Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

KOB_286

gambar

Bab 286

KOB_286

Kaki Diablo menghancurkan Muyoung, tapi dia meraihnya dan memutar kaki itu, dan Diablo jatuh. Muyoung berdiri, tapi pandangannya tak tertuju pada Diablo.

Muyoung mengulurkan tangan, dan Woohee terbang keluar dari genggaman Solomon. Jika Solomon dapat mempengaruhi Woohee, karena kontrak Muyoung dan Woohee… maka akan ada masalah, karena Muyoung dan Woohee diikat oleh ikatan yang kuat.

“Suami?”

“Sudah lama.”

Woohee menangis, karena akhirnya dia bergabung kembali dengan Muyoung. Solomon tak bisa mempercayainya.

“Kamu mengatasi bisikan Kegelapan?”

Kegelapan!

Itu telah membisikkan kepada Muyoung, tentang keputus-asaan, kesia-siaan dan kematian. Tapi, Muyoung tak mendengarkan bisikan itu.

“Tidak mungkin ada makhluk yang bisa mengalahkan bisikan itu!”

Solomon heran, karena dia tahu jika mereka semua jatuh dalam keputus-asaan, sebelum menjadi dewa. Kebanyakan dari mereka ditelan oleh Kegelapan, dan menyangkal keilahian.

Dia mengira, jika Muyoung akan menjadi salah satu dari mereka. Dan dia yakin, Muyoung tidak bisa menang.

Keyakinan Solomon hancur, saat Muyoung berdiri dengan penuh kemenangan, dengan sebagian besar lukanya telah sembuh. Lebih dari segalanya, Solomon bisa merasakan keilahian Muyoung, dan dia telah mengambil langkah pertama sebagai dewa.

Jika diizinkan, transisi Muyoung akan segera selesai.

“Diablo, bunuh dia! Sekaranglah waktunya, tepat setelah dia keluar dari cangkangnya!”

Solomon mulai merasakan tekanan, karena akan kehilangan Angel-nya dan doa mujizat, jika Muyoung memang menjadi dewa.

Diablo bangkit untuk mendengar panggilan Solomon dengan teriakan perang, dan Woohee berbicara dengan putus asa.

“Tidak berguna. Diablo tidak bisa dibunuh.”

“Aku tahu.”

Benarkah?

Muyoung tahu, jika Diablo tak bisa dibunuh. Dan dia berbicara kepada Woohee.

“Bagaimana aku bisa menghilangkan ‘ilusi’ ini?”

“Kita harus meyakinkan wanita yang memanggil Diablo.”

Woohee menunjuk ke arah Snow.

Snow!

Ketika dia memiliki ingatannya, dia memiliki sayap hitam yang menandakan kejatuhannya, dan sayap putih sebagai makhluk surgawi. Tapi, dia kehilangan semua ingatannya setelah memanggil Diablo. Dan sekarang, dia mengikuti Muyoung, karena dia menganggap Muyoung sebagai ‘ayah’.

Snow tidak terluka, meskipun dia berada dalam jangkauan serangan Diablo. Muyoung memastikan, jika beberapa bawahannya, termasuk Snow dan high elf Ain ada di sana.

“Diablo tak bisa membunuhnya. Tapi, dia bisa menghapus Diablo.”

“Apa yang harus aku lakukan?”

Diablo mulai mengejar Muyoung, saat dia mulai berlari.

“Kamu harus membuat Snow percaya jika Diablo adalah palsu. Karena, Diablo adalah ‘ilusi’ dari dewa yang lahir dari keinginannya.”

“Apa yang terjadi, jika seseorang membunuh Snow?”

“Itu tidak mungkin terjadi! Kemudian, Diablo akan diberikan keabadian!”

Woohee menggelengkan kepalanya, dan Muyoung merasa lega. Dia tak harus membunuh seorang wanita yang mengira ia sebagai ayahnya, dan mengikutinya. Tindakan itu akan meninggalkan rasa pahit, dan dia tak ingin melakukan itu sejak awal.

‘Urutan Diablo.’

Sementara dia pernah menjadi orang suci di masa lalu, ketika Muyoung bertemu Snow lagi, dia adalah Highest Priest dari Diablo Order. Snow percaya, jika mereka tak dapat mengalahkan Demon Lord dan menghadapi kepunahan. Jadi, Diablo adalah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan dunia ini.

Oleh karena itu, Snow memanggil Diablo, karena dia yakin, jika Demon Lord yang maha kuasa dari dunia lain, akan mengubah segalanya.

Tapi, keyakinannya salah.

“Ayah!”

Snow datang berlarian, meskipun sepatunya telah hilang, dan kakinya berdarah. Tubuhnya gemetar, karena takut pada Diablo. Harapan itu telah menjadi ketakutan di Snow.

“Kamu tidak perlu takut.”

Muyoung membelai kepala Snow, saat dia berbicara. Bagaimana dia harus menghilangkan ketakutan ini?

Dia tak dapat memikirkan cara untuk menghapus ketakutan Snow, dan membuatnya percaya jika Diablo hanyalah ilusi. Jika dia dipaksa untuk percaya tapi meragukannya di dalam hatinya. Maka, Diablo tak akan menghilang.

Jadi, Muyoung memutuskan jika dia harus mengungkapkan isi hatinya.

“Snow, aku tidak tahu apakah kamu ingat. Tapi jika kamu ingat, aku akan mengatakan, jika kamu salah.”

Muyoung melanjutkan dengan beberapa kesulitan, karena dia tak terbiasa menghibur dan menenangkan orang lain. Tapi, dia harus melakukannya. Jadi, kata-kata itu terus mengalir.

“Kami harus mengubah dirimu sendiri. Jika kamu tak dapat mengatasi ketakutanmu, kamu akan jatuh. Bagaimanapun, yang telah kamu lakukan, hanyalah menyampaikan ketakutanmu kepada orang lain.”

Memanggil Diablo, menyerah, dan membiarkan ketakutannya menang.

Snow telah melihat harapan pada Diablo. Karena dia pikir, dia tak dapat melakukannya. Dia membuang keberaniannya.

Muyoung menatap tajam ke mata Snow.

“Tapi, jika kamu tak dapat mengendalikan ketakutanmu bahkan sekarang…”

Muyoung memegang bahu Snow dengan erat.

“…Percayalah jika aku akan menang, jika aku akan menyelamatkan dunia. Jika kamu mempercayaiku, aku akan membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin.”

Cara yang dipilih Snow untuk Keselamatan Dunia, diputar-balikkan. Muyoung dikelilingi oleh bukti.

Di sini bukan ‘keselamatan’, tapi Diablo membakar seluruh dunia, yang hanya menyisakan abu. Apakah Snow menginginkan bentuk ‘keselamatan’ ini?

Mungkin tidak.

Snow benar-benar ingin menyelamatkan dunia, meskipun dia telah memilih metode yang salah. Snow harus menghadapi kenyataan, dan mengambil langkah selanjutnya. Muyoung hanya mengulurkan tangannya.

Snow mulai menenangkan diri dan berbicara perlahan.




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "KOB_286"