Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

BAE_019

gambar


BAE_019

Chapter 18: Damai

 

Di dunia asalnya, Elemental Augmenter hanya sedikit berbeda dengan Praktisi dari Sect/Sekte berbeda. Earth, Fire, Water, dan Air Sect punya teknik mereka sendiri yang memanfaatkan elemental mereka.

Apa yang memungkinkan dirinya untuk menjadi Raja di dunia lamanya adalah, dengan mengetahui bagaimana bertarung dalam 4 elemen yang berbeda.

Itu akan menjadi semacam Quadra Elemental, jika itu ada di dunia ini.

Tentu saja Arthur memang punya preferensinya. Yang terlemah darinya adalah Earth dan Air, dan yang terkuat adalah Fire dan Water.

Dia jarang menggunakan Earth dan Air kecuali itu dibutuhkan. Dan dia ditakuti dalam pertempuran, karena penguasaannya dalam dua elemental yang sepenuhnya berlawanan, yaitu Fire dan Water.

Sementara Art berlatih dengan Kakek, dia menguji banyak teori yang berbeda. Satu hal yang ia pelajari dengan sangat cepat adalah dia sama sekali tak memiliki bakat untuk sihir.

Kakek membawa Conjurer elf suatu hari, ketika Art memintanya agar seseorang mengajarinya dasar-dasarnya. Dan akhirnya, dia hanya ingin bunuh diri.

Augmenting dan Conjuring sangat berbeda.

Dia hanya menyesal, jika dia harus belajar dengan cara yang sulit. Hal lain yang ia uji adalah kemampuannya sebagai penyimpangan yang potensial.

Kakek Virion dan Tess sama-sama hampir terkejut sampai mati, ketika mereka tahu dia bisa memanipulasi empat elemental. Tapi setelah empat bulan mencoba untuk melihat, apakah dia bisa mengendalikan elemen yang lebih tinggi, dia mendapat hasil yang beragam.

***

 

“Cobalah untuk tidak terlalu terkejut, Ayah!”

*Crackle* *ZiiiiZiiiii*

Rambutnya berdiri di ujungnya, oleh arus listrik mengalir melaluinya. Ada retakan petir kuning muncul di sekelilingnya, saat Art bersiap untuk menyerang.

“Apa …”

Ayahnya hampir menghentikan serangannya, dan konsentrasinya goyah.

Sebelum memberinya kesempatan untuk pulih, dia berlari ke arah target, meninggalkan jejak tanah gosong di belakang. Art melintas di belakang target dan memusatkan kilat ke bilah tangannya, dan dia memotong sisi tubuh ayahnya.

*BOOM!! *

Ayahnya berhasil memblokir serangan dengan kepalan tangannya yang terbakar. Tapi, serangan itu membuatnya menabrak pohon di dekatnya.

*Wah*

Art membuat arus petir menjadi tenang, tapi rambutnya masih terlihat sedikit menggila, karena efeknya.

Selama 4 bulan pelatihan setelah tahap affirmation, dia bisa mulai mengendalikan Thunder dan Ice.

Tentu saja, dia masih pemula di keduanya.

Dia mungkin bisa mempertahankan bentuk Thunder, selama sekitar satu atau dua menit. Itulah sebabnya, dia ingin mengakhirinya dengan cepat. Sementara itu, Ice lebih sulit baginya.

Alasan mengapa hanya sedikit mage yang mampu melampaui elemental dasar dan menjadi bentuk yang lebih tinggi adalah, jika itu bentuk yang lebih tinggi sangat berbeda dan jauh lebih sulit.

Tentu saja, dia bisa mempelajari Thunder dan Ice dalam waktu 4 bulan, mungkin tidak mendukung hal ini, tapi percayalah…

‘Aku pemula dalam bentuk elemental yang lebih tinggi ini.’

Pengalaman dunia lamanya, sama sekali tidak mempersiapkan untuk menjadi seorang yang irregular.

Mengenai elemental Sound dan Gravitation, dia belum mendapatkan hasil yang menguntungkan.

Untuk mengambil langkah pertama, seorang mage perlu memahami hubungan antara elemen-elemen dasar, ke dalam bentuknya yang lebih tinggi. Setelah itu, tubuhnya harus dapat secara alami memahami tautan antar elemen ini, dan menyelaraskan struktur mana dari elemen dasar, ke bentuk yang lebih tinggi.

Untuk Air dan Earth, meskipun dia entah bagaimana bisa merasakan hubungan antar elemen itu ke bentuk yang lebih tinggi, tubuhnya tak akan bisa mengubah struktur itu.

‘Teoriku benar, karena aku tak kompatibel dengan Air dan Earth baik di dunia lama, maupun di sini.’

Energi dari tubuhnya terkuras dan dia jatuh, berkeringat deras.

Art memperhatikan keheningan ini, jadi dia melihat sekeliling.

Ayahnya sudah bangun dan wajahnya sangat tidak percaya. Satu-satunya yang tampaknya terpesona adalah saudara perempuannya. Tapi, itu hanya karena dia tidak benar-benar mengerti, apa yang sedang terjadi.

Adiknya mungkin terbiasa melihat Ayah berkelahi, sehingga tidak ada yang hal luar lain yang benar-benar ada di ingatannya.

Wajah Vincent dan Tabitha semuanya sinkron; wajah pucat, rahang kendur, dan mata terbelalak.

Ibunya menutupi mulutnya dengan terkejut, sementara Lilia tahu jika apa yang ia lakukan tidaklah normal.

‘Reaksi ini sesuai dengan harapanku.’

“Haha …Kejutan!”

Art mengangkat lengannya, tertawa lemah.

“Kuu…!”

Sylvie berlari ke arahnya, dan menatapnya dengan penuh perhatian. Seolah bertanya,”apa kamu baik-baik saja, Papa?”

Vincent adalah yang pertama berbicara.

“I-Irregular!”

“Ya Tuhan…”

Tabitha hanya menghela nafas heran.

“Art, ya ampun… kapan kamu belajar melakukan itu?”

Ayahnya menggelengkan kepalanya, sambil berjalan ke arahnya.

“Belum lama ini, yah. Tapi, aku hampir tidak bisa mengendalikannya,” Katanya malu-malu.

Mereka berjalan kembali ke ruang tamu, dan berada di sekitar meja makan.

“Rey, a-anakmu. Apa kamu menyadari, masa depan yang ia miliki? Dia baru berusia 8 tahun, tapi dia sudah lebih kuat dari seorang petualang peringkat B veteran,” kata Vincent, yang hampir tidak bisa menahan kegembiraannya.

Ayahnya menggaruk kepalanya,

“Ini gila. Aku pikir, dia awakening pada usia tiga tahun, yang sudah mengerikan. Tapi untuk berpikir jika dia juga irregular…”

“Apa? Dia awakening pada usia tiga tahun?!” Tabitha berteriak, sambil berdiri.

Ibunya hanya mengangguk, dan mengatakan,

“Arthur berhasil meledakkan sebagian besar rumah kami, dalam prosesnya.”

Ayah dan Vincent bersandar, duduk di kursi, dan hanya menghela nafas.

“Ayah? Apa kamu baik-baik saja?” Eleanor menepuk pipi ayahnya.

Tertawa, Ayah mengangkatnya dari pangkuan Ibu, “Haha, ya aku baik-baik saja putriku.”

Vincent bangkit dari kursinya sekarang, dan menatap serius ke arah Art.

“Rey, bagaimana kalau mendaftarkan putramu di Akademi Xyrus?”

“Apa? Kamu tidak serius kan, Vince? Dia baru delapan tahun!”

Tabitha menimpali sekarang, “Rey, Alice, aku pikir anakmu lebih dari mampu untuk masuk Xyrus.”

“Aku pikir, hanya bangsawan jenius yang diizinkan untuk masuk ke Akademi Xyrus?”

Alice menjawab dengan khawatir yang terukir di wajahnya.

Dengan gembira, Vincent menjawab,

“Aku bisa mengatasinya! Aku melakukan banyak bisnis dengan Direktur Akademi Xyrus. Jadi, dia akan bersikap lunak dalam proses pendaftaran.”

“T-tapi biaya sekolah terlalu mahal untuk kita tangani,”

Bantah Alice, yang masih tidak yakin tentang ini.

“Alice. Itu seharusnya menjadi kekhawatiranmu yang paling terakhir. Kami akan dengan senang hati membayar biayanya. Bakat Arthur tak terukur. Siapa yang tahu, apa yang bisa ia capai. Bahkan jika kami tak membantu, aku yakin… dia akan dapat menemukan seseorang yang akan memohon untuk mensponsori dirinya.”

Tabitha meraih tangan Alice dengan nyaman.

“Ahem! Apa kalian keberatan, jika aku ikut campur dalam hal ini?”

Orang-orang tampaknya lupa, jika orang yang mereka bicarakan ada di sini, bersama mereka.

“Aku baru saja tiba di rumah hari ini. Bisakah aku menghabiskan sedikit waktu dengan keluargaku, sebelum aku memutuskan, apakah akan pergi ke sekolah atau tidak?”

Art menatap Vincent.

“T-tentu saja. Aku minta maaf. Ha ha. Aku kira, aku terlalu bersemangat.”

Art hanya tertawa lemah, sebelum duduk kembali.

“Terima kasih.”

Dia tersenyum pada keluarga Helstea. Dia menoleh untuk menghadapi ibunya.

“Bu, di mana aku tidur?”

“Oh ya! Aku hampir lupa! Kamu akan menggunakan kamar di sebelah kamar Eleanor di sayap kiri. Ayo, ini sudah malam.”

Sylvie sudah tidur di kepalnya, dan adik perempuannya mengangguk terbangun dan keluar dari dunia mimpi, ketika mereka mendiskusikan masa depan Art.

Hari ini adalah hari yang panjang.

Ibu dan Ayah membawanya ke kamar, tempat ia akan tinggal mulai hari ini dan seterusnya. Itu jauh lebih besar dari kamarnya di Ashber, dan itu sedikit dihiasi.

‘Ini baik-baik saja denganku. Lagi pula, aku butuh ruang untuk berlatih.’

Ketika Art mendudukkan Sylvie di tempat tidur, Ibu dan Ayah duduk di sebelahnya.

“Kita akan pergi berbelanja bersama besok. Kami perlu memberimu pakaian,” Ibu mengelus kepalanya.

Ayah berjongkok di depan dan meraih lengannya.

“Arthur, apa kamu jenius atau tidak, kamu masih anakku. Dan aku akan bangga padamu dan mencintaimu terlepas dari keadaan apapun.”

Wajahnya serius.

Art mengangguk pelan.

‘Aku pikir akan mengatakan kepada mereka, sejauh mana kemampuanku… itu dapat ditunda sampai waktu berikutnya.’

Sebelum Ayah bangun, dia menepuk pipi dan memberinya senyum jahat.

“Selain itu, kamu hanya mengejutkanku dengan sihir kilatmu hari ini. Jangan berpikir, kamu akan bisa menang dengan mudah di lain waktu!”

Ibu hanya terkekeh mendengar ini,

“Aku bersumpah. Yang kalian pikirkan hanyalah berkelahi.”

Ibu menatap dengan senyum menghibur di matanya,

“Ayahmu benar. Apa pun kejeniusanmu itu, kamu akan tetap akan menjadi bayi laki-lakiku.”

“Ha ha. Tidak bisakah aku menjadi anak remajamu sekarang? Aku delapan setengah tahun sekarang, Bu!”

Art hanya tersenyum padanya.

“Tidak! Kamu tidak bisa!”

Dia hanya membalas itu, sebelum meninggalkan kamar.

“Beristirahatlah sekarang. Ayo belanja dengan kakakmu besok. Ini akan menjadi peluang besar bagi kalian untuk dekat,” kata Ibu, sebelum menutup pintu ke kamar.

Art bahkan tidak punya tenaga untuk mandi. Dia hanya tidur di ranjang, meletakkan Sylvie yang tertidur, yang merengek padanya sebelum tertidur.

‘Hari ini adalah hari yang panjang. Itu hari yang baik dan panjang.’

Dengan senyum terpampang di wajah, dia mengikuti Sylvie ke alam mimpi.

***

 

Art terbangun, karena bayi dragon yang menjilati wajahnya.

“Haha aku bangun Sylv, aku bangun!”

“Kyu…!”

Sylvie melompat-lompat di atasnya. Perasaan kegembiraan memancar darinya.

Arthur memikirkan Tess. Dia tidak pernah berpikir, dia akan melewatkan dibangunkan oleh metode ‘Spartan’ elf itu.

‘Aku bertanya-tanya bagaimana keadaannya?’

Tess telah menjadi teman terdekatnya saat tumbuh dewasa. Dan sementara dia telah berubah sedikit, dia masih Tess baik hati yang sama khawatir tentang dirinya, dan merawatnya ketika dia berada di Elenoir.

Dia mandi cepat, menyeret dragon bau bersamanya.

Sylvie menangis dengan sedih, melihat air hangat membasahi tubuhnya. Tapi, dia tidak menyerah dan segera setelah itu.

Mereka berdua berkilau bersih.

“…kyu,” erang Sylvie yang kelelahan untuk berjuang, berbaring di tempat tidur.

“Jangan mengeluh! Kita berdua kotor dan kita juga tidak mandi kemarin.”

*Knock* *Knock*

“Aku datang!” Katanya, sementara baju masih di atas kepalanya.

Membuka pintu, dia melihat ke bawah, untuk melihat Eleanor yang pemalu, melihat ke bawah, dan dengan kakinya menggosok sesuatu di tanah.

“Baiklah, aku. Aku datang, Ellie.”

Dia berjongkok, sehingga Art sejajar dengannya, memberinya senyuman.

“S-selamat pagi Kakak. Mama menyuruhku membangunkanmu.”

Dia bergumam, kepalanya masih tertunduk.

“Haha, aku mengerti! Terima kasih banyak, adik.”

Katanya sambil menepuk kepala afiknya. Ini sepertinya respons yang baik, karena adikny mulai terkikik.

“Bisakah kamu membawaku ke dapur?” Tanya Art,mengulurkan tangan.

“Un!”

Adiknya mengangguk bersemangat dan sementara dia ragu-ragu sejenak, dia meraih tangan dan menariknya.

Sylvie mengikuti di belakang, berlari sambil melihat sekelilingnya.

Art bertemu dengan bau yang menyenangkan, dari sesuatu yang mirip dengan daging asap, ketika mereka memasuki dapur.

Di dalam, dia melihat Tabitha dan Alice sedang memasak sesuatu, saat mereka mengobrol. Lilia sudah duduk di meja, kakinya berayun. Dia jelas menunggu sarapan.

“Selamat pagi Bu, Madam, Lilia!”

Art mengumumkan.

“S-selamat pagi!”

“Kyu!”

Ellie dan Sylvie mengikutinya.

“Ah! Ellie berhasil membangunkanmu! Aku ingat, memiliki waktu tersulit membangunkanmu Art. Aku bersumpah, kamu tidur seperti balok kayu.”

Ibunya terkekeh, saat meletakkan telur yang sedang dimasaknya, di piring besar.

“Apakah kamu tidur nyenyak?” Kata Tabitha, saat dia mengaduk mangkuk hijau yang ada di tangannya, sambil tersenyum.

Art mengangguk, “Aku tidur nyenyak”

“Hai Ellie! S-selamat pagi, Arthur.”

Art melihat Lilia dengan lembut berbicara, ketika gadis itu menjauh dari tatapannya.

Art tersenyum dan membalas salam.

‘Sarapannya luar biasa!’

Ibu mengatakan jika biasanya para pelayan adalah yang memasak. Tapi, dia ingin memasak hari ini untuknya.

Sudah lama, sejak dia mencoba masakan ibu, dan dia sangat merindukannya. Dia memastikan untuk memberikan beberapa daging kepada Sylvie, yang tidak ragu untuk melahap apa pun yang masuk ke mulutnya, termasuk jari tuannya.

Akhirnya, Ellie dan Lilia sama-sama ingin mencoba memberi Sylvie makan. Jadi, Art menyuruh mereka untuk terus maju. Tak perlu dikatakan, Sylvie lebih hangat pada mereka berdua, setelah diberi makan oleh mereka.

“Kereta menunggu di depan. Jadi, tinggalkan saja piring di wastafel dan mari keluar!” Kata Tabitha.

Xyrus adalah kota yang menakjubkan.

Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat pemandangan yang berbeda, saat mereka melakukan perjalanan menyusuri jalan utama.

Dia bisa melihat toko sihir, gudang senjata, buku mantra, dan bahkan toko Mana Beast!

‘Ada segalanya yang diinginkan para mage.’

Semua orang dewasa berpakaian mewah, sementara kereta mewah melewatinya. Beberapa bangunan berlantai, membuat kota ini tampak jauh lebih besar dari Ashber.

Dia juga bisa melihat anak-anak beberapa tahun lebih tua darinya, yang semua mengenakan seragam yang sama. Beberapa berseragam hitam, sementara beberapa abu-abu dan merah.

‘Aku kira, mereka siswa di Xyrus.’

Seragam itu tampaknya tradisi, bahkan di akademi bangsawan jenius. Jadi, itu tidak akan ada diskriminasi berdasarkan seberapa kaya dan makmur keluargamu.

Mereka akhirnya mencapai bagian kota, di mana mereka menjual pakaian.

‘Harus aku katakan, berbelanja pakaian dengan wanita, memberikan beban yang lebih berat pada tubuhku, daripada berlatih dengan Kakek Virion. Dan bahkan, ketika memikirkan rezim pelatihannya yang membuatku berkeringat dingin.’

Art digunakan sebagai peragawati untuk setiap preferensi para wanita. Ibu ingin mendandaninya dengan pakaian sederhana, sementara Tabitha ingin mengubahnya menjadi semacam pangeran. Bahkan, Lilia dan Ellie membuatnya mencoba beberapa pakaian.

“Kamu harus terlihat bagus, karena kamu kakakku!”

Dia mengumumkan, tangannya di pinggul.

Sylvie merasakan kelelahan dariku, dan dengan nyaman berdiam di kepala tuannya.

Dia berakhir dengan 10 set pakaian yang berbeda, setengah dari Ibu dan setengah dari Tabitha.

Baik Ibu dan dirinya mencoba untuk menghentikan Tabitha untuk membelikan sesuatu. Tapi, bangsawan itu memarahinya, dengan berkata,

“Ini investasi. Selain itu, aku selalu menginginkan seorang anak laki-laki,” sambil mengedipkan mata.

Mereka melihat-lihat lebih banyak, setelah menarik tas pakaian ke kereta.

Art senang melihat gudang senjata. Dia benar-benar ingin pedang yang layak, untuk mulai berlatih ilmu pedang lagi. Dia benar-benar mulai berkarat saat ini. Tapi, gadis-gadis itu tidak menginginkannya, dan dia terpaksa pergi ke toko perhiasan dan permata yang berbeda.

‘Aku kira, aku harus mengunjungi gudang senjata bersama Ayah, lain kali.’

Akhirnya, mereka kembali ke rumah. Kekuatan fisik dan mentalnya habis, dan ayah datang segera setelah itu.

“Bagaimana harimu,nak?”

Art tertawa kecil, memperhatikan wajah yang kelelahan.

“Aku tidak pernah berpikir, berbelanja bisa sangat melelahkan,” Jawabnya.

Vincent dan Tabitha tiba di meja dapur saat ini, dengan Lilia mengikuti di belakang.

“HA HA! Dia mendengarmu dihajar sekelompok wanita hari ini, Arthur!” Seru Vincent.

Art hanya mengangguk lemah, sementara Tabitha hanya tersenyum memandangi Ibu,

“keajaiban kecilmu tidak sebesar yang aku pikirkan.”

Lilia dan Ellie terkikik mendengar ini.

“Aku bersumpah. Daya tahan seorang wanita tidak bisa ditandingi, ketika mereka berbelanja,” Art hanya menolak dengan masam.

Ayah dan Vincent menertawakan Art lebih keras, dan dia hanya bisa mengangguk setuju.

*Ding*

Dia mendengar bel diikuti oleh beberapa ketukan.

“Ah! Sepertinya dia ada di sini!” Vincent berkata.

Ekspresi wajah semua orang memberi-tahu Art jiika hanya Vincent yang tahu apa yang sedang terjadi.

Vincent kembali, membawa seorang wanita tua ke meja tempat mereka berada.

“Rey, Alice, Arthur, aku tahu kalian berkata jika kamu ingin menunda sekolah Art nanti. Tapi, aku tidak bisa menahannya. Semua orang. Perkenalkan Cynthia Goodsky! Dia adalah Direktur Akademi Xyrus.”

Melihat sedikit rasa jengkel di wajah Art, Vincent segera berkata,

“Jangan khawatir, aku tidak membawanya ke sini, untuk membuatmu pergi ke sekolah segera. Aku hanya ingin dia bertemu denganmu.”

Direktur memberiku senyum, yang mana dia tidak bisa memahaminya dan mengulurkan tangannya.

“Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Arthur.”




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "BAE_019"