Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SCG_380

gambar

SCG_380

Bab 380. Musim Semi, Musim Saat Bunga Mekar (2)

Setelah teriakan Gula, beberapa pesan muncul sekaligus.

[Sebagai hadiah untuk melewati ujian pertama, peringkat Righteous Heart telah diubah menjadi EX, dan efeknya telah diperluas dari Mana Cultivation ke Mana Technique.]

[Sebagai hadiah karena melewati ujian kedua, Anda telah mendapatkan kemampuan ‘Unbeatable Determination (Istimewa)’.]

[Sebagai hadiah untuk melewati ujian ketiga, Anda telah mendapatkan bakat ‘Clean Mirror, Calm Water’.]

[Anda telah mendapatkan Otoritas ‘God-slaying (Unknown Rank)’.]

Mata Seol Jihu tetap tertuju pada pesan terakhir.

Sama seperti dia tertarik dengan tiga pesan pertama, dia tahu jika yang keempat adalah yang paling penting.

Seol Jihu Hitam telah menekankan beberapa kali, pentingnya Otoritas ‘God-slaying’.

‘Aku… tidak dipilih.’

Unselected.

Itu adalah salah satu dari banyak nama panggilan Seol Jihu Hitam.

Meskipun kecakapan bela dirinya adalah yang terkemuka, tak satu pun dari para dewa telah menunjuknya untuk menjadi Executor mereka, atau telah menghadiahinya dengan sisa divinity.

‘Aku mengerti pilihan Seven God. Aku setengah gila saat itu, dan tidak terlalu peduli dengan Paradise.’

‘Aku memang menyesalinya nanti. Jika aku memiliki Otoritas God-slaying atau setidaknya Spear of Purity…’

Seol Jihu Hitam tersenyum pahit, mengatakan dia tidak punya pilihan, selain mengandalkan teknik berdasarkan Sword Qi yang diperkuat, yang menghabiskan banyak mental energy, ketika berhadapan dengan Army Commander.

Seol Jihu mempererat cengkeramannya pada Spear of Purity.

Manusia tidak bisa mengalahkan makhluk abadi.

Karena abadi, menurut definisi, tidak mati. Namun, Seol Jihu baru saja menjadi pengecualian, terhadap aturan absolut itu.

God-slaying adalah Otoritas yang hanya bisa diberikan oleh dewa, memberikan pemegangnya kekuatan untuk membunuh dewa. Atau lebih tepatnya, kekuatan untuk menghancurkan divinity milik dewa.

Ini berarti, jika Seol Jihu sekarang memiliki sarana untuk membunuh, tidak hanya Army Commander, tapi juga Ratu Parasite.

Tentu saja, itu tidak menjamin kemenangannya. Memainkan itu hanyalah hak, dan sepenuhnya tergantung pada Seol Jihu, untuk menggunakan hak itu untuk membuahkan hasil.

‘Selain God-slaying...’

Seol Jihu memeriksa tiga pesan yang tersisa satu per satu.

Matanya perlahan menjadi keruh, saat mereka bergerak melintasi jendela pesan.

Dia tampak tenggelam dalam pikirannya.

[Aku tidak bisa mempercayaimu.]

Gula tersenyum lembut.

[Kamu sudah memikirkan pelatihan?]

‘Ah, aku hanya berpikir, tentang bagaimana menerapkan skill baru ini.’

Pilihan kata-katanya telah berubah.

Sebelumnya dia akan mengatakan ‘menggunakan’ bukan ‘menerapkan’.

‘Menggunakan’ mengacu pada tindakan memanfaatkan sesuatu untuk tujuan dibuatnya. Sedangkan ‘menerapkan’, berarti mencetaknya agar sesuai dengan agenda seseorang.

Perbedaannya halus, tapi jelas.

Ini membuktikan jika kemampuan berpikirnya telah tumbuh cukup, untuk memperhitungkan tidak hanya skill itu sendiri, tapi juga hubungannya dengan dirinya saat ini.

[Apakah kamu ingin memasuki Path of Soul lagi?]

Menyadari apa yang coba dikatakan Gula, Seol Jihu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Dia merasa tergoda, tapi 8 bulan bukanlah waktu yang singkat.

‘Aku rasa, aku tidak seharusnya ke sana. Sekarang, aku ingin mendapatkan skill lain.’

Ini berarti, jika dia ingin memperoleh skill yang belum ia pelajari. Skill yang dibuka, ketika dia mencapai level 5, 6, dan 7.

Dari level 1, Seol Jihu hanya mengandalkan pelatihan untuk menguasai teknik yang berbeda. Jadi, dia enggan menggunakan poin kontribus,i untuk dengan mudah mendapatkan skill baru.

Namun, berbicara dengan Seol Jihu Hitam telah mengubah pikirannya.

‘Apa? Skill yang dapat mengubah hukum sebab akibat? Kenapa kamu belum mempelajarinya?’

‘Aku mengerti, mengapa kamu khawatir. Tapi, kamu memiliki jendela status. Apa tujuanmu mencapai pencerahan spiritual? Apakah kamu mencoba menjadi makhluk surgawi, melalui pelatihan ribuan tahun? Itukah yang kamu inginkan?’

‘Mari kita membuat asumsi yang mustahil. Misalkan ada tombak sihir yang secara otomatis membunuh Ratu Parasite, jika kamu mendorongnya sekali di udara. Bukankah kamu tidak akan menggunakannya, kan?’

‘Pengaturan seperti permainan ini yang telah diberikan oleh Seven God kepada earthling juga merupakan bagian dari kekuatanmu. Kemampuan fisik, kemampuan mental, dan pengaturan. Tujuanmu adalah untuk mencapai harmoni di antara ketiganya. Ingat Trinity Harmony yang sangat kamu cintai?]

[Pelajari segera, setelah kamu keluar dari sini.]

Seol Jihu ingat, jika Agnes pernah membuat pernyataan serupa di masa lalu, dan keraguan sekecil apa pun yang sekarang telah hilang.

Tentu saja, hanya karena dia memperoleh skill baru menggunakan poin kontribusi, tidak berarti jika tujuh tahun pelatihan brutal, tidak ada artinya.

[Anda telah memperoleh Class Skill baru: ‘Nemesis: Curse Spear of Misfortune (Extreme)’.]

[Anda telah memperoleh Class Skill baru: ‘Nemesis: Spear of Retaliation (Extreme)’.]

[Anda telah memperoleh Class Skill baru: ‘Berserk (Extreme)’.]

Parade pesan diikuti oleh prosesi pesan lainnya, yang memberi tahu jika ‘Grand Cosmic Shift’ merespons Spear of Retaliation dan jika Future-Gauging Nine Eyes dan bakat Clean Mirror, Calm Water dan Hearth and Soul is One, menanggapi Berserk.

Akibatnya, jajaran dua skill yang baru diperoleh, kecuali Curse Spear of Misfortune, naik dengan cepat.

‘Jadi, bahkan ada bakat mempengaruhi skill.’

Dia agak bingung pada awalnya, tapi kemudian dia ingat, betapa anehnya skill Berserk yang bangkit.

Seol Jihu tersenyum lembut.

Dia merasa, seolah-olah semua upaya masa lalunya telah dibayar lunas.

‘Terima kasih.’

[Kemana kamu pergi?]

Suara Gula menghentikannya, ketika dia hendak pergi.

[Aku punya satu hal lagi untuk diberikan kepadamu.]

‘Berikan padaku?’

[Ya. Tentunya kamu sadar, jika kamu sekarang adalah Unique Ranker.]

‘Ah ya.’

[Kamu tidak tahu sudah berapa lama, aku menunggu hari ini.]

Seol Jihu memiringkan kepalanya ke samping, ingin tahu, sebelum tiba-tiba berhenti.

Dia menyadari apa yang akan dilakukan Gula.

‘Tapi aku…’

[Itu dan ujian terpisah.]

Gula merespons dengan tenang.

[Lebih tepatnya, ujian itu adalah sesuatu yang kami berikan kepada seorang anak yang menolak kami. Tapi, kamu menggantinya dengan Divine Stigmata.]

‘….’

[Jika Eun Yuri melayaniku, aku akan ragu-ragu, karena potensi masa depannya. Tapi dari semua anakku, kamu telah memberikan kontribusi terbesar. Melihatmu menjalani ujian, hanya meyakinkanku akan keputusanku sendiri. Sekarang, setelah kaum mendapatkan Otoritas God-slaying, aku tidak melihat alasan, untuk penundaan lebih lanjut.]

Gula menyampaikan pikirannya dalam monolog yang panjang, tapi jelas.

Berkat pertunjukan tekad sang dewi, itu benar-benar mulai tenggelam, pada saat dia telah menunggu akhirnya ada di sini.

‘…Apakah kamu yakin?’

[Tentu saja.]

Gula kemudian bertanya dengan nada agak sopan.

[Mungkinkah kamu tidak ingin melayaniku?]

Seol Jihu tersenyum kecil pada dewi yang tampak gelisah.

‘Tentu saja tidak. Ini suatu kehormatan.’

Meskipun alasannya adalah jika itu adalah hadiah, karena dia lulus ujian. Memang benar jika Gula memberinya kekuatan, untuk membunuhnya.

Otoritas-nya adalah bukti, jika sang dewi mempercayainya. Yang pada gilirannya, membuat dirinya lebih percaya pada sang dewi.

[Baiklah kalau begitu.]

Gula berbicara.

[Mendekatlah, anakku.]

Sebuah suara yang bermartabat bergema di seluruh kuil.

Seol Jihu perlahan mendekati patung batu itu dan menundukkan kepalanya di depannya.

[Mulai hari ini dan seterusnya….]

Gula dengan lembut meletakkan tangannya di kepala Seol Jihu.

[…Atas nama dewi Gula, aku dengan ini memberikan hak kepada Seol Jihu untuk menerima percobaan ‘Apostle of Gula’.]

[Setelah berhasil menyelesaikan ujian, kamu akan dikenal sebagai Executor-ku, pembawa namaku!]

Mata seperti cermin Seol Jihu, berkilau cerah.

***

 

Setelah meninggalkan kuil Gula, Seol Jihu membuka jendela statusnya untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun.

Statistik Windows

1. Informasi Umum

Kelas

Lv 7 (Star Seeker)

 

 

 

2. Ciri-ciri

a. Temperament:

-Self-Order (Menekan emosi, keserakahan, dan gerak hati dengan keinginan rasional)

-Competitive (Keinginan untuk menang)

-Super Human (Luar biasa dalam menahan rasa sakit dan kesulitan bila dibandingkan dengan manusia pada umumnya)

b. Aptitude:

-Effort (Berusaha dengan tubuh dan pikiran untuk mencapai tujuan)

-Clean Mirror, Calm Water (Memiliki pikiran tenang, bersih menyerupai cermin bersinar dan air tenang.)

-Hearth and Soul is One (Tidak goyah dan tak tergoyahkan ketika berkonsentrasi pada satu hal)

-Average (Normal dalam segala hal. Tidak memiliki bakat tertentu)

 

3. Kondisi Fisik

Strength

High (Low)

Durability

Intermediate (High)

Agility

High (Low)

Stamina

High (Low)

Mana

High (High)

Luck

Intermediate (Intermediate)

Poin Kemampuan yang Tersisa: 19

 

4. Skill

a. Authority (1)

God-slaying

Unknown Rank

b. Basic Skill (1)

Future-Gauging Nine Eyes

Unknown Rank

c. Class Skill (10)

Skill Awakening

Berserk

High

Basic Spear Techniques

Thrust

Highest

Strike

Highest

Cut

Highest

Mana Spear - Multiply

Highest

Secret Art: Wave of Sword Qi

Highest

Secret Art: Mutilation

Highest

Ethereal Shift

Highest

Righteous Heart

EX

Nemesis: Curse Spear of Misfortune

Extreme

Nemesis: Spear of Retaliation

High

Perfect Harmony

Highest

d. Addition Skill (6)

Forced Circuit

Special

Grand Cosmic Shift

Highest

Unbeatable Determination

Special

Hell Severing

Intermediate

Intuition

Highest

Thousand Thunder

Intermediate

 

“Begitu banyak hal berubah.”

Hanya itu yang bisa ia pikirkan.

Dia tidak merasa bangga, dengan prestasinya.

Sebaliknya, karena dia telah memperoleh banyak kemampuan baru, dia harus berlatih lebih keras…

“…Ah.”

Seol Jihu meraih kepalanya, dan menggelengkannya.

Sejak Seol Jihu Hitam dan Baek Haeju pergi, Seol Jihu selalu dalam kondisi Hearth and Soul is One.

Dia telah menghabiskan setiap saat untuk berpikir, tentang cara memperbaiki kekurangannya dan meningkatkan tekniknya.

Itu telah berkembang menjadi kebiasaan. Itu bukan kebiasaan buruk, tapi dia perlu belajar mematikannya, sesuai keinginannya.

“Apa yang harus aku lakukan pertama kali?”

Saat itulah, perutnya menggerutu keras.

Kelaparan datang padanya, seperti tsunami. Dia belum menyadari sampai sekarang, jika proses naik level telah mengambil seluruh energinya.

Dia mungkin bisa bertahan sedikit lebih lama jika dia harus. Tapi, dia tidak mau.

“Ah.”

Seol Jihu berhenti sambil berjalan menuruni tangga, menggosok perutnya.

Dia ingat janji yang ia buat, sesaat sebelum dia pertama kali melewati ujian ketiga. Dia sejenak melupakannya, karena itu terjadi bertahun-tahun yang lalu.

Seol Jihu segera berputar dan kembali ke dalam kuil.

***

 

Hal pertama yang Seol Jihu lakukan adalah kembali ke Bumi.

251 Hari Paradise, sama seperti dengan 84 hari Bumi. Hampir tiga bulan telah berlalu.

“Ya ibu. Ini aku. Ya ya. Aku pulang hari ini. Tentu saja, aku baik-baik saja.”

Begitu dia sampai di rumah, Seol Jihu menelpon ibunya.

“Sekarang juga? Tidak apa-apa. Waktunya tepat. Aku sebenarnya kelaparan. Baik. Aku akan melihatmu dan Hyung di sana.”

Ibunya memberi-tahu jika dia ingin menemuinya. Jadi, mereka membuat janji untuk makan malam.

Kemudian pada hari itu, Seol Jihu bertemu ibu dan kakaknya di restoran, yang telah mereka sepakati. Mereka memesan makanan dan memilihnya, berbicara dan mendengarkan.

Sensasi aneh menyapu Seol Jihu.

Itu tiga bulan untuk ibu dan kakaknya, tapi tujuh tahun untuknya.

Tetap saja, dia tidak diizinkan untuk menunjukkannya. Dia tidak bisa membiarkan mereka tahu.

“Apakah kamu baik-baik saja?”

Seol Jihu mendongak dari mangkuk mie dinginnya, yang keempat.

Ibunya tampak agak khawatir.

“Hmm? Kenapa kamu bertanya?”

Tanya Seol Jihu, menelan lagi mie-nya.

“Yah, hanya saja…”

Ibunya melanjutkan dengan hati-hati, berhenti sebelum menjawab.

“…Sepertinya, kamu bukan anakku.”

“Aku?”

“Ya. Aku merasa seperti sedang melihat Wooseok.”

Seol Wooseok tersentak mendengar namanya, saat dia memindahkan sepotong besar mie ke piring Seol Jihu.

“Tapi, Hyung juga putramu.”

“Kamu tahu apa maksudku. Kamu sepertinya berbeda, entah bagaimana.”

Ibunya memiringkan kepalanya ke samping, bingung.

Seol Jihu melirik kakaknya.

“Yah, menurutku…”

Gumam Seol Wooseok, memotong mie dengan gunting.

“Auranya terasa berbeda. Sepertinya, dia tiba-tiba lima tahun lebih tua.”

“Ya, memang begitu.”

Ibunya bertepuk tangan menyetujui.

“Apakah itu karena proyek rahasia yang kamu sebutkan sebelumnya? Apakah perusahaan memperlakukanmu dengan buruk?”

Seol Wooseok bertanya, dan Seol Jihu menjilat bibirnya dengan gugup.

Dia tidak berharap mereka memperhatikan, tapi keluarga adalah keluarga.

“Perusahaan tidak memperlakukanku dengan buruk. Aku baru saja keluar dari… pekerjaan yang sangat unik. Bagaimanapun, aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan diriku.”

Dengan senyum lebar, Seol Jihu menurunkan wajahnya ke mangkuk lagi.

Setelah makan malam, kakak adik itu menuju area merokok di restoran, dengan secangkir kopi mesin penjual otomatis di tangan mereka.

“Apakah semuanya baik-baik saja?”

Seol Wooseok bertanya dengan hati-hati, ketika dia menyaksikan adiknya menyesap kopi panas dari cangkirnya.

“Semuanya baik. Mengapa kamu terus bertanya?”

“Mie hari ini hampir tidak sebagus sebelumnya. Mengenalmu, aku pikir, pasti ka,u akan menolak untuk makan. Tapi, kamu bahkan tidak mengeluh.”

…Keraguannya beralasan.

Seol Jihu sangat, sangat luar biasa khusus tentang mie. Seol Wooseok punya banyak alasan untuk curiga, jika ada yang salah.

“Mie itu tidak seburuk itu. Dan kamu tahu, bagaimana semuanya terasa enak, ketika kamu lapar.”

“Tidak, kamu tidak bisa membodohiku seperti itu. Aku tahu dirimu. Kamu lebih keras dari koki top dalam hal mie. Bahkan ketika kamu kelaparan sampai mati, kamu bahkan tidak akan melihat mie yang tidak memenuhi standarmu.”

Kakaknya benar, dan Seol Jihu dipaksa untuk mencari alasan yang berbeda.

“Makanan di sana buruk. Kamu tidak tahu, betapa aku merindukan makanan luar, Hyung.”

Dia menjawab dengan tenang, meskipun hatinya dipenuhi dengan rasa bersalah terhadap Baek Haeju.

“Tapi, kamu pergi hanya untuk beberapa bulan. Bagaimana kamu bisa bertahan hidup dari militer?”

“Sehari terasa hampir seperti sebulan.”

“Sebulan? Jadi totalnya sekitar tujuh tahun… Apakah kau di Ruang Waktu Hiperbolik atau sesuatu?”

Dengan terkekeh, Seol Wooseok mengeluarkan sebungkus rokok dari saku kemejanya.

Karena kebiasaan, Seol Jihu merogoh sakunya, sebelum menurunkan lengannya.

“Hei, ini.”

Dengan sebatang rokok di mulutnya, Seol Wooseok menyerahkan bungkus rokoknya kepada adiknya.

“…”

Seol Jihu menatapnya sejenak, dan kemudian menggelengkan kepalanya.

Mata Seol Wooseok membelalak.

“Apa yang salah? Aku pikir, kamu tidak peduli dengan merek?”

“…Tidak.”

Setelah jeda singkat, Seol Jihu tersenyum.

“Aku berhenti merokok.”

***

 

Setelah makan malam dengan ibu dan kakaknya, Seol Jihu segera kembali ke apartemennya.

Dia memberi mereka alasan yang masuk akal untuk ketidak-hadirannya, sehingga mereka tidak khawatir tentang dirinya untuk saat ini.

Begitu dia tiba di Paradise, Seol Jihu langsung menuju ke Valhalla.

Jalan fajar sepi dan kosong, begitu pula gedung Valhalla.

Berapa banyak Eun Yuri tumbuh? Apakah Yi Seol-Ah dan Yi Sungjin kembali? Dia tahu, jika Halep bersaudara dan Seo Yuhui kembali. Bagaimana kabar semua orang?

Dia punya banyak pertanyaan.

Diam-diam, Seol Jihu memasuki gedung dengan senyum di wajahnya.

***

 

Pagi selanjutnya.

Sekitar pukul 6 sore, Kim Hannah membuka matanya dengan kaget, khawatir dengan kehangatan di sebelahnya.

Aroma yang tak asing, membelai ujung hidungnya.

Tidak ada keraguan tentang hal itu. Itu dia.

Dia baru saja terbangun dari mimpi, di mana seekor anak anjing yang menyerupai Seol Jihu melompat ke pelukannya. Mungkinkah itu semacam ramalan?

Kim Hannah bertanya dengan mata tertutup.

“Kapan kamu kembali?”

“…Pada waktu fajar.”

Dia mendengar suara mengantuk, sedikit serak.

Pada waktu fajar.

Kim Hannah mengulangi kata-katanya, untuk dirinya sendiri.

Mungkin dia tidak menyadari kedatangannya, karena kenyataan benar-benar berbeda dari mimpinya.

Dalam mimpinya, dia mengibas-ngibaskan ekornya dan mengusap-usap kepala ke wajahnya.

Tapi sekarang, dia hanya diam. Dia tidak bergantung padanya, seperti yang ia lakukan di penginapan Scheherazade.

Dia bisa tahu dari napas hangat yang menyentuh wajahnya… bukan bagian atas kepalanya atau dadanya, melainkan wajahnya… jika dia berbaring berhadapan muka dengannya.

‘Dia pikir dia siapa, merangkak ke tempat tidurnya di tengah malam, seperti suami yang kembali dari perjalanan panjang?’

Kim Hannah tertawa terkekeh.

“Seharusnya, kamu membangunkanku, Sayang.”

Dia perlahan mengulurkan lengannya, dan meletakkan tangannya di punggung Seol Jihu.

Dia memindahkannya perlahan, terkesan oleh tekstur otot-ototnya di bawah telapak tangannya.

Rasanya, seperti menyentuh patung indah yang lahir di tangan seorang seniman.

“Betul sekali. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.”

Tangan Kim Hannah tiba-tiba berhenti sementara, saat membelai punggungnya.

“Apakah aku orang pertama yang kamu temui?”

“…Ini kamarku.”

“Ah.”

Dia menerima balasan yang tidak terduga.

Itu memang kamar Seol Jihu.

Kelelahan karena bekerja hingga lewat tengah malam, dia mampir ke kamar terdekat ke kantornya, bukan ke kamarnya sendiri.

Ketika dia mengingat ini, Kim Hannah membuka matanya sedikit.

Dia kemudian melihat Seol Jihu, mata tertutup, di bawah sinar matahari yang cerah.

Kim Hannah bersandar dan memperhatikan wajahnya, kepalanya sendiri ditopang oleh telapak tangannya.

“Bukankah kamu seharusnya bangun? kamu adalah perwakilan.”

“Hanya, sedikit lebih lama.”

Masih pagi sekali.

Kim Hannah mengawasinya beberapa saat, sebelum bangun dari tempat tidur.

Jam sudah menunjuk ke 6:30 pagi

Setiap hari dia tidur jam dua dan bangun jam enam. Bagi seseorang yang sangat teliti seperti dirinya, ini adalah penundaan yang tak terduga.

“Tidur nyenyak. Aku punya banyak hal untuk dibicarakan denganmu, ketika kamu bangun…. Ah, ini untukmu.”

Kim Hannah melemparkan apa yang ada di tangannya, dan lapisan kain lembut menutupi wajah Seol Jihu.

Tidak lama setelah dia pergi, Seol Jihu membuka matanya.

Penglihatannya dipenuhi abu-abu muda.

Tidak mengejutkan, itu adalah mantel Kim Hannah.

“…Aku sudah keluar dari ini.”

Seol Jihu meletakkan mantel di samping, dan berguling di tempat tidur dan turun ke lantai.

Sentuhan lantai yang keras membuatnya merasa lebih nyaman, mungkin karena dia sudah terbiasa tidur di luar.

“Ini buruk.”

Seol Jihu tersenyum pahit. Tiba-tiba, dia merasakan dua pasang mata padanya.

Little Chicken dan hantu itu menatapnya dari ambang pintu. Suara Kim Hannah pergi, sepertinya telah membangunkan mereka.

“Oh.”

Seol Jihu mengeluarkan seruan singkat.

Little Chicken tampak berbeda dari sebelumnya.

Bulu-bulu yang menutupi tubuhnya, menjadi lebih panjang dan lebih lembut. Mereka terlihat kenyal.

Di dahinya ada dua bulu, satu merah dan satu nila.

Dia sepertinya telah mengalami evolusi lain.

“Lama tidak bertemu.”

Seol Jihu menyapa mereka.

Tidak ada balasan.

Keduanya tampak bingung.

“Kemari.”

Seol Jihu membuat suara ‘klik’ dengan lidahnya dan mengulurkan tangannya kepada Little Chicken.

“Dasar.”

Little Chicken akhirnya membuka paruhnya.

Tersinggung oleh Seol Jihu memperlakukannya sebagai hewan peliharaan, Little Chicken mencoba memprotes, tapi malah bertanya dengan enggan.

“Ngomong-ngomong, apa… kamu?”

“Apa maksudmu?”

“Kamu bahkan apa? Apa yang telah terjadi?”

“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan.”

Seol Jihu mendengus.

Lalu dia berbalik ke Flone, yang melayang di udara.

“Flone? Apa kamu merindukanku?”

[…Ya.]

Flone ragu-ragu sebelum mengangguk dengan enggan.

Dia tidak terdengar begitu yakin.

Seol Jihu merentangkan tangannya.

Dia menunggu pelukan, tapi Flone masih ragu-ragu.

“Flone?”

[Mmmmm.]

Akhirnya, dia bersembunyi di balik Little Chicken, seperti anak kecil yang pemalu terhadap orang asing.

Dia masih bisa melihatnya, tentu saja, tetapi jelas jika dia merasa canggung di sekitar Seol Jihu.

“Apa yang salah?”

[Aku tidak tahu…]

Flone mendengus.

[Itu aneh. Tubuh dan jiwamu sama… tapi resonansi jiwamu sama sekali berbeda dari sebelumnya.]

“Resonansi jiwa?”

[Ya. Aku dapat melihatnya. Dan itu bukan hanya panjang gelombangmu. Jiwamu juga samar-samar bersinar, seperti orang yang dilatih untuk menjadi saintess…. Siapa kamu sebenarnya?]

Mata Seol Jihu berputar dalam lingkaran.

Dan kemudian, dia mengangkat bahu.

***

 

Sinar matahari yang hangat menyinari kota.

Phi Sora sedang berjalan menuruni tangga, dengan perut penuh sarapan.

“Jangan… panggil aku… wanita yang kejam…

Dia bernyanyi dengan riang, tapi tiba-tiba berhenti.

Seorang pria muda yang akrab, sedang menaiki tangga ke arahnya.

‘…Eh?’

Pertemuan yang tak terduga itu menyeka semua pikirannya.

Pria muda itu juga memperhatikan dirinya turun dari tangga dan melambaikan tangannya dengan senyum lebar.

“Ah, Nona Phi Sora.”

Salam akrab.

“Apa kamu tidur nyenyak tadi malam?”

Suara yang akrab.

Phi Sora menutup mulutnya.

Dia berkedip cepat, dan mengerutkan alisnya.

Tidak ada yang luar biasa. Semuanya akrab.

Tidak, tapi ada sesuatu yang salah. Dia tidak bisa menunjukkan apa itu.

“Apa kamu sudah sarapan?”

“…Hah? Oh, um, ya. Aku baru saja selesai.”

Dia berkata dengan bingung.

Seol Jihu mengangguk.

“Itu terlalu buruk. Aku berharap untuk makan denganmu. Kalau begitu, sampai jumpa nanti.”

“Ah, baiklah.”

Seol Jihu menundukkan kepalanya sekali, dan menaiki tangga.

Phi Sora berdiri di tempat untuk waktu yang lama.

Ekspresi kebingungan melintas di wajahnya. Itu adalah jenis ekspresi yang akan dilihat, ketika makanan yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba di meja. Tapi, rasanya tidak enak atau buruk.

Dia menghela napas, karena tanpa sadar dia menahan napas. ‘Masa bodoh’. Dia kemudian menggelengkan kepalanya, dan mulai menuruni tangga lagi.

“Nya nya nya nya… Nyo nyo nyo nyo…”

Tiba-tiba, dia merasa lebih baik tanpa alasan. Di ujung tangga, Phi Sora berbelok ke kanan, bersenandung.

Beberapa saat kemudian.

Tak, tak, tak, tak!

Kurang dari 30 detik kemudian, suara langkah kaki tergesa-gesa memenuhi lorong.

Wanita itu berlari melalui lorong, mengibaskan rambut merahnya, tidak lain adalah Phi Sora.

“Tunggu…”

Dia bergegas menaiki tangga, mengambil beberapa langkah sekaligus.

 




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SCG_380"