SCG_369
SCG_369
Bab 369. Yang Menunggu (3)
Apa yang Seol Jihu lihat ketika pertama kali membuka matanya
adalah, sebuah batu besar. Sebuah batu besar yang tumbuh hingga seukuran rumah,
memenuhi garis pandangnya.
Pada saat itu, Baek Haeju yang berdiri di depannya dengan
linglung, merentangkan lengan kirinya ke samping.
Anehnya, batu itu bergerak sendiri, seolah-olah itu melekat pada tangan Baek Haeju. Dan kemudian, itu berguling ke bawah.
Baru saat itulah penglihatan Seol Jihu cerah.
Napas Seol Jihu terhenti sementara, saat dia takjub melihat
kemampuan Baek Haeju. Tapi kemudian, dia terkejut tak bisa berkata-kata, ketika
dia melihat apa yang ada di depannya.
Itu sama untuk Baek Haeju. Matanya yang melebar diwarnai
dengan rasa tidak percaya yang kuat.
Itu karena, pria yang duduk di altar di puncak gunung dengan
tangan bersedekap dan melihat ke bawah dengan arogan… tidak lain, itu adalah
Seol Jihu.
Kepala Baek Haeju menoleh ke samping.
Melihat Seol Jihu berdiri dengan bingung di belakangnya, dia
kembali ke puncak gunung. Tidak peduli berapa kali dia melihat, ada dua Seol
Jihu.
Setelah beberapa detik kehilangan kata-kata, Baek Haeju
tersadar dan memperhatikan sedikit perbedaan antara Seol Jihu yang berdiri di
belakangnya, dan Seol Jihu yang duduk di altar.
Wajah dan penampilan luar mereka sama… tapi, mereka memiliki
atmosfer yang sama sekali berbeda.
Ada pepatah yang mengatakan jika kepribadian seseorang
tercermin dari wajah mereka.
Seol Jihu yang Baek Haeju tahu adalah seseorang yang cocok
untuk senyum ceria. Kegembiraannya terkadang membuatnya tampak seperti anak
kecil. Tapi, kesederhanaan inilah yang membuatnya menawan.
Namun, Seol Jihu di puncak gunung, adalah sebaliknya.
Wajahnya gelap, seolah dia tidak melihat cahaya hari untuk
waktu yang lama. Dan bibirnya tertutup rapat, seolah-olah dia adalah seorang
biarawan yang mempraktikkan asketisme.
Alisnya yang sedikit terangkat tampak angkuh dan pemarah.
Pupil matanya, yang diwarnai dengan kesedihan yang tak dapat
dijelaskan. Kadang-kadang, itu merefleksikan keletihan dan dendam iblis yang
ganas pada orang lain.
Yang paling penting, karisma yang luar biasa terpancar dari
tubuhnya, secara rahasia.
Itu mudah dilihat, hanya dari noda hitam kemerahan dan
bintik-bintik tanah pada armor hitamnya yang berkarat dan tombak yang pudar…
itu menandakan jika dia adalah seorang veteran berpengalaman yang bekerja keras
di medan perang yang mengerikan, selama setidaknya sepuluh tahun.
Pada titik inilah, Baek Haeju memperhatikan, dari mana
perasaannya tentang deja vu ini berasal.
Dia belum pernah bertemu dengan earthling, yang mengeluarkan
tekanan kuat seperti itu. Tapi memikirkannya dengan hati-hati, dia mengingat
satu orang.
Seorang pria yang bukan hanya tidak menunjukkan rasa takut
terhadap Army Commander Parasite. Tapi, juga bermain-main dengan mereka,
seolah-olah mereka hanyalah anak-anak.
Benar, itu pada perang Lembah Arden…
“Apa kamu tidak mendengarku?”
Saat pikiran Baek Haeju berlanjut, sebuah suara kesal
terdengar.
Seol Jihu berarmor hitam, berdiri dari altar. Dia
membersihkan pantatnya dan berjalan dengan susah payah.
“Turun kembali. Jangan pernah bermimpi tentang melangkah ke
puncak, sampai kamu lulus ujian.”
Dia berbicara dengan tangan di sakunya, seperti berandalan daerah
setempat.
“…Kamu…”
Mata Baek Haeju menyipit.
“Siapa kamu?”
“Aku? Nah, bagaimana aku harus mengatakan ini…”
Seol Jihu berarmor hitam menggaruk hidungnya.
“Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya padamu, jujur
saja. Tapi aku rasa, kamu bisa menganggapku sebagai pembantu.”
Dia berbicara apatis, sebelum memutar sudut mulutnya dengan
seringai.
“Meski begitu, aku belum benar-benar ingin membantu.”
Dia sedang berbicara dengan Seol Jihu yang lain, yang
menatapnya dengan kosong.
Seol Jihu berarmor hitam mendecakkan lidahnya, dan menghadap
Baek Haeju.
“Pokoknya, tenang saja.”
“…apa?”
“Maksudku, jangan berlebihan. Bahkan, seekor singa akan melemparkan
anaknya dari tebing, saat waktunya tepat. Berapa lama kamu akan mengasuhnya?
Apa kamu akan merusaknya, seumur hidupmu?”
Dengan peringatan keras, Seol Jihu beramor hitam berbalik ke
Seol Jihu yang bingung, dan mendengus.
“Apa kamu tidak malu?”
“….”
“Kamu memanjat tanpa melewati ujian, runtuh seperti
serangga, dan kemudian menyerah. Itu tidak akan cukup, bahkan jika kamu mengepalkan
gigimu dan merangkak naik. Dan yang bisa kamu dapatkan hanyalah bergegas,
sambil bersembunyi di balik pantat seorang wanita?”
Kritik keras keluar.
“Keluarlah, sobat. Malulah.”
Kekuatan memasuki mata Seol Jihu. Dia merasa dituduh. Dia
tidak mencoba meminjam kekuatan Baek Haeju untuk lulus ujian. Dia hanya mencoba
untuk melihat, bagaimana melewati ketiga ujian itu. Lagipula, ujian tidak akan
mengakui dia lulus, jika dia tidak menyelesaikannya sendirian.
“…!”
Jadi tepat saat dia akan mengatakan sesuatu, Seol Jihu
merasakan lengannya ditarik. Menarik tombaknya, Baek Haeju menginjak puncak.
“…ya ampun. Kamu tahu, itu tidak ada gunanya.”
Seol Jihu berarmor hitam berbicara.
“Minggir.”
Namun, Baek Haeju tidak mundur.
“Seperti yang aku katakan, tidak ada gunanya.”
“Apakah aku tidak membuat diriku jelas?”
Suara yang agak mengancam keluar.
Baek Haeju mengarahkan cengkeramannya pada Spear of
Tathagata. Seolah-olah untuk menunjukkan, jika dia tidak takut menggunakan
kekerasan.
Seol Jihu berarmor hitam menundukan kepalanya, dan mendecak bibirnya.
“Apa kamu benar-benar perlu melangkah sejauh itu?”
“Ini peringatan terakhir. Pembantu atau apa pun,
menyingkirlah.”
“Haeju, kamu tahu, aku benci untuk mengulangi tindakanku
sendiri. Sudah berapa kali sekarang?”
“Diam. Jangan bicara seolah kamu kenal diriku.”
Mengucapkan dengan suara mengancam, Baek Haeju akhirnya
mengangkat Spear of Tathagata.
Seol Jihu berarmor hitam perlahan mengangkat kepalanya.
“Haa. Aku tidak ingin bertarung denganmu, tapi…”
Setelah menghela nafas panjang, pupil matanya yang berlubang,
tiba-tiba muncul di bawah sinar rembulan.
“Aku rasa, aku tidak punya pilihan. Aku tidak bisa menyerah
pada kesempatan ini. Aku sudah menunggu lama untuk saat ini, kamu tahu.”
Dengan gumaman penuh teka-teki, Seol Jihu berarmor hitam
meraih ke belakang, dan menarik tombak yang pudar itu.
Itu adalah tombak sederhana yang tidak terlihat terlalu
istimewa. Tapi saat itu memasuki tangannya, tekanan yang tidak bisa dijelaskan
keluar.
Tiba-tiba, tekanan atmosfer menguat.
Dipukul dengan perasaan firasat yang tak terlukiskan, Baek
Haeju menelan ludah tanpa disadari. Udara menyentuh kulitnya lengket. Puncak
kosong diisi dengan ketajaman, yang akan memotong apa pun yang bergerak.
Energi yang Seol Jihu berarmor hitam lepaskan secara
sembunyi-sembunyi, telah terwujud. Dan itu mengambil kendali, segera setelah
dia meraih tombaknya.
Baek Haeju tahu, jika energi itu dengan mudah melampaui
dirinya sendiri. Dalam hal niat membunuh saja, itu bahkan melampaui seorang Army
Commander.
Yang bahkan lebih sulit dipercaya adalah, jika Seol Jihu
berarmor hitam sepertinya tidak menggunakan kekuatan penuhnya. Seolah-olah,
pertunjukan kekuatan ini hanyalah persiapan untuk pertempuran.
“Apa kamu hanya akan berdiri di sana?”
Seol Jihu berarmor hitam memukul tombaknya.
Mata mereka bertemu.
Ekspresi Baek Haeju berubah, dan sudut mulut Seol Jihu
berarmor hitam meringkuk.
Pada saat berikutnya, Baek Haeju menendang tanah. Gaun
upacara putihnya berkibar, seperti bendera di tengah hujan badai.
Spear of Tathagata tiba-tiba bercabang tiga. Bilah tombak
yang melesat ke kiri dan kanan melengkung seperti cambuk, dan mengarah ke wajah
dan kaki Seol Jihu berarmor hitam.
Tentu saja, Seol Jihu berarmor hitam tidak hanya duduk diam.
Dia merunduk, menampakkan giginya sambil tersenyum.
Pang!
Sosok yang menghilang dengan suara ledakan, muncul kembali
di depan Baek Haeju.
Baek Haeju secara refleks menggesekkan tombaknya, dan Seol
Jihu berarmor hitam bergegas seperti binatang buas. Itu terjadi pada saat yang
sama.
Clang!
Dentang logam yang memekakkan telinga, terdengar.
Selanjutnya, sebuah tombak terbang ke udara, berputar.
Itu adalah Spear of Tathagata.
Baek Haeju membeku dengan tangan kosongnya terulur, dan Seol
Jihu berarmor hitam melompat melewatinya dan berhenti, setelah tiga atau empat
langkah.
Seol Jihu yang menyaksikan pertempuran mereka, meragukan
matanya. Sebenarnya, itu berakhir begitu cepat, sehingga dia bahkan tidak bisa
melihat dengan baik.
Hanya satu pertukaran serangan yang diperlukan, untuk
menghasilkan kekalahan satu sisi.
Baek Haeju tampak lebih terkejut daripada sebelumnya. Dia
tetap beku, seolah tidak percaya apa yang baru saja ia alami.
“Terkejut?”
Sebuah suara terdengar di belakangnya.
“Aku yakin kamu penasaran, tentang bagaimana aku tahu
kelemahan Teknik Tombak Giok.”
Baek Haeju balas menatap.
Pada saat yang sama, Spear of Tathagata datang
berputar-putar. Begitu tombak hijau itu menusuk tanah, Baek Haeju menatapnya
sebelum mengangkat kepalanya.
Seol Jihu berarmor hitam mengulurkan tangannya ke tombak,
dan mengangkat bahu.
Percikan terbang dari mata Baek Haeju. Dia mengeluarkan Spear
of Tathagata, dan membangunkan mana.
“Kamu belum selesai?”
Seol Jihu berarmor hitam bertanya, dengan ekspresi
tercengang. Bagaimanapun, energi berwarna giok mulai bergelombang di sekitar
Baek Haeju.
“Aaaaaaaaaahh!”
Bersamaan dengan teriakan bernada tinggi, sword qi melesat
keluar dari Spear of Tathagata.
Itu adalah teknik yang sama yang ia perlihatkan saat
melintasi ujian kedua. Namun, itu pada skala yang sama sekali berbeda.
Sword qi yang melesat seperti puting beliung, membentuk
jaring yang melingkar dalam sekejap, dan menerkam musuh.
Namun…
“Mari berhenti.”
Ketika Seol Jihu mengayunkan tombaknya seperti sambaran
petir, sayatan menganga dibuat di sisi kiri jaring.
“Kamu pasti merasakannya juga, kan?”
Ketika dia mengayunkan tombaknya untuk kedua kalinya, sisi
kanan terkoyak, dan jaring hancur.
Baek Haeju menarik napas dalam-dalam. Tiba-tiba, ekspresi
suram muncul di wajahnya. Dia merasa seperti berhadapan dengan seorang Army
Commander, yang telah melepaskan divinity mereka.
Namun, dia tidak melepaskan tombaknya.
Dia segera mengambil energinya dan menyatukannya bersama.
Dia membentuk hujan es sword qi besar untuk bangkit.
Seol Jihu berarmor hitam menggelengkan kepalanya. Dia
menatap hujan es yang menyapu dirinya, sebelum mengangkat tombaknya
tinggi-tinggi, pada saat terakhir.
Sebuah cahaya merah menyala dari matanya, dan sebuah sinar
besar melesat keluar, dari celah yang menunjuk ke langit malam.
Ini bukan sword qi.
Itu terlalu besar untuk dianggap sebagai sword qi.
Sebaliknya, itu tampak seperti bentuk energi yang dikompresi hingga batasnya.
Merasakan kekuatan destruktif yang belum pernah terjadi
sebelumnya, Baek Haeju membelalakkan matanya.
“Tidak mungkin…”
Level 8 Spear Demon, Seni Rahasia - Enhanced Sword Qi.
Badai besar turun di hujan es.
Hujan pedang es Baek Haeju menerkam ke depan, seperti air
terjun yang tidak pernah berakhir. Tapi, jumlahnya secara signifikan menurun,
karena melakukan kontak dengan badai.
Seperti selembar kertas yang jatuh ke dalam pemotong, hujan
es berkurang, sebelum akhirnya menghilang menjadi kehampaan.
Tapi, tidak seperti hujan sword qi yang lenyap dalam
sekejap, enhanced sword qi masih kuat. Itu turun tanpa melemah sedikit, dan
berhenti di depan Baek Haeju.
Kelopak matanya bergetar.
“Enhanced Sword qi… bukanlah kemampuan yang bisa dipelajari
dengan poin kontribusi…”
Dia berlutut.
Seol Jihu berarmor hitam kemudian memukul dengan tombaknya.
Kwang!
Bumi meledak.
Hanya dengan memukul tanah, dia menyebabkan seluruh gunung
bergemuruh.
Tersapu oleh efek ledakan, Baek Haeju dengan tak berdaya
terbang ke udara, bersama puing-puing lainnya.
“…aku lebih suka tidak membunuhmu, meskipun kita berada di
ruang ini.”
Bergumam getir, Seol Jihu berarmor hitam mengkonfirmasi jika
Baek Haeju menghilang dari gunung, sebelum berbalik.
Seol Jihu berdiri dengan bingung di tempatnya. Dia sama
terkejutnya, lebih dari Baek Haeju.
Meskipun dia tidak bisa memastikan, energi yang keluar dari
tombak Seol Jihu berarmor hitam adalah, sesuatu yang melampaui pemahamannya
saat ini. Nalurinya mengatakan kepadanya, jika itu adalah teknik yang jauh dari
jangkauannya.
Kekuatan Seol Jihu berarmor hitam dapat dengan mudah dikira-kira.
Dengan betapa mudahnya ia mengalahkan Baek Haeju, yang saat ini adalah
earthling terkuat di paradise.
“Frustrasi? Karena kamu tidak bisa melakukan apa-apa?”
Mendengar suara ‘rekan’-nya, Seol Jihu tersentak dari
linglung.
“Dengar, sobat. Jika aku Sung Shihyun, Haeju akan diambil
darimu di sini. Kamu tahu itu kan?”
Seol Jihu berarmor hitam mendekati Seol Jihu, dan menyenggol
bahunya dengan main-main.
“Bagaimana kamu bisa takut dengan si tolol itu? Aku tidak
pernah kalah dalam pertarungan melawannya. Yah, dia yang menyerap divinity of
diligence, berada di luar perkiraanku.”
Seol Jihu berarmor hitam menyeringai.
“Pokoknya, jika kamu frustrasi…”
Dia perlahan mengangkat kakinya.
“Naiklah kembali, setelah kamu mendengar pesan, jika kamu
melewati ujian tiga kali. Tentu saja, dengan kekuatanmu sendiri.”
Puk.
Dia menendang perut Seol Jihu.
Bukan menuruni lereng, tapi menuruni semua tebing.
Seol jehu berkedip.
Seol Jihu berarmor hitam tumbuh semakin jauh.
Hal terakhir yang dilihat Seol Jihu yang jatuh, sebelum dia menyentuh
tanah adalah…
“Sampai jumpa di bawah sana!”
…Seol Jihu berarmor hitam berlari menuruni lereng, setelah
mengintip tebing untuk memeriksanya.
Koong!
***
“Keuk!”
Seol Jihu menemukan dirinya di titik awal, ketika dia membuka
matanya.
Dia duduk di tanah, gemetar karena rasa sakit dan jatuh
hingga mati… sebelum dia menatap puncak dengan tatapan terbakar.
Dia mencengkeram Spear of Purity tanpa sadar…
“…..”
Tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan.
Seol Jihu berarmor hitam telah mengalahkan Baek Haeju dengan
mudah. Seseorang seperti dirinya, hanya akan terbunuh dalam sedetik. Bahkan,
jika dia mencoba untuk naik kembali dengan marah.
Dia bahkan tidak tahu, apakah dia akan berhasil mendaki ke
puncak lagi.
Setelah menggertakkan giginya untuk waktu yang lama, Seol
Jihu menurunkan Spear of Purity. Dia
telah mengkonfirmasi isi ujian, dan melihat apa yang harus ia lakukan untuk
melewatinya.
Yang harus ia lakukan, hanyalah memulai dari awal lagi.
Seol Jihu berjalan dengan susah payah dan berdiri di depan
batu. Mengepalkan giginya dengan keras, dia meletakkan tangann di atasnya, dan
mendorongnya dengan keras.
***
“Apa kamu keberatan untuk kembali?”
Baek Haeju sedang berbaring di lereng, kosong menatap langit
malam, ketika dia mendengar suara yang akrab dan melirik ke samping.
Seol Jihu berarmor hitam sedang menatapnya.
Dia tampak menyesal, yang kontras dengan kesan dingin dan
angkuh, yang awalnya ia berikan.
“Aku minta maaf, aku tidak memberi-tahumu sebelumnya. Tapi
jika kamu membantunya naik ke puncak, itu tidak akan dihitung sebagai melewati ujian.”
“…apa?”
Baek Haeju berkedip kebingungan.
“Sayangnya, ujian-nya berbeda dari ujian-mu.”
“Berbeda? Bagaimana?”
“Kamu bersikeras melakukan semuanya sendirian. Jadi, Ira
dengan sengaja menjadikan kerja sama sebagai keharusan dalam ujian. Bukan, itu
masalah yang berbeda dengan dia.”
Seol Jihu berarmor hitam meletakkan ibu jari di atas bahunya,
dan menunjuk ke lereng di bawah.
“Dia harus menyelesaikan ujian sendirian. Itulah yang juga
sangat ia harapkan.”
Pengujian Path of Soul berubah, tergantung pada keinginan
orang yang mengambilnya, serta situasi. Jadi, bahkan jika konten menyeluruhnya
sama, detailnya mungkin berbeda.
Ini adalah pertama kalinya, Baek Haeju mendengar tentang
ini.
Tapi itu wajar saja, mengingat dia adalah satu-satunya yang
telah mengambil ujian, untuk menerima sisa divinity.
“Kamu bahkan tidak tahu kondisi untuk melewati ujian kedua
dan ketiga. Kamu seharusnya memperhatikan, ketika kamu mendorong batu itu
untuknya, dan tidak ada pesan yang mengatakan, jika dia lulus.”
Baek Haeju mengeluarkan tawa kosong. Dia tampak terpana.
“Sekarang, jika kamu mengerti, tolong kembali.”
Seol Jihu berarmor hitam berbicara, ketika dia mengintip ke
arah Seol Jihu yang berjuang untuk mendorong batu ke puncak pertama.
“Ini adalah waktu yang penting baginya. Jika tidak
diperbaiki sekarang, dia tidak akan pernah memperbaikinya.”
“….”
“Aku tidak menyuruhmu menjauh selamanya. Kamu bisa mampir,
jika kamu khawatir. Kamu dapat berbicara dengannya, dan bahkan membantunya, selama
itu tidak secara langsung memengaruhi ujian.”
“….”
“Tapi untuk sekarang, tidak. Dia bahkan belum berada di
titik awal, dan masih harus menempuh jalan panjang. Jadi… tolong.”
Seol Jihu berarmor hitam meminta dengan suara serius.
Baek Haeju perlahan bangkit, merasakan keputus-asaan yang
tak bisa dijelaskan dalam suara lelaki itu.
“…Aku akan melakukannya, jika kamu menjawab satu
pertanyaan.”
“Aku tidak keberatan. Tapi jika pertanyaanmu adalah siapa diriku,
aku hanya bisa mengatakan, jika aku seorang pembantu. Itu juga benar.”
“Apa maksudmu saat itu?”
Mendengar ini, pemuda itu menyilangkan tangannya dan menatap
Baek Haeju.
“Apa? Aku yang menerobos teknik tombak giokmu? Atau sword qi-ku
yang diperkuat?”
“Kamu mengatakan, kamu sudah menunggu lama untuk saat ini.”
Baek Haeju menatapnya tajam.
Seol Jihu berarmor hitam tampak bingung, seolah dia tidak
mengharapkan wanita itu untuk mengajukan pertanyaan ini.
“Hmm… bagaimana aku harus mengatakan ini…”
Dia mengambil waktu sejenak untuk berpikir, sambil menatap
kembali ke jalan gunung.
“Aku pikir, aku ikut bertanggung jawab untuknya, sehingga dia
tidak seimbang.”
“…?”
“Aku tidak berpikir, efek sampingnya akan seburuk ini. Aku
tidak akan mendukung pertumbuhannya, jika aku tahu… ah, kamu mungkin tidak
mengerti apa yang aku maksud.”
“Apa kamu mau menjelaskan?”
“Aku bahkan tidak bisa, jika aku mau. Kamu tidak diizinkan
untuk tahu, dan aku tidak diizinkan untuk mengatakan.”
“….”
“Hanya itu yang bisa aku katakan. Jika kamu benar-benar
ingin tahu, dengarkan dari orang itu. Nanti, tentu saja.”
Seol Jihu berarmor hitam mengedipkan mata. Baek Haeju
memberi pandangan untuk mencari penjelasan. Namun, bibir Seol Jihu berarmor
hitam tidak terbuka lagi.
Setelah beberapa saat hening, Baek Haeju diam-diam menghela
nafas, sebelum menghilang. Dia telah meninggalkan Path of Soul dan kembali ke paradise.
“Sampai jumpa.”
Seol Jihu berarmor hitam melambaikan tangannya, lalu
berjalan menuruni lereng.
***
“Keuk…”
Butir-butir keringat mulai terbentuk di dahi Seol Jihu.
Seperti yang diharapkan, batu itu berhenti di tempat yang
sama, sekitar tiga puluh langkah jauhnya dari puncak pertama.
“Kamu baik-baik saja. Tetaplah begitu.”
Saat dia berjuang di tempat untuk waktu yang lama, dia
melihat Seol Jihu berarmor hitam berjalan menuruni lereng gunung.
Seol Jihu berarmor hitam kemudian melambai pada Seol Jihu
yang bingung.
“Ah, karena kamu sudah melihatku, aku pikir aku akan datang
dan menonton. Aku akan muncul, begitu kamu melewati ujian pertama. Tapi, kamu terlalu
lama.”
Dia datang jauh-jauh, sebelum menjatuhkan diri ke tanah di
dekat Seol Jihu yang terus menahan batu.
“Ngomong-ngomong, Haeju kembali.”
“…bagus.”
“Jangan terlalu tegang. Kamu dapat berbicara dengan santai.”
“Aku bukan tipe orang yang melakukan itu, pada seseorang
yang aku temui pertama kali.”
“Apa maksudmu, ‘pertama kali’. Kamu adalah aku, dan aku
adalah kamu.”
Seol Jihu tidak menjawab. Dia hanya fokus pada mendorong
batu, dengan wajah merah.
“Hmm.”
Seol Jihu berarmor hitam meletakkan dagu di tangannya. Dia
tampak sedikit terkejut.
“Menarik. Aku pikir, kamu setidaknya akan bertanya, siapa
aku.”
“…aku pikir, aku sudah tahu.”
Seol Jihu berkata, tanpa melihat Seol Jihu berarmor hitam.
“Pintar. Tetap saja, kamu tidak akan bertanya, apa yang aku
lakukan di sini atau apa tujuanku?”
“Terlepas dari siapa kamu atau apa tujuanmu… bukankah aku
masih harus melewati ujian ini sendirian?”
“Ya.”
“Lalu, apakah aku perlu bertanya?”
“Uh… aku rasa tidak. Kamu benar-benar mengalahkanku di
sana.”
Seol Jihu berarmor hitam mengangkat bahu, lalu menyilangkan
tangan. Seol Jihu fokus pada napasnya dan kembali berkonsentrasi pada batu.
“….”
“….”
Setelah beberapa waktu berlalu dalam keheningan, Seol Jihu
melirik ke samping.
“…Kenapa kamu keluar?”
“Kue…”
Seol Jihu berarmor hitam menundukkan kepalanya, saat bahunya
bergerak naik dan turun. Dia sepertinya menahan tawa.
“Baiklah, itu lucu.”
Wajah Seol Jihu memerah, mungkin karena darah mengalir deras
ke wajahnya.
“Kenapa aku keluar? Sejujurnya, ini untuk mengganti jiwa.”
Seol Jihu berarmor hitam berkata dengan ekspresi serius. Seol
Jihu melompat kaget. Tangannya nyaris tergelincir dari batu.
“Mengganti jiwa?”
“Ya, kamu terlalu frustasi untuk ditonton. Jadi, Gula
memohon padaku di belakang layar, untuk mengambil alih tubuhmu. Tentu saja, itu
tidak mudah. Jadi, aku berencana untuk memperkuat tubuhmu melalui ujian,
sebelum mencurinya.”
“Gula-nim memintamu untuk melakukannya?”
“Ya. Dan karena dia tahu kamu akan terkejut, dia mengatakan
kepadaku, untuk memberi-tahumu, jika dia menyesal. Dan juga…”
Seol Jihu berarmor hitam berdeham.
“…itu hanya lelucon.”
“….”
Ketegangan Seol Jihu menguap dalam sekejap. Ekspresi kaget
muncul di wajahnya.
‘Bagaimana dia bisa bercanda dalam situasi ini?’
“Hahahaha! Aku bercanda, aku bercanda. Aku tidak bisa,
bahkan jika aku mau.”
Seol Jihu berarmor hitam tertawa dan bertepuk tangan.
“Tapi memang benar, aku memikirkannya lebih dari beberapa
kali. Kamu tidak tahu betapa frustrasinya diriku, saat menontonmu. Kamu
memiliki begitu banyak sumber daya, terutama dibandingkan dengan apa yang aku
miliki. Tapi, kamu tidak tahu bagaimana menggunakannya sama sekali!”
“….”
“Dan itu belum semuanya. Aku benar-benar ingin memukulmu,
setiap kali kamu mengatakan ‘maaf?’, ‘ya?’, atau ‘hah?’. Jika aku jadi kamu,
aku akan melecehkan Shin Sang-ah, mulai dari awal tutorial.”
“….”
Seol Jihu kembali menatap batu dengan mendengus. Dia
memutuskan, itu tidak lagi layak untuk dibalas kepadanya.
…di dalam hati, dia memahami bagaimana perasaan Chohong dan Phi
Sora di masa lalu.
“Oh ya, apakah kamu ingin mendengar sesuatu yang menarik?
Tidak semua Level 8 itu sama.”
Ketika Seol Jihu tidak menjawab, Seol Jihu berarmor hitam
tertawa dan mengganti topik pembicaraan.
“Pengalaman, kemampuan, temperamen, tingkat fisik, dan arah
pertumbuhan… level earthling, kamu lihat… itu hanyalah indikator dari standar
minimum. Hal yang sama berlaku untuk statistik.”
Dia melanjutkan dengan lancar.
“Hanya karena dua earthling memiliki stat Strength
Intermediate (High), tidak berarti mereka setara dalam kekuatan fisik.
Pertimbangkan peringkat pada skala dari 1 hingga 100, dari peringkat terendah
ke peringkat tertinggi.
Tentu saja, ada peringkat di luar perhitungan, peringkat
puncak. Tapi, kita dapat mengabaikannya untuk saat ini, karena itu di luar
ranah manusia.”
Meskipun berusaha keras untuk mengabaikannya, Seol Jihu
mendapati dirinya memperhatikan diri alternatif-nya.
“Jika kamu melihat tahapan dalam peringkat Intermediate… Intermediate
(Low) mungkin sekitar 55, dan Intermediate (High) mungkin sekitar 85. Kamu
lihat, ada celah besar di antaranya kan?”
Seol Jihu mengangguk.
Dia sudah tahu ini. tapi, ini adalah pertama kalinya dia
mendengar, tentang rincian yang terperinci dan terukur.
“Karena stat Strength-mu baru mencapai Intermediate (High)…
mari kita lihat, aku rasa, itu akan ada pada pertengahan hingga akhir 70-an.”
Seol Jihu berarmor hitam memegangi kepalanya, dengan lurus.
“Bekerja sedikit lebih keras dan meningkatkannya ke awal,
hingga pertengahan 80-an. Itu masih akan berada di peringkat Intermediate (High).
Tapi, kamu akan melihat perbedaan yang nyata.”
Dari pertengahan hingga akhir 70-an, lalu awal hingga
pertengahan 80-an.
Mungkin tidak semudah kedengarannya. Meskipun perbedaan
numerikn-ya kecil, menaikkan level fisik seseorang menjadi lebih sulit, jika
peringkatnya lebih tinggi.
Tapi, itu masih nasihat yang bagus.
Memiliki perkembangan menjadi terukur, jauh lebih baik
daripada sekadar mengetahui peringkat dan tahapan yang berbeda. Ini membantu
menjernihkan perbedaan samar, dalam banyak peringkat dan sub-peringkat.
“…aku pikir kamu tidak diizinkan membantuku.”
“Aku seharusnya tidak memberikan bantuan untuk ujian. Aku
bisa menonton dan mengucapkan satu atau dua kata… juga, aku pikir, kamu salah
paham akan sesuatu.”
Seol Jihu berarmor hitam melanjutkan.
“Aku bisa menyelesaikan ujian untukmu.”
“Apa?”
“Pikirkan tentang itu. Siapa kamu?”
“Hah?”
“Siapa aku?”
Seol Jihu ingin bertanya, apakah dia bercanda sekali lagi. Tapi,
dia malah berpikir lagi.
Memikirkannya sekarang, ujian harus diselesaikan oleh ‘Seol
Jihu’ sendirian.
Seol Jihu jelas-jelas adalah dirinya sendiri. Tapi, Seol
Jihu berarmor hitam ini juga Seol Jihu.
“Kamu akhirnya mengerti? Aku bukan sesuatu seperti
doppelganger. Aku adalah Seol Jihu yang telah ada, sedang ada, dan akan terus
ada.”
Dia sepertinya mengatakan, jika dia adalah satu-satunya
keberadaan yang bisa secara langsung ikut campur dalam ujian.
“Bukannya aku punya pemikiran untuk melakukan itu, tentu
saja… sial!”
Seol Jihu berarmor hitam melompat.
“Ngomong-ngomong, cepatlah. Jangan terjebak hanya dengan
ini.”
Dia kemudian berbalik ke arah puncak, dan pergi.
Post a Comment for "SCG_369"
comment guys. haha