Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

BAE_041

gambar

The Beginning After The End


BAE_041

Chapter 41: Pesta I

 

Ruang dansa di dalam Helstea Manor telah dihiasi dengan mewah, dengan permadani warna-warni yang digantung bersama, dengan hiasan halus lainnya di atas meja dan panggung agar serasi.

Penempatan bola lampu yang rumit yang membentuk lampu gantung berkilau. Itu menciptakan suasana yang tenang, ketika para tamu mulai masuk melalui pintu depan yang menjulang tinggi.

Aku berpakaian sangat formal untuk pesta ulang tahun spesial yang keluarga Helstea dan keluargaku putuskan untuk Ellie. Sementara dunia ini memang memiliki pakaian formal yang sangat mirip dengan tuxsedo dari dunia lamaku, dunia ini tidak memiliki dasi.

Alih-alih dasi, sapu tangan malah dibungkus di bawah kerah, dan diikat dengan modis. Mengenakan setelan hitam dengan kemeja putih di bawahnya, satu-satunya warna dalam pakaianku adalah syal biru muda yang aku ikat di bawah kerah kemeja.

Aku ingin saputangan hitam, tapi ibuku bersikeras jika aku harus memakai yang biru untuk menonjolkan warna mataku.

Dengan syal biru mencolok dan rambut yang telah sempurna ditata, aku merasa seperti anjing yang sedang melakukan pertunjukkan.

Karena ruang tengah terletak di arah yang berlawanan dari kamar kami, Ellie tidak tahu, jika kami mengadakan pesta ini untuknya. Dia hanya berasumsi, jika kedua keluarga kami pergi ke sebuah restoran mewah. Jadi, dia dengan bersemangat bersiap-siap dengan ibu kami dan Lilia, yang kembali untuk acara ini.

Sylvie sedang tidur di dalam kamarku, tubuhnya masih belum terbiasa dengan perubahan besar yang ia alami baru-baru ini. Dia sebenarnya menolak untuk tidur, sampai dia mendapatkan jaminan verbal, jika aku akan menyisakan makanan untuknya.

“Selamat datang. Silakan masuk.”

Menampilkan senyum sopan, aku menyambut teman-teman adik perempuanku yang ia temui di sekolah. Ini adalah tugas yang diberikan oleh ibuku, dan merupakan hal yang tidak terlalu aku sukai.

Bertemu dengan gadis kecil cekikikan pemalu dengan wajah merah, aku terus tersenyum lembut, ketika semakin banyak tamu mulai keluar dari kereta mereka. Dan, ditemani oleh seorang kusir dan seorang pendamping.

Para tamu di pesta saudara perempuanku terdiri dari teman-temannya, pendamping teman-temannya itu, yang merupakan kelompok orang yang lebih tua, dan juga teman-teman orang tuaku atau teman-teman Vincent dan Tabitha.

Menjelang pukul delapan malam, sebagian besar orang dalam daftar telah tiba, dan ibuku memberi-tahu pelayan, jika dia dan adikku akan segera turun.

“Yah, bukankah kamu berpakaian serba rapi dan keren?”

Aku berbalik ke arah pintu untuk melihat Gideon dengan jas lab warna cokelatnya. Setidaknya, itu yang lebih bersih. Dan, satu set kacamata baru yang tergantung di lehernya.

“Ini kejutan yang cukup menyenangkan, Tuan Gideon.”

Senyumku pasti membuatnya sebal, karena aku mendengarnya menggerutu pelan sebelum menjawab, “Kamu sangat tahu, aku akan mencoba bertemu denganmu lagi, bukan?”

Senyumku tidak pernah goyah, saat aku menggunakan tanganku untuk membimbingnya menuju tempat minuman.

“Aku akui, kamu tak terduga memanfaatkan hari ulang tahun adikku untuk bertemu denganku.”

“Bah! Kamu dan aku punya banyak hal untuk dibicarakan. Dan jangan lupa, aku tidak akan meninggalkanmu sampai aku puas!”

Sekali lagi, dia mulai menggerutu sebelum berlari ke stan minuman, meminta minuman beralkohol langsung dari bartender.

Elijah yang kulihat berbicara dengan seorang gadis pendamping yang sedikit lebih tua dari kami, berjalan ke arahku. Aku lihat bahunya telah merosot.

“Ketiga kalinya, aku mencoba untuk bercakap-cakap dengan seorang gadis, dan mereka semua dengan ramah membuat alasan yang nyaman untuk pergi ke tempat lain,”

Dia menghela nafas, kacamatanya yang bengkok semakin menekankan kesedihannya.

Sebelum aku memiliki kesempatan untuk mulai mengejek… menghiburnya, aku terganggu oleh suara yang keras.

“Semuanya, tolong bersiap-siap! Lady Alice dan Eleanor sedang dalam perjalanan ke sini!”

Pelayan itu mengumumkan, sebelum dia memberi tanda untuk mematikan semua lampu.

“…Mama, aku pikir, kita akan pergi makan malam? Di mana kita…”

“KEJUTAN!”

Seruan suara yang tersinkronisasi berseru.

Dengan lampu gantung yang menyala dan sejumlah artefak bermunculan dalam cahaya warna-warni, wajah adik perempuanku yang bingung berubah dari kejutan awal menjadi suka-cita murni.

Matanya melebar dan pipinya memerah, ketika tangannya secara naluriah menutup mulutnya yang menganga.

Dia tidak punya waktu terlalu lama untuk menikmati saat takjubnya, ketika teman-teman sekolahnya semua berlari menghampirinya dan memberikan pelukan. Itu hampir membawanya jatuh bersama dengan Lilia, memberiku tatapan yang bermakna padanya sebelum menghilang.

“Kerja bagus untuk menyambut semua tamu, Art.”

Ibuku menghampiriku, dan dengan lembut menepuk kepalaku, sebelum beberapa temannya menariknya pergi untuk meninggalkanku berkeliaran.

Aku melihat ayahku dengan Vincent dan beberapa tokoh berpakaian penting lainnya. Mereka sedang berbincang-bincang mengenai bisnis, dan berbagai topik menarik lainnya.

Para pelayan berjalan berkeliling, membagikan piring-piring dan cangkir-cangkir berbagai makanan dan minuman. Aku mengunyah sesuatu yang mirip dengan sandwich seukuran gigitan, ketika bunyi melodi dari gelas yang dibenturkan menarik perhatianku.

Ayahku dan gelas anggur di tangannya, ada di atas panggung. Pipinya sedikit kemerahan dan matanya santai.

“Ahem! Sebelum pesta resmi dimulai, aku ingin mengucapkan terima kasih atas nama putriku yang berharga, karena telah datang ke sini malam ini!”

Ketika ayahku berbicara, aku melihat saudara perempuanku memerah malu, ketika teman-temannya terkikik dan bertepuk tangan pada kesempatan yang menyenangkan ini.

“Tolong mulai musiknya!”

Ayahku memberi isyarat ke belakang panggung, di mana lima musisi keluar dengan instrumen mereka. Aku terkejut melihat, jika instrumen-instrumen itu tampak hampir identik dengan instrumen di duniaku.

Mereka membawa dua biola, satu viola, dan satu musisi cello melangkah keluar dengan seorang pianis di belakang mereka. Piano itu dibentuk sedikit berbeda dan ketika mereka mulai bermain. Suara yang dihasilkannya jauh lebih dalam dan lebih kaya daripada grand piano biasa.

“Sebuah kegembiraan yang besar melihat putra dan putri kesayanganku memiliki tarian pertama!”

Ayahku mengangkat gelasnya lebih tinggi, matanya menyipit menjadi seringai penuh semangat, ketika dia meminta sesuatu yang berpotensi menjadi bencana bagi pesta ini. Aku menoleh ke ibuku, yang tampak panik, karena dia dan ayahku tidak pernah memberi kami pelajaran menari.

Aku menatap wajah adikku. Dia gemeter karena ketakutan, ketika dia menyadari jika dia bisa menjadi sangat malu pada hari ulang tahunnya. Dengan tetap tenang, aku mengambil langkah percaya diri ke arah tempat adik perempuanku dan teman-temannya berdiri.

“Bersediakah kamu untuk berdansa denganku?”

Aku membungkuk, melepaskan sarung tangan, dan meletakkan tangan di depanku. Aku mendengar berbagai jeritan dan tawa dari teman-temannya, tapi aku hanya mengabaikannya.

Ellie yang masih gelisah pada pergantian peristiwa, tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat. Jadi, dia hanya mengangguk, menerima tanganku, dan menimbulkan tepuk tangan meriah.

Begitu dia berada di tanganku, kerumunan terbentuk. Dan tepuk tangan mereda, ketika aliran musik yang lembut menjadi lebih keras dan memenuhi ruangan.

Musiknya lambat dan berirama. Jadi, itu mudah diikuti.

Wajahnya yang dulu panik perlahan-lahan menjadi lebih tenang, ketika dia menyadari dia hanya perlu mengikuti bimbinganku.

Tangan kananku memegang tangannya dan tangan kiriku dengan lembut diletakkan di pinggangnya yang rapuh. Kami berputar-putar dan gaun bergelombangnya yang ringan berkibar dengan anggun.

Setiap langkah yang diambilnya menjadi cermin milikku, saat kami melenggang di sekitar lantai dansa kecil yang terbentuk di sekeliling kami, oleh kerumunan yang kebingungan.

Aku tenang dan santai, menari dan bergoyang mengikuti lagu dengan anggun. Karena, menari adalah sesuatu yang harus aku pelajari untuk acara-acara resmi sebagai raja.

Aku tidak bisa mempermalukan diriku sendiri sebagai boneka bagi bangsaku sekarang, bukan?

Wajah adikku berangsur-angsur berubah dari ketenangan yang tenang ke kegembiraan yang bersemangat, saat dia benar-benar mulai menikmati tarian kami. Kulitnya bersinar bersama senyum dan keringatnya, memberinya perasaan cerah kepada orang banyak.

Berputar-putar di sekitar, seolah-olah kami telah berlatih untuk pertunjukan besar, para musisi bermain bersama dengan tarian kami. Seolah-olah, mereka sedang menarik inspirasi dari kami.

Ketika syair terakhir dari lagu itu akan segera berakhir, dia mengikuti jejakku dengan baik. Dia berhenti dengan indahnya, melalui sinkronasi dengan para musisi.

Tepuk tangan para hadirin menggema.

Beberapa dari orang dewasa yang bahkan lebih mabuk bersiul, menyentuh tangan adik perempuanku yang terengah-engah. Kami berdua membungkuk.

“Itu luar biasa!”

“Benar-benar luar biasa!”

“Pertunjukan yang luar biasa!”

Suara pujian dari semua orang di sekitar kita, menyebabkan senyum adikku tumbuh lebih luas, saat kami terjatuh dalam pusat perhatian.

“Kakak!”

Adik perempuanku tidak bisa menahan kegembiraannya saat dia melompat ke pelukanku. Itu hampir menjatuhkanku karena terkejut. Tawa lugu dan murninya berdering, saat dia melingkarkan lengannya di leherku.

“Menakjubkan! Luar biasa! Dari mana kamu belajar menari seperti itu, Art?”

Elijah berlari ke arah kami, mata sipitnya berbinar dalam kegembiraan, di bawah kacamatanya.

Aku hanya mengangkat bahu, sebelum dengan lembut menurunkan adikku. Memberinya tepukan di kepala dan berkata,

“Selamat Ulang Tahun, Putri.”

Mengedipkan mata padanya, sebelum ayahku yang mabuk mengambilnya.

“Haha! Putri cantikku dan putra tampanku! Pertunjukan yang hebat!”

Ayahku pasti sudah minum lebih banyak, karena dia bahkan lebih memerah, daripada saat dia di atas panggung.

“Owowowow!”

Ayahku menjerit kesakitan, ketika ibuku menariknya turun dengan meraih daun telinganya.

“Apa kamu mengerti bencana yang bisa terjadi, jika Art tidak tahu cara menari?”

Dia berbisik.

“Aku belajar dari Jasmine, ketika menjadi seorang petualang. Aku pikir itu akan berguna!”

Aku berbohong, hanya untuk menyingkirkan separuh kecurigaan ibuku yang tajam.

“Jangan pedulikan, jangan pedulikan itu!”

Dia berhasil mendesah ketika adikku yang diturunkan kembali, bergegas pergi ke teman-temannya.

Ibuku yang masih marah menyeret ayah mabukku, di daun telinga kembali ke tempat orang dewasa.

***

 

#PoV: Eleanor Leywin

 

“Kakakmu sangat tampan! Aku sangat iri! Aku berharap kakakku seperti dia. Dia tampak sangat baik!”

Teman-teman sekolahku semua memuji tentang tarian Kakak dan diriku.

“Hehe! Sudah aku bilang bukan, jika dia hebat!”

Mau tak mau, aku tersenyum bangga, karena telah menjadi satu-satunya adik perempuannya.

“Ya, dia luar biasa! Aku bertaruh, kalian berdua banyak berlatih untuk tarian itu! Itu terlihat sangat hebat.”

Sahabatku, Nicole, benar-benar bersemangat.

“U-Umm ya! Tapi guru kami sangat baik, jadi kami menyelesaikannya dengan sangat cepat!”

Aku berbohong, dan menunduk. Aku pikir, akan aneh bagi mereka untuk mengetahui, jika hanya Kakak yang tahu cara menari, bukan aku. Padahal, itu seharusnya sebaliknya.

Jantungku masih berdetak sangat kencang, setelah berdansa. Benar-benar melelahkan, tapi juga sangat menyenangkan. Karena, Kakak membimbingku dengan sangat baik, hingga aku merasa seperti penari profesional.

“Kamu menyeringai sangat besar, Ellie,”

Nicole menyeringai padaku, dan menyikutku dengan lengannya.

“Hehe! Ayo kita cari makanan!”

Aku perlu terlihat sibuk agar beberapa orang di sini, tidak akan memintaku untuk menari.

***

 

#PoV: Arthur Leywin

 

Aku berdiam di sudut, segelas sari apel berada di tanganku. Tarian memberi lebih banyak alasan bagi orang dewasa, dan pendamping untuk datang dan menyapaku. Beberapa mengisyaratkan untuk tarian.

Karena itu, mengenakan senyum dan berbicara dengan nada lebih tinggi dari biasanya, agar terdengar lebih hormat sangat melelahkan.

Aku melihat Elijah berdansa dengan seorang gadis yang terlihat seusia kami. Mungkin, setahun lebih muda… mungkin, salah satu teman adik perempuanku.

Aku kira, dia akhirnya berhasil.

“Hei, kamu pasti Arthur yang dibicarakan semua orang.”

Seorang anak laki-laki berambut pirang, agak tinggi dan tenang, bersandar di dinding di sebelahku.

“Jika begitu, aku rasa seperti itu.”

Aku berhasil tersenyum tipis, sambil meneguk sari buah apelku lagi.

“Teman-temanku semua iri padamu, karena mencuri perhatian dari gadis-gadis di sini,”

Dia mencibir sambil menjulurkan tangannya.

“Namaku Jarrod Redner. Aku mendengar banyak tentangmu dari Lilia di sekolah.”

“Ah, kalian berdua pergi ke Xyrus. Seperti yang sudah kamu tahu, aku Arthur Leywin. Senang berkenalan denganmu.”

Aku menerima jabat tangan saat mataku melihat Lilia, yang datang ke arah kami, setelah melihat kami bersama.

“Sebelum dia melupakannya, apakah aku akan menganggap kalian baik berpacaran atau kamu menyukainya?”

Aku berkata dengan suara rendah, sehingga hanya kami yang bisa mendengar.

“Kamu cukup tajam, bukan? Ya, kita adalah bagian dari OSIS, dia menjadi sekretaris dan diriku, bendahara. Aku mencoba untuk mengejarnya, dan aku sudah menyatakan itu berkali-kali.”

Dia menghela nafas sebelum tersenyum, dan melambai pada Lilia.

“Dia mungkin terlihat sedikit polos. Tapi, dia gadis yang baik, Lilia itu. Aku harap, kamu menghargainya dengan baik,” kataku singkat.

“Yah, aku berharap mendapat kesempatan untuk melakukan itu suatu hari nanti, karena dia sudah menolakku tiga kali sejauh ini.”

Dia tertawa kecil, sedikit kekecewaan muncul di wajahnya.

“Hei Arthur! Aku minta maaf, aku tidak bisa mendapat kesempatan untuk menyapamu sama sekali hari ini! Aku sudah sangat sibuk, sejak aku tiba di sini sebelumnya. Dan kamu juga sibuk mempersiapkan!”

Wajah Lilia memerah dan dengan cara dia berbicara begitu cepat dan bersemangat. Aku mulai mengerti mengapa Jarrod mendatangiku.

“Aku akan meninggalkan kalian berdua.”

Jarrod dengan serius berjalan pergi, sedikit kecemburuan terlihat di matanya. Bahkan, dia tidak menatap Lilia, saat dia melewatinya.

“Kamu terlihat cantik hari ini,” kataku, mendentingkan gelas apel dengan gelasnya, sebelum menyesapnya lagi.

“O-Oh… maksudku, terima kasih!”

Lilia benar-benar gelisah, ketika dia mulai mengutak-atik gaun hijau muda turtleneck-nya, yang dihiasi embel-embel dan hiasan halus. Aku belum melihatnya, sejak sebelum dia mulai menghadiri Xyrus.

Lilia telah menjadi lebih dewasa, dalam satu setengah tahun terakhir ini. Wajahnya yang kekanak-kanakan perlahan menjadi sedikit lebih halus.

Kami mulai berbicara sedikit lebih banyak tentang kehidupan sekolahnya, ketika aku mulai menggodanya.

“Kamu pasti sangat populer di Xyrus. Apakah kamu sudah punya pacar?”

Bahkan, saudara perempuanku kadang-kadang bercerita, tentang anak laki-laki yang menyukainya. Dengan gembira, dia populer.

“T-Tidak, tentu saja tidak! Aku belum punya yang seperti itu, haha.”

Lilia dengan putus asa melambaikan kedua tangannya, memberi tanda ‘tidak mungkin’. Yang mana, itu membuatku tertawa.

“Kamu masih muda, jadi luangkan waktu dan temui orang yang tepat. Tapi, kamu lebih baik bawa dia duluan, supaya aku bisa menyetujuinya, sebelum kamu mulai berkencan dengannya!”

Aku menepuk lengannya.

Sepotong kekecewaan muncul di wajahnya, sebelum dia dengan cepat menutupinya, berkata,

“Ya,aku akan! Hanya saja, jangan terlalu keras saat itu terjadi!”

“Ahem, keberatan kalau aku meminjamnya, nona muda?”

Aku mendongak untuk melihat Gideon berjalan ke arah kami. Sesuatu yang mirip dengan senyum sopan berserakan di wajahnya, yang biasanya cemberut.




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "BAE_041"