahang Gettan.

“GaHaa.”

John Smith tanpa ampun melanjutkan serangannya pada Gettan yang terhuyung-huyung.

Tinju John Smith menembus perut Gettan. Tubuhnya membungkuk dalam bentuk ใ. Yang terjadi selanjutnya adalah, tendangan lutut ke tubuh bagian atas Gettan.

Serangan terus-menerus John Smith tak berhenti di situ.

Dengan menggunakan tinjunya, siku, dan lututnya untuk menyerang… setiap kali tubuh Gettan menerima serangan itu, dia diterbangkan begitu saja.

Senjata terkuat adalah tubuhmu sendiri, John Smith mewujudkan pernyataan itu.

Gettan juga berusaha mundur dengan putus asa, dan melarikan diri dari badai serangan itu.

Karena efek tablet, tubuhnya pulih setelah kerusakan. Dia menunggu badai serangan itu berhenti, dan mundur ke area aman...

Tapi, John Smith tak berhenti.

Langkah yang diambilnya menyegel Gettan, pukulan yang dilepaskannya, membuat kaki Gettan tak berdaya.

Dalam serangan dan pertahanan instan itu, semuanya sudah dihitung.

Dengan melakukan itu, John Smith melanjutkan serangan sepihaknya.

Dalam jarak sedekat itu di dalam Maai-nya, tak peduli bagaimana mangsanya bergerak, dia tak akan pernah lepas dari Maai itu.

Dia terus menyerang mangsanya seperti sedang melakukan pekerjaan rutin.

“Gah… Aha…. Gu, Guo… Geho.”

Tulang Gettan hancur, taring dan organ dalamnya dihancurkan. Tapi, dia segera pulih.

Adegan itu sudah seperti siksaan tanpa akhir.

Darah merah berceceran di salju putih dan membuat noda. Dan sedikit demi sedikit, kekuatan dan kecepatan tinju John Smith meningkat.

Seolah-olah, dia sedang menguji seberapa banyak yang bisa ditahan Gettan.

“Katakan, kamu memiliki sesuatu yang ingin kamu katakan benar…”

“Gah…. Ya ampun.”

Sambil terus memukul Gettan, John Smith berbicara.

Akhirnya, ddia telah mencapai batasnya.

Pemulihan Gettan telah berhenti.

Melihat itu, John Smith membentangkan Maai-nya setengah langkah… dan menggunakan kaki kanannya untuk menendang Gettan, dengan seluruh kekuatannya.

Gettan menerima tendangan dengan sisi tubuhnya, Dia berguling keras di atas salju.

“Aku benci menendang, itu menghancurkan keseimbanganku.”

Kata John Smith dengan bosan.

Dia perlahan berjalan ke Gettan dan menginjaknya, yang mencoba untuk bangun.

Gettan mengangkat kepalanya dan menatap John Smith.

“Ga….”

John Smith meninju wajahnya dengan kepalan.

“Katakan...”

Dia meninju dia lagi.

“…Hal yang ingin Kamu katakan.”

“Kamu benar-benar kuat...”

Gettan menatap John Smith dengan wajah yang dipenuhi berbagai emosi.

Kemarahan, Benci, Iri, dan Penyesalan…..

“Jika aku sekuat kamu, mungkin sesuatu telah berubah…. aku lemah….”

Emosi yang kompleks membuat suaranya berat.

“Aku telah melarikan diri dari kelemahanku, hasilnya adalah seperti yang kamu lihat.… Aku ingin tahu apa yang aku lakukan. Hal yang ingin aku lindungi bukanlah hal semacam ini, aku…. aku tak bisa menerima kelemahan diri sendiri.”

Lalu Gettan tertawa.

“Kamu kuat… kamu tak berjuang untuk dirimu sendiri, dan mampu memperjuangkan hal yang kamu cintai…. Jika itu kamu… aku bisa mempercayakan….”

Suara Gettan sudah kehilangan kekuatannya. Dia menggunakan jarinya yang gemetaran dan menunjuk ke arah Yukime.

“Yuki “salju”… Aku mempercayakan dia padamu….”

“Dimengerti.”

John Smith meraih jari gemetar itu.

“Perasaanmu, Aku pasti menerimanya.”

“Terima kasih... yo....”

Lalu, napas Gettan berhenti.

“Gettan…….”

Yukime mengubur wajahnya di wajah John Smith. Air mata menodai pakaiannya.

“Aku….. aku…..”

“Ini sudah berakhir. Kebencian itu pasti ada di sana, tapi Kalian pada akhirnya saling memahami…”

Mengatakan demikian, Dia menepuk punggung Yukime, dengan tangan yang dipenuhi kekuatan sihir.

“Aku menyembuhkan bekas lukamu, mari kita menantikan masa depan.”

Dia berkata dengan suara kecil.

“Dia mengatakan, jika dia menguburnya(ema situ) di bawah salju di sana kan…..”




< Prev  I  Index  I  Next >

1 comment for "TPS_140"