LMS_V34E07P03

7. Padang Gurun yang Sunyi (3)
Weed dan Seoyoon berjalan tanpa henti. Itu sulit karena
pasir yang tertiup angin. Mereka juga tak tahu jarak ke tujuan mereka.
Untungnya, mereka berdua memiliki pakaian dasar untuk perjalanan ini.
Weed mengenakan pakaian pemula yang diperoleh dari Benteng
Serabourg, Desa Baran, dan Lavias. Jubah tua itu mudah robek, tapi dia bisa
menggunakannya untuk menyembunyikan wajahnya dari pasir.
"Tak membuang barang-barang ini, berguna dalam waktu
yang seperti ini."
"Baunya mencapai sini."
"Ini wajar. Aku belum mencuci pakaian ini sekali
pun."
"....."
Kemudian, kembali hening!
Mereka tak bertemu monster apapun, sehingga mereka hanya
berjalan ke depan.
'Ada 2 botol penuh
air. Bahkan, jika kita minum dengan hemat, hanya akan berlangsung selama 1
hari. Setelah itu, akan sulit untuk menemukan air.'
Kemudian, situasi penuh keputasasaan akan timbul. Dan
sekarang adalah malam hari. Untungnya, dia bisa melihat bintang, tapi lebih
menyakitkan bergerak di malam yang dingin, daripada di bawah panas matahari.
"Dingin."
"Malam di gurun memang dingin."
Weed dan Seoyoon duduk berdekatan di bawah bukit pasir.
Perjalanan masih cukup jauh, sehingga mereka akan mengalami beberapa malam yang
dingin. Oleh karena itu, mereka mengambil momen ini untuk memulihkan vitality
mereka sebelum berjalan.
"Aku ingat hari-hari menyenangkan di masa lalu, ketika
aku berjalan melalui es di utara. Pada saat itu kita bersama Alveron dan
Bingryong."
"Itu benar-benar dingin. Kamu juga mengalami demam yang
parah."
"Waktu itu kamu tertutup dengan es putih, saat
digendong oleh Bingryong. Aku benar-benar berjuang menahan tawa, saat melihat
penampilanmu pada saat itu."
Itu adalah salah satu insiden yang menyebabkan hati Seoyoon
yang tertutup menjadi cair. Dia mengenang petualangan melawan Bone Dragon di
utara.
Ironisnya, petualangan ini menanamkan kehangatan di hati
Seoyoon.
"Apakah ini juga akan menjadi kenangan di kemudian
hari?"
"Mungkin."
"Aku berharap, akan ada lebih banyak kenangan yang
baik."
"Jika hal ini adalah kenangan berhargamu, maka mungkin
lebih baik untuk mengalami amnesia."
Weed dan Seoyoon memperketat jubah di bahu mereka, dan
mempertahankan suhu tubuh mereka. Dan mereka mulai berjalan melalui gurun lagi
saat fajar!
[Anda haus.
Karena panas yang parah, Vitality mu melemah dan Anda menjadi
semakin haus.]
Jendela pesan muncul, setelah asupan airnya berkurang. Dia
haus, tapi dia harus menghemat air. Weed merasa seperti mulut dan
tenggorokannya penuh dengan pasir.
"Bagian tajam rumput itu terlihat seperti berasal dari
daerah tropis."
"Bagaimana bisa ada daerah tropis di gurun?"
"Ya, ini adalah tempat di mana hujan tak turun selama 1
tahun."
"Kita tak bisa mengharapkan keberuntungan seperti
itu."
Perjalanan masih jauh, sehingga mereka perlu untuk mempertahankan
vitalitas mereka. Dia tak tahu apa yang akan terjadi, jika mereka roboh karena
kelelahan.
"Pergi dengan baik anak-anakku. Kita akan bertemu lagi
di tempat yang baik."
Dalam rangka untuk meringankan bebannya, Weed membuang harta
yang ia peroleh dari Istana Kerajaan Portu. Itu bukanlah keputusan yang mudah
baginya. Rasa sakit itu seperti merobek daging sehat dari dirinya sendiri!
"Makan garam ini."
"Kamu makan duluan."
"Untungnya ada banyak garam. Itulah satu-satunya kabar
baik."
"Kalau begitu, aku akan makan."
Asupan garam sangat penting di padang gurun. Tingkat kadar
garam di tubuhnya terus menurun. Jadi, jika dia tak makan garam, maka dia akan
mengalami demam, karena sengatan matahari. Keterampilan memasak tingkat
advancednya berarti, jika dia bisa makan dendeng yang ditutupi dengan garam
berlimpah.
"Mari kita pergi lagi. Kita harus bergerak sejauh
mungkin, sebelum pasokan makanan kita habis."
Weed dengan lambat menyeret kakinya yang berat. Berjalan
terasa menyakitkan, tapi dia takut pingsan di padang pasir. Itu sulit, tapi dia
tak bisa menunjukkannya di depan Seoyoon. Dan waktu berlalu tanpa henti. Dia
merasa seperti telah berjalan di bawah terik panas matahari untuk waktu yang
lama.
Weed berbagi air dengan Seoyoon. Dia telah ditahan sebagai
tawanan perang, sehingga dia tak punya air.
"Haus? Minumlah."
"Ya."
Seoyoon mengembalikan botol, setelah meminum air. Weed
dengan pelan mengguncang botol air setelah menerimanya.
Challang Challang.
Berat botol itu tak menurun. Mereka menghargai satu sama
lain, sehingga mereka minum sesedikit mungkin. Oleh karena itu, jumlah air tak
menurun. Hatinya menjadi lebih hangat, saaat dia berpikir tentang hal itu.
'Nodulle dan Hilderun
juga merasakan rasa sakit ini. Yah, aku benar-benar senang, aku tak lahir di
padang gurun.'
Dan mereka terus berjalan melalui padang pasir, sampai malam
tiba. Setelah mengambil istirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan pada
hari berikutnya.
Mereka harus berjalan sejauh mungkin, sebelum air habis.
Mereka tak bisa minum lebih dari satu tegukan air. Dan air di botol menurun
sedikit demi sedikit.
'Panas, sangat
panas... '
Weed dan Seoyoon tak lagi berbicara dengan satu sama lain.
Butuh seluruh kekuatan mereka, hanya untuk berjalan. Terik matahari dan pasir
panas di gurun!
Kemudian sebuah kota putih misterius muncul di depannya.
"Sebuah kota terlihat."
"Benarkah? Berusahalah sedikit lagi. Mungkin ada air di
sana."
Weed dan Seoyoon penuh dengan suka cita, saat mereka minum
dengan puas dari botol air dan berjalan dengan cepat.
"Hanya sebagian dari kota terlihat, tapi kelihatannya
aneh. Aku pikir itu adalah fatamorgana."
"Tak mungkin."
Weed terus menuju, kota tapi tidak bisa mendekatinya. Kota
itu memudar, saat dia mendekatinya.
*Ding!*
[Sebuah fatamorgana gurun telah terlihat.
Perseverance telah meningkat sebesar 1 poin.]
"Quest ini mempermainkan kita..."
Weed menunduk sambil berjalan. Dan suara Seoyoon terdengar,
setelah beberapa saat!
"Kali ini ada sebuah danau."
"Yah, terlihat seperti danau."
Dia mungkin tertipu sekali, tapi dia tak akan tertipu dua
kali. Tak mungkin untuk danau terbentuk di tengah padang pasir. Tak
mengherankan, danau itu perlahan menghilang.
*Ding!*
[Sebuah fatamorgana gurun telah terlihat.
Nature Affinity telah meningkat sebesar 2 poin.]
"Whew...."
Tenggorokannya kering dan dia lelah. Sehingga, dia merasa
sekarat, setelah melihat fatamorgana. Mereka terus bergerak maju, tapi yang ada
hanya padang pasir tak berujung.
Kecepatan Weed dan Seoyoon melambat, saat mereka menjadi
lelah.
"Haruskah kita terus berjalan?"
"Ini sedikit sulit."
"Sepertinya kita akan berjalan lagi besok."
"Berapa banyak air yang tersisa?"
"Jika kita terus menghemat air, maka akan bertahan
sampai besok pagi."
* * *